36

70.9K 3.1K 84
                                    

Aluna dan Sela

Kegiatanku minggu-minggu ini tidak lepas dari rapat, ngajar, rapar dan ngajar. Itu jujur saja membuatku lelah sendiri, apalagi saya baru saja pulang dari acara Darmawisata anak-anak kelas satu. Meski cuma dua hari satu malam, itu cukup menguras tenaga lho untuk ukuran panitia.

"Oy Galak!" Teriak Luna dari kursi, setelah kejadian dimana beberapa anak Osis ke kontrakan, sekolah rasanya jadi banyak drama, belum lagi beberapa justru menghujat Luna yang bilang nggak pantes pacaran sama ketua Osis, di tambah dengan masalah Sela dan Bobi yang menjadi-jadi, masalahnya kalau kami bertiga nggak akur akan sangat sulit untuk Olimpiade tahun depan.

Sela mendadak nangis ketika Ummi dengan hebohnya bilang ke kelas kalau saya berpacaran dengan Luna.sedangkan yang lain justru merasa syok dan kaget di waktu bersamaa.

Sebenarnya saya juga tidak memusingkan masalah itu, karena setiap apa yang di umbar di publik pasti ada pro dan kontra. Jangan tanya tentang Alun, dia-mah bodo amat, di hukum keliling lapangan sepuluh putaran dilihat banyak orang aja nggak perduli, apalagi cibir, udah kebal.

"Ih RAKAAA!" Aluna teriak lagi.

Dia hanya di rawat tiga hari di rumah sakit, katanya sih cuma sekedar gejala itu nggak bisa di sebut sebagi kena Tetanus, jadi masih aman.

Saya keluar kamar dengan melilitkan handuk dari perut hingga lutut.

"Apa?" Tanyaku dengan wajah datar.

Dia menggembungkan pipinya "Beli susu." Rajuknya.

Luna memang seneng sama minum susu, kebetulan susu di kulkas sudah habis.

"Beli sendiri yah," ujarku, aku kembali masuk ke kamar lalu mengambil uang lima puluhan dan memberikan padanya. Aluna dengan wajahnya yang berkaca-kaca langsung menerima uang itu. Lalu sudut bibirnya terangkat tinggi dengan mata yang makin menciut.

"Makasih." Katanya, lalu langsung menyambar kunci motor yang tergeletak di meja.

Saya membiarkannya pergi, lalu saya melangkah menuju kamar mandi, rasanya tubuhku ini butuh siraman air agar sedikit sejuk.

Selepas mandi, saya hanya duduk di kursi sambil memainkan ponselku, nggak ada yang menarik sebenarnya, tapi semenjak saya tahu nama ig nya Luna, saya jadi tertarik ingin melihat.

Ting!

Iblis anjing!

Gue lihat, lo lagi di Supermarket. Gue tunggu di luar buat selesai kan semuanya malam ini.

Setan!

Haduh Beib, ngomong nya yang sopan dong, sesopan sepupu gue.

Lo sama setannya kayak sepupu lo

Oh ya? Tapi inget lho, sepupu gue yang lo bilang setan itu pernah jadi sahabat baik lo, Sahabat kesayangan lo.

Ini bukan chat dari WhatsApp ku, tapi dari ponselnya Luna.
Saya segera mengambil jaket, lalu bergegas keluar.

Luna itu mudah tersulut emosi, dan dia pasti akan melakukan hal bodoh lagi kayak dulu pas nolong Ummi.

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang