40

68K 3K 104
                                    

Hers!

Setelah sekitar dua jam-an, bus ini terasa lengang, suara yang tadinya bising karena musik, ghibahan dan lainnya mendadak senyap karena tidur, ini termasuk Luna juga ikut tertidur di pundakku. Luna tuh emang gampang banget tidur.

Karena Luna tidur sambil menggenggam ponselnya, akhirnya ku ambil saja takut jatuh dan sekalian cek-cek hahah.

Untuk ukuran Aluna ponsel itu bukan segalanya, lihat aja bahkan ponselnya tidak di sandi sama sekali.
Jari-jari saya lihai memainkan ponselnya lalu menekan galeri, sewaktu dia di rumah sakit saya hanya melihat sosial medianya saja, nggak lain-lainnya.

Luna menggeliat, lalu merangkulku tiba-tiba, untung dia duduk di pojok coba kalau di pinggir udah di pastikan bakal jatuh, dasar Luna, bukan pas sadar aja yang hiperaktif tapi juga pas tidur.

Tuhkan, bener bahkan foto di galerinya aja nggak banyak, cuma seribu doang. Padahal kalau aku lihat ponsel Ummi ataupun Sela itu hampir lima ribuan lho.

Saya mendadak senyum ketika melihat ada wajahku di ponsel Luna, ternyata dia diam-diam mengambil fotoku sewaktu tidur di sampingnya.
Terus nyaris aja ketawa saat ngeliat foto Luna dengan pose lebay, haha.

Lalu berikut nya hanya ada foto Luna, Indra dan Febi, banyak sekali ada yang lagi jalan-jalan, lagi nonton bioskop ada yang sepedahan, ada yang makan-makan. Ada yang di tribun dan ada foto Febi yang sedang lari maraton. Terus ada juga Indra yang sedang memegang piala disana tertulis "JUARA 1 LOMBA ROBOTIK TINGKAT KABUPATEN"

Omong-omong lomba Robotik Kikis juga menang lho menjuarai lomba sebagai pemenang ke dua tingkat kota.

Sudah selesai, yang ponsel Luna ambil hanya itu, lalu saya menekan lagi folder lainnya, disana tertulis  'TEMAN BANGSAT 🥰' hmm, teman saja dia bangsat-bangsatin, yah.

Sekitar ada seratus foto yang di dalamnya cuma berisi Indra, Febi dengan Luna. Cuma itu, lalu aku semakin kebawah dan menemukan satu foto ganjil, ada empat orang di sana, ada Sela, Indra, Febi juga Luna.

Mereka tampak senyum sumringah, mereka berempat tengah memegang spanduk dengan tulisan.  "SELAMAT DATANG PEMENANG OLIMPIADE KAMI BANGGA MENJADI TEMAN KALIAN."

Lalu slide berikutnya menampilkan Sela, Indra juga Luna yang tengah memegang piala besar sekali, setengah badan dari tubuhnya Luna.

Saya melirik Luna yang sudah mendengkur pelan dan teratur. Lalu menggenggam tangannya.

"Sela itu sahabatmu atau teman satu tim-mu, Luna?" Tanyaku dalam hati.

Ada apa dengan kalian, kenapa seakan saling diam-diaman seperti orang yang nggak saling kenal?

Kenapa seakan Sela juga menghindari kamu, dan begitupun kamu?

Kenapa Indra selalu mengancam untuk saya tidak dekat dengan Sela saat pertama kali dia tahu bahwa saya adalah suaminya Luna?

Saya memukul keningku, lalu memijit pangkal hidungku, semuanya terasa pusing sekali.

"Luna, bangun. Udah mau nyampe." Kataku menepuk-nepuk bahunya. Dia menggeliat menatapku merem-melek.

"Bangun sayang." Ucapku lembut.

Dia memanyunkan bibirnya, lalu duduk tegak sambil melihat sekeliling dan terakhir mengamati pemandangan di luar.

"Kok hapeku ada di kamu?" Tanyanya ketus.

Aku meletakannya di telapak tangan Luna. "Takut jatoh." Jawabku.

"Katanya mau nyampe, kok masih jalan." Oceh Luna

"Kan aku bilangnya mau nyampe, kalau mau itu berarti sebentar lagi nyampe, bukan berarti sudah nyampe."








































Saya ingin cepet-cepet selesaikan ini astgaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang