26

78.5K 3.2K 98
                                    

Paku payung

Sejak insiden di kamar mandi kemarin, Ummi jadi sering menyapaku setiap kali bertemu, contohnya tadi pagi saat kami berpapasan di tangga. Dia melambaikan tangannya sambil tersenyum, otomatis aku pun ikut tersenyum.

Dan sekarang dia sedang duduk di sampingku, omong-omong kami sedang ada di kantin sekarang. Awalnya aku hanya sendiri karena Indra tidak sekolah hari ini. Dan teman sekelas juga lebih senang berduaan dengan pacar mereka.
Contohnya Jaka, dia sedang makan berdua dengan Sari anak kelas sepuluh. Dan lihatlah si galak Raka di arah jam sepuluh. Dia sedang duduk dengan Sela, pacar ganjennya.

"Kenapa lo liatin Raka? Suka?" Tanya Ummi tiba-tiba.

Aku reflek menggeleng. "Nggak, mana ada." Kataku cepat.

Ummi terkekeh. "Pipi lo merah, malu yah." Cibirnya.

Aku melotot ke arahnya. "Mana ada!" Bentakku. Lalu dia hanya terkekeh.

"Sehabis istirahat ini akan ada rapat di aula."kata dia

Aku hanya mengedikan bahu tidak perduli.

"Oh jadi si biang kerok yang sudah membantu Ummi, jadi cocok yah. Lonte temennya lonte lagi." Kata seseorang. Aku mendongak lalu menatap perempuan yang kemarin memaki-maki Ummi di kamar mandi.

"Apa maksud lo!" Ucapku tajam.

Lalu dia menggebrak meja. Sambil menunjuk-nunjuk jarinya ke arahku. "Lo jangan ikut campur urusan gue sama Ummi." Ujarnya tajam

Aku menyeringai. "Kalau ikut campur gimana?"

"Tinggal gue kasih perhitungan buat lo." Katanya pelan.

"Kayak gini-

Dia mengambil es teh punya Ummi. Lalu tangannya melayang hendak menumpahkan es tehnya ke wajah Ummi.

Aku berdiri geram. Lalu semua es teh beserta es batunya ikut menghantam wajahku.

Aku mengibaskan Rambutku, aku yakin ini pasti akan sangat lengket.
Aku menggebrak meja di kantin, jangan tanya sudah berapa pasang mata yang menatapku.

Lalu ku tampar pipinya keras sekali.

"Ini balasan buat lo udah bilang gue lonte!" Kataku tajam.

Lalu kutampar pipi satunya lagi tak kalah keras.

"Ini balasan untuk lo karena udah nyiram gue!"

Lalu tampar sekali lagi, kali ini pelan. Aku tahu di tampar itu pasti sakit.

"Ini karena lo udah bulli temen gue!"

"LO!" Cewek di depanku menggeram marah, matanya merah tak kalah merah dengan pipinya yang habis ku tampar.

Dia tiba-tiba menarik rambuku kuat. Dia bukan hanya mau mencabut rambut dari kepalaku, tapi juga mau mencabut kulit kepalaku dari tempurungnya.

"Sakit bangsat!" Teriakku keras.

Lalu aku ikut menjambak rambutnya. Akhirnya kami hanya saling menjambak satu sama lain.

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang