60 (Aluna)

67.6K 2.8K 115
                                    

Eksperimen Sains Sederhana

Pagi ini, aku masih mendiami Raka.
Dia tampak asik sendiri menikmati sepiring nasi dengan dua telur ceplok.

Aku menatapnya sinis sekaligus malu, malu kalau mengingat tadi pagi. Jelas, aku memang sengaja masuk ke kamar Raka, faktor terbiasa tidur bareng jadi berasa ada yang beda kalau tidur sendiri. Aku yakin Raka juga demikian.

"Aku mau baikan asal kamu beliin aku es krim sama susu yang banyak." Kataku agak ketus.

Aku menyeruput teh hangat yang lima belas menit tadi kubuat.

Dia menoleh, menatapku datar, lalu memasukan sesuap nasi dari tangannya ke mulut.

"Jangan jadi kanibal deh." Ucapnya datar.

Aku langsung menatapnya dengan tatapan paling galak, "Kamu kan manis, sesama manis nggak boleh kanibal." Jelasnya.

Aku berdeham sedikit. Jangan senyum ih jangan, nanti harga diri ku hilang di depan Raka.

"Kalau mau senyum mah, senyum aja kali Mbak, jangan di tahan-tahan." Omelnya, lalu berdiri dan menoel pipiku gemes.

Aku buru-buru menangkis tangannya.

"Apaan sih!" Kataku sewot.

Dia berjalan kearah dapur sambil membawa piring bekas makannya tadi.

"Lun, kamu minta es krim sama susu atau minta peluk sama cium?" Tanya Raka dari dapur.

"Semuanya." Kataku cepat.

Aku buru-buru menutup mulut latahku, sialan. Aku kan keceplosan.

"Apa Lun?" Raka bertanya sambil berjalan kearahku.

Aku buru-buru menggelengkan kepalaku cepat, dia menyeringai, menatapku dengan tatapan penuh arti.

Lenyapkan saja hamba Tuhan!

"Sini peluk." Ucapnya sambil menaik turunkan alisnya.

Aku menatapnya sambil menggembungkan pipiku.

"Nggak mau!"

Nggak mau kalau sebentar, maksudnya.

Dia tersenyum, manis sekali.

Lalu menarik pingganggku agar bertubrukan dengan badannya, dia memelukku, erat tapi nyaman. Hanya pelukan, pelukan lembut, nyaman dan hangat. Dia menyenderkan kepalanya di atas kepalaku, lalu makin mengeratkan pelukannya.

"Maaf aku nggak bisa jawab pertanyaan kamu." Gumamnya.

"Tapi aku bisa cium kamu, hehe."

***

Aku memasuki Tribun sekolah, lalu menatap sekitar yang sudah heboh menungguku untuk segera gabung di meja peserta.

Aku menatap Raka yang nyengir ke arahku, sialan emang. Dia ninggalin aku kesekolah.

Dimana-mana itu kalau punya Istri berangkat nya bareng ke sekolah, bukan malah ninggalin dan ngebiarin Istrinya kesekolah sendiri naik sepeda. Akutuh pokoknya nggak ngerti sama sudut pandangnya Raka.

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang