3

127K 5.1K 73
                                    

Ivan Raka Pratama

Saat adzan Magrib berkumandang,  Papa mengajak Om Bagus dan Raka untuk kemasjid solat berjamaah,  dan Mama mengajak Tante Diana ke kamar tamu untuk solat.

"Maa-

"Nanti yah,  Mama jelasin." kata Mama

Aku tuh berasa kayak anak kecil polos yang nggak tahu apa-apa,  tiba-tiba di jodohin dan eh malah dengan si Raka pula,  si Mata Elang,  kayaknya enakan di panggil gitu deh. 

Setelah solat,  semuanya berkumpul di meja makan kembali. 

"Gimana Luna?" tanya Om Bagus.

"Gimana apanya?"

"Ya tanggapan kamu, tentang perjodohan ini."

"Luna nggak tahu,  cuman kok nggak ada yang ngasih tahu gitu,  dan rasanya perjodohan itu bukan hal buat lelucon deh." ucapku lirih. 

"Luna,  sebelumnya Papa minta maaf karena nggak bilang dulu sama Luna.  Tapi perjodohan ini sudah kami rencanakan sejak kami temenan di SMA.  Dan mengingat rasanya Papa dan Mama nggak bisa ngontrol kamu di sekolah atau di rumah saat kami nggak ada.  Papa akhirnya mutusin buat menjodohkan kamu sekarang." tutur Papa

Aku hanya menatap Papa  nggak percaya,  maksudnya ini begitu tiba-tiba. 

"Dan Luna,  Om juga sebagai orang tua sadar betul akan remaja masa kini,  meski kami percaya baik kamu atau pun Ivan adalah anak yang baik,  tapi kami sebagai orang tua tetap takut jika anaknya salah kaprah." Om Bagus ikut andil menjelaskan. 

"Jadi Luna?  Gimana pendapat kamu?" tanya Tante Diana. 

"Luna nggak tahu,  dan gimana dengan Raka?" kataku menatap Raka yang cuma diem menatapku malas. 

"Raka sudah setuju dengan perjodohan ini." ucap orang tua Raka. 

Eh,  dia setuju?  Beneran?

"Ma,  Luna butuh bicara dulu sama Raka." kataku,  dan Raka yang mengerti langsung berdiri dari duduknya,  gitu juga aku.  Aku berjalan di depannya dan dia mengikuti  hingga sampai di halaman rumahku

"Lo setuju?"

"Gue terpaksa,  konyol banget sumpah!"

"em..."

"Lo bisa nolak itu kalau lo tega sama kedua orang tua lo,  dan kayaknya lo harus nolak karena gue nggak punya kuasa buat nolak perjodohan konyol ini.  Apalagi lo orangnya." cerocos Raka.  Ini pertama kalinya dia menatapku tanpa tatapan Elang nya. 

"Kenapa kalau gue yang di jodohin sama lo?" tanyaku dengan sebelah sudut bibirku yang terangkat ke atas sedikit.

"Gue nggak suka cewek kayak lo yang urakan,  nggak jelas,  bandel,  dan acak-acakan." jawabnya jujur. 

"Terus,  lo pikir gue mau gitu di jodohin sama orang kayak lo?  Yang galak,  suka ngehukum,  sok dingin,  sok kegantengan." omelku. 

"Eh,  gue emang ganteng,  dan gue pinter." ucapnya songong. 

"Kalau Istri gue kayak lo,  nggak kebayang anak gue kayak gimana."

"Lah,  gue cantik kali,  dan emang lo doang yang pinter?  Gue juga pinter,  buktinya selalu jadi peringkat 3 terus." ucapku nggak mau kalah. 

"Eh,  kayaknya gue bakalan nerima perjodohan ini deh.  Hidup lo sengsara kalau sama gue.  Haha,  terus anak lo jadi urakan kayak gue.  Haha."

Dia malah menjitak kepalaku,

"Kalau ngomong itu di pikir dulu,  nikah itu nggak sebecanda itu,  Aluna Ratu Az-Zahra..." katanya,  eh dari mana dia tahu namaku? 

"Gue terima perjodohan ini,  titik." kataku tajam.  Lalu masuk kembali kedalam rumah

"Gimana sayang?" Mama bertanya sedikit cemas

"Luna setuju,  Ma." kataku lirih. 

"Alhamdulillah." serentak semuanya mengucap hamdalah,  lagi lagi kecuali Raka,  dan tentu juga denganku. 

Aku pikir,  kayaknya aku harus bales dendam karena dia suka banget ngehukum saya,  dan kayaknya nanti-nanti bisa cerai juga kan.



"Mama pikir,  kamu tidak menerima perjodohan ini." kata Mama. 

Aku cuma tersenyum

"Emang boleh kalau Luna nggak menerima nya?" tanyaku

Dan Mama reflek tertawa,   "Ya nggak boleh lah,  kamu harus mau." jawab Mama masih dalam mode ketawanya. 

Ohya,  ini Mama sedang di kamarku dan kebetulan keluar Raka juga sudah pamit saat Isya tadi.

"Namanya Ivan Raka Pratama." gumam Mama

"Mama nggak nyangka lho,  ternyata Raka yang sama yang suka ngehukum kamu di sekolah." tutur Mama.

"Apalagi Luna,  kepikiran di jodohin aja nggak." ucapku sambil sewot. 

Dan atas kesepakatan bersama,  Pernikahan aku dengan si Mata Elang akan di adakan empat hari lagi,  yang artinya nanti hari Sabtu yang katanya itu bertepatan dengan usia Raka yang ke-17 tahun,  dan menurut Negara itu sudah sesuai standar Perundangan-undangan Laki-laki menikah di usia 17 tahun.

Tapi yah,  ini aku masih nggak nyangka aja aku bakalan nikah hahaha... 

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang