12

100K 4.1K 65
                                    

Gara-gara Luna

Pak Gunawan sedang menjelaskan tentang Palung,

Palung adalah jurang yang berada di dasar laut. Palung merupakan depresi topografi sempit yang merupakan bagian terdalam dari lantai samudera.

Begitu penjelasan dari pak Gunawan, beliau sedang menunjukan proyektor di depan kelas video sebuah Palung.

"Sekarang, Palung terdalam di Dunia berada di dasar laut di Samudra Pasifik, ada yang tahu apa nama palungnya?" Pak Gunawan bertanya

"PALUNG MARIANA." kompak, saya, Sela dan Bobi menjawab dengan suara lantang.

Pak Gunawan menatap kami bergiliran lalu memamerkan senyum pepsodent nya.

"Memang benar yah, anaknya Bu Marina sungguh luar biasa." Gumam Pak Gunawan.

Bu Marina adalah guru khusus kelas Olimpiade, dan saya, Sela juga Bobi memang tim yang selalu di amanati untuk ikut olimpiade.

Palung ini memiliki kedalaman maksimum 10.911 meter atau setara dengan 35.798 kaki di bawah permukaan laut

Pak Gunawan menjelaskan lagi, lalu bunyi bel istirahat berdenting sangat kencang.

"Baiklah, pelajaran di lanjutkan setelah istirahat." Kata Pak Gunawan lalu mematikan proyektor di depan.

Tidak banyak perubahan, seperti biasa saya akan ke kantin dengan Bobi dan Sela, tapi sepertinya Bobi sedang tidak mood karena sedari istirahat dia terus berkata sewot pada kami.

Kini saya dan rekan-rekan osis lainnya sedang rapat prihal akan di adakannya darmawisata sebelum UTS.

"Selain minim pengeluaran, Darmawisata sebelum UTS juga bisa menjadi ajang refreshing sebelum mereka mengerjakan soal ulangan." Umi membicarakan asumsinya.

Di banding kata Rapat kayaknya ini lebih tepat di panggil dengan mubes.

"Setelah di pikir-pikir memang rasanya benar pendapat Umi soal ini, lagi pula setelah UTS berakhir kita akan mengadakan class meeting dan kemudian di susul dengan OSK" tutur Sela.

Bu Sinta tampak mangut-mangut, beliau hanya bertugas sebagai penasihat dalam acara kali ini.

"Waktunya akan menjadi terburu-buru dan kita pasti nggak akan sempet istirahat sama sekali." Sela melanjutkan.

"Benar yang di katakan Sela dan Umi," kini giliran pak Busron yanh bicara.

"Apalagi Sela, Raka dan juga Bobi salah satu dari kalian pasti ada yang mengikuti OSK juga kan. "

"Pasti Bu Marina akan mengambil banyak waktu kalian untuk belajar." Pak Busron terus berbicara sedangkan yang lain hanya menanggapi dengan diam.

"Baik, jika ada tidak ada yang membantah opsi ini, maka rapat kali ini saya nyatakan selesai, saya akan mengajukannya pada Kepala sekolah." Tutur bu sinta.

Ruang osis jadi lengang setelah semuanya pulang, tidak semuanya juga sih, sebab masih ada Saya, Sela juga Bobi.

"Bob, tumben tadi cuma diem." Gumamku, aku meliriknya sekilas, kulihat dia hanya mengepalkan jemarinya saja, mungkin moodnya belum membaik.

"Gue mau pulang." Ujarnya lalu berjalan cepat dan tampak sengaja menyenggol bahuku kencang, Sela yang melihat ini hanya menatap punggung Bobi bingung.

Saya mengejarnya, dan segera kutarik bahunya menghadapku.

"Lo apa-apa sih, lo kenapa?" Tanyaku.

"Gue ada salah sama lo atau apa?" Tanyaku lagi.

"Berisik lo." Umpatnya.

"Kemaren lo nyium Aluna kan!" Kata Bobi membentak.

"Masalah video itu?" Tanyaku memastikan, aku berdecak sebal.

"Bukannya Luna udah bilang kalau gue nggak cium dia." Jelasku.

Bobi menggeleng kepalanya cepat. "Lo bohong, gue kenal lo udah cukup lama Ka, kemaren lo gugup, tutup wajah lo."

"Emang kalau gue nutup wajah kenapa?"

"Lo itu tegas ka, lo kayak gitu saat lo ngerasa bersalah, lo nggak mungkin panik kalau lo nggak salah!" Bentak Bobi, matanya tajam mengarahku.

"Lo sialan Ka, padahal lo tahu gue suka sama Luna."

"Apalagi dengan cara lo gendong Luna kemaren, itu udah cukup membuktikan semuanya, ka."

Bobi menonjokku tepat di pipi kiriku, lalu setelahnya pergi begitu saja menuju parkiran.

"Apa benar yang di ucapin Bobi?"

Saya menoleh kebelakang, disana Sela hanya duduk di lantai sambil memeluk lututnya.

Saya hanya diam, lalu mengabaikannya.

"Ka, jadi bener kalau kamu cium Luna kemarin?" Sela berteriak. Saya menghampirinya lalu ikut duduk didepannya.

"Kita udah kenal lama kan, lo harusnya tahu tentang ucapan gue tadi." Seruku, dia hanya menatapku lalu seulas senyumnya muncul.

"Yeah, aku tahu kamu tidak mungkin seperti itu." Ujarnya. Lalu dia berdiri saya ikut berdiri juga.

Mungkin kamu keliru mengartikannya, Sela.
Tapi saya tidak ingin membenarkannya.

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang