64

79.4K 3K 91
                                    

Dekorasi kelas

Raka kerumah pukul sembilan malam, sambil membawa sebungkus martabak yang langsung di serbu oleh Kikis.

"Gimana Aluna di sekolah, masih suka kena hukuman?" Papa bertanya, lalu meletakan ponselnya di meja.

"Semenjak UTS, dia nggak pernah buat ulah kok pa." Ucap Raka menanggapi

"Syukurlah."

Aku tidak mau mendengarkan terlalu jauh, jadi aku lebih memilih menaiki tangga Dan tiduran di kasurku yang empuk.

Aku berguling-guling kekanan dan kiri, merentangkan otot-ototku yang sedikit kaku, seolah tersadar, aku segera membuka laci di lemari samping temlat tidur, membuka album foto yang didalam ada foto yang sama seperti di balik soft case milik Raka.

Tepat pada saat itu pintu kamarku terbuka, menampakan siluet Raka dengan wajah datarnya dan rambut acak-acakannya.

Dia mengampiriku, ikut duduk di pinggir kasur, lalu menghempaskan tubuhnya di sampingku

"Aku capek." Keluh Raka

Aku menatapnya, wajahnya memang agak pucat, dan tabiat Raka itu mudah sakit kalau misal kelelahan.

Aku buru-buru memegang keningnya, tidak panas tidak hangat juga.

"Apa sih Lun." Katanya

"Takut kamu sakit." Jawabku apa adanya.

Mimik wajahnya berubah, terlihat lebih segar dari yang tadi

"Aku baik-baik aja, cuma cape doang." Serunya

"Itu foto apa?" Tanya Raka sambil merebut foto dari tangan kiriku

"Aku juga punya foto yang sama kayak punyamu." Ucapku

Aku mengambil kembali foto itu dari Raka, lalu membaliknya

"Lihat, ada watermark dari kertas fotonya, dan Watermark nya nggak lengkap, artinya foto itu ada sambungnya kan." Gumamku

Raka hanua diam, sambil menatapku

"Dari dulu aku selalu tanya sama Mama, mana potongan dari foto ini. Tapi Mama bilang lupa." Jelasku

Raka masih diam membisu

"Aku udah lupa sebenarnya, tapi pas lihat fotoku di hape kamu, aku jadi muncul pertanyaan baru."

"Apa itu?"

"Kenapa kamu punya fotoku, dan kenapa fotonya sama?" Tanyaku

Raka tersenyum, lalu menangkup pipiku lembut. "Wajar kan, seorang suami punya foto masa kecil Istrinya." Jawab Raka

"Tapi kok, kamu kelihatannya terkejut waktu aku bilang kalau itu foto Luna?" Tanyaku menyelidik

"Terus kenapa kamu bilang aku Bulan? Setahuku aku belum cerita deh kalau namaku itu artinya Bulan." Cerocos ku.

Dia menggaruk kepalanya sambil bingung, lalu menghela nafas gusar.

"Intinya Luna, kalau WhatsApp kamu aja bisa aku bajak, aku juga bisa punya foto masa kecilmu, aku bisa melakukan apapun yanh berkaitan sama kamu tanpa kamu tahu. Kamu cukup percayakan aja sama aku, yah.." tutur Raka.

"Udah yuk, tidur." Ajaknya

Dia sudah memejamkan matanya, sedangkan aku masih berkutat dengan ponselku, mau nyetel Alarm biar bisa bangun pagi. Biar jangan Raka mulu yang ngeduluin.

***

Aku gagal bangun pagi, lagi-lagi Raka yang membangunkanku.

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang