49

72.9K 3.2K 155
                                    

Aluna aneh

Sejak semalam, Luna terus mendiamiku tanpa sebab, jangankan berbicara bahkan saat berpapasan saja dia lebih memilih menatap lantai yang nggak ada ganteng-gantengnya kayak saya.

Saya agak bingung, bahkan karena sikap dinginnya itu saya harus tidur sendiri lagi, hanya ditemani oleh Bubu.

Saya mengikuti langkahnya, lalu berhenti saat dia berhenti dan duduk di teras hendak menggunakan sepatu.

"Ini uang nya." Ucapku seraya merogoh saku.

Dia menoleh ke arahku, lalu menatap uanh dua puluh ribuan di tanganku, dan langsung dia sambar tanpa bicara satu katapun. Dia mendadak bisu kah?

Aku menggenggam pergelangan tangannya saat dia hendak pergi.
Dari tatapan matanya, dia tampak risau menatapku.

"Kamu marah karena kemaren aku ninggalin kamu?" Tanyaku pelan. Lalu dia menggeleng cepat.

"Terus kenapa?" Tanyaku bingung sebingung bingungnya.

"Nggak apa-apa." Ucapnya pelan.

Aku mensifitkan mataku yang sudah sifit, menatapnya penuh selidik sambil mikir apa yang sebenarnya terjadi, tapi otakku nggak bisa menjangkau itu.

Dia melepaskan tanganku, dan segera ku genggam lagi, kali ini lebih kuat.

"Bareng yuk, kita naik sepeda ke sekolah, sekali-kali." Ajakku.

"Nggak." Cicitnya.

"Aku nggak mau ada penolakan." Ucapku tegas.

Sepanjang jalan, jangankan mau ngajak ngobrol, peluk atau sekedar pegangan tangan di tubuhku aja nggak. Ini dia kenapa sih?

Sesampainya di sekolah, dia turun tanpa pamit, bahkan tanpa noleh ke arahku.

Aku buru-buru mengejarnya, lalu menarik pundaknya untuk menghadap di hadapanku. Aku tersenyum tipis tapi dia masih saja menunduk.

"Selamat mengerjakan UAS, Aluna." Gumamku, lalu mengacak-acak rambut panjangnya yang lurus. Pengennya si, kucium. Tapi masa di sekolahan cium.

"Buciiin terooos!" Teriak Bobi saat berpapasan. Aku menghela nafas kasar, cape sama setiap drama yang di timbulkan Bobi.

Pagi ini, ulangan Bahasa Indonesia sedang berlangsung, lalu setelah istirahat ulangan Agama di adakan.

"Raka sudah belajar?" Tanya Sela saat duduk di balakangku.

Aku menoleh ke arahnya sambil mengangguk.

"Wooh, pasti encer kamu mah." Ucapnya lagi sambil terkekeh.

Aku hanya senyum tipis, itupun di paksa kalau kalian mau tahu.

"Ka,  pulang sekolah belajar bareng yuk." Ajak Sela lagi.

"Nggak deh, gue juga nggak bawa motor." Jawabku.

"Iya, duaan aja kalau gitu sama aku, udah lama lho kita nggak naik motor bareng." Serunya.

Kalau ini Luna, pasti dia sudah memutarkan bola matanya malas.

"Gue bawa sepeda Sel, mau nganterin pulang Luna juga."

"Eh? Nganterin Luna pulang yah..." Gumamnya, terlihat sekali raut wajah kesal bercampur sedihnya.

"Eh tapi kan, rumah Luna jauh banget Ka." Pekiknya.

"Emang kenapa?"

Dia menggeleng sambil bilang. "Aku kasian sama kamunya, nanti cape. Gimana kalau Luna suruh pake motorku terus kita naik sepeda belajar bareng di kontrakan kamu." Usulnya.

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang