Mama
Mama masuk kamarku setelah adzan duhur. Lalu menatapku seakan-akan aku sudah melakukan kesalahan besar.
"Sudah sering ngelakuin itu?" Tanya Mama to the point.
"Ngelakuin apa." Cicitku
"Ya ciuman." Mama mulai jengah
"Nggak." Gumamku pelan
Mama menatapku tajam, "Kamu bohong kan."
Satu-satunya manusia yang paling aku takuti itu Mama, Mama emang nggak pernah marah kalau aku berbuat ulah di sekolah, tapi kalau aku ngelanggar aturan Mama maka aku habis.
"Mama nggak nyangka yah, anak Mama bisa kayak tadi." Ucapan Mama ketus sekali, seakan-akan aku memang telah melakukan kesalahan besar.
"Mama jodohin kamu sama Raka itu biar kamu bisa berubah Luna, mama mau kepribadian Luna berubah jadi lebih baik." Ucap Mama. Kali ini agak sedikit lembut intonasi nya.
"Karena mama percaya Raka mampu merubah kepribadian kamu." Lanjut mama.
Mama mendekatiku yang sedang duduk di kursi menghadap jendela. Lalu mengelus rambutku berkali-kali.
"Luna nggak lupakan, sama cita-cita Luna?" Mama bertanya. Aku hanya menggeleng sebagai jawaban tidak.
"Bilang sama Mama, Luna sudah ngapain aja sama Raka?"
Aku menatap Mama, lalu berdiri
"Ma..." Suaraku bergetar hebat, aku tahu aku nggak kuat di giniin.
"Lu..na-
"Lunaaa-
Suaraku hilang di udara detik itu juga, di susul dengan air mata, menangis sambil sesegukan.
Aku mengepalkan jemariku kuat. "Luna harus gimana Ma?" Tanyaku pada Mama. Sejauh ini Mama hanya diam membiarkanku meluapkan emosiku
"Bukan aku yang mau kayak gini, dari awal Luna nggak pernah minta tentang perjodohan kayak gini!" Aku berteriak di hadapan Mama, lalu mengapus air mataku kasar.
"Ini kan yang Mama mau, aku akur sama Raka!" Teriakku sekali lagi.
"Ini yang Mama mau kan, kalau Luna bisa nerima Raka sebagai suami Luna." Intonasiku mulai menurun.
"Terus Luna harus gimana Ma? Tolong jawab Luna."
"MA!" aku berteriak lagi.
Mama menatapku sendu, lalu tiba-tiba memelukku begitu erat.
"Maaf." Kata Mama parau, ia menciumi kepalaku berkali-kali
"Mama cuma takut terjadi hal yang tidak di inginkan." Katanya
"Mama takut kamu kelewat batas Luna." Tutur Mama.
Aku melepaskan pelukan Mama. "Ma, Luna tahu kok mana yang terbaik buat Luna, Luna tahu batasan. Luna nggak gila Ma, Luna juga nggak BODOH!" Kataku sambil menekan kata bodoh.
Aku berjalan melewati Mama sambil jalan pincang-pincang menuju kasur. Lalu setelah sampai menjatuhkan diri kesana dan tengkurap memeluk kasur.
"Mama minta maaf, Mama nggak pernah ada saat kamu bimbang." Ucap Mama, aku tahu kali ini Mama pasti sedang duduk di sampingku, terbukti dari kasurku yang tadi bergetar.
"Mama salah." Katanya
Mama mengelus punggungku lembut sekali.
"Harusnya Mama percayakan sama Raka dan kamu."
Aku hanya mendiami ucapan Mama, sampai aku mendengar suara knop pintu terdengar. Mama keluar dari kamarku.
Aku menangis sejadi-jadinya.
Aku nggak menginginkan perjodohan ini, bukan aku yang menginginkannya, tapi Mama kan.
Tapi Kenapa cuma karena ciuman Mama langsung mengadiliku kalau aku salah? Tolong katakan salahku Dimana?Aku jadi berasa seolah kayak Ayam yang di pancing buat masuk ke kandang Singa, dan pas udah masuk aku nggak bisa keluar dan aku harus selamat tanpa di mangsa oleh si Singa itu.
Suara knop pintu terdengar lagi, ada seseorang yang masuk ke kamarku.
Lalu tangan kekar membalikan tubuhku, ada Raka yang sedang menatapku. Mimik wajahnya menatapku kacau.
Lalu tiba-tiba memelukku erat sekali.
"Jangan nangis." Katanya.
Aku memberontak, mendorong tubuhnya kasar, lalu memukul dadanya berkali-kali, aku tahu Raka sakit di gituin. Tapi hatiku juga sakit di katakan buruk sama Mama.
Raka nggak perduli sekuat apa aku ngelawat, dia tetep ngedekap aku kuat.
"Dengerin aku." Katanya
"Bukan kita yang salah." Ucap Raka.
"Kita adalah korban dari orang tua kita sendiri, Luna." Ucapnya parau.
Aku menatap Raka, matanya juga berkaca-kaca, entah menahan sakit atau memang dia cengeng.
Aku memeluknya erat sekali, Raka benar. Aku dan Raka hanyalah korban dari orang tua.
Kita nggak pernah tahu kita akan di lahirkan pada keluarga mana dan pada aturan mana.
"Nanti sore kita pulang yah. Ke kontrakan." Ucap Raka sambil memelukku dan mengelus rambutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis Galak Itu Suamiku
Teen Fiction16+ Bagi Raka, menikah dengan Aluna itu bencana, seperti Gempa dengan kekuatan 10 SR. Dan sialnya, dia tidak bisa mengelak karena perjodohan konyol orang tuanya. Dan, bagi Aluna, menikah dengan Raka adalah ajang balas dendam, karena Raka yan...