Ruang BK
Bu Sinting menatapku menyelidik. "Dari mana kamu tahu kalau Darrel sering melakukan kekerasan pada Antonio?" Tanyanya mengintrogasi.
Aku berdecit pelan, lalu menceritakan semuanya tanpa di kurangi atau di lebih-lebihkan, Bu Sinting sangat serius mendengarkan, begitu juga Raka, Bobi, Darrel dan pak Busron.
Aku menatap mata Darrel, matanya menatapku tajam. "Saya memang sengaja membuat Darrel marah untuk mendapatkan bukti jika saudara Darrel melakukan kekerasan terhadap temannya." Tuturku.
Darrel hanya diam tanpa mau membela.
"Jika Ibu tidak percaya, silahkan cek luka lebam yang ada di rahang kiri Antonio itu luka terlihat cukup lama dan memang ucapan Antonio tidak mengada-ada." Jalasku lagi, Bu Sinting hanya mengangguk-anggukan kepala
"Saya hanya berniat untuk menjebak Darrel saat menganiaya temannya, tapi ternyata dia hendak melakukan kasus kekerasan padaku. " Ucapku sambil menatapnya tajam, dia hanya mendengus kesal.
"Kalau gitu mana buktinya?" Tanya pak Busron.
"Raka dan kak Bobi sebagai saksi sekaligus buktinya. " Aku menatap Raka dan Bobi bergantian.
"Benar Pak, saat saya sedang berjalan di koridor dengan Aluna, dia berlari saya pikir dia akan membolos sekolah, tapi ternyata dia lari kebelakang sekolah, saya mengejarnya dan cukup sulit mencari keberadaannya jika bukan karena suara Aluna yang keras itu." Jelas Raka.
Dia menghembuskan nafasnya. "Saya melihat perkelahian itu, tadinya saya ingin melerai, namun karena saya tahu Darrel adalah anak Karate saya segera mencari bantuan dan kebetulan ada Bobi." Tutur Raka.
"Saat kami tiba di tempat kejadian, Darrel sedang melakukan tindakan bodoh terhadap Luna, dia memegangi tangan Luna dan hendak menamparnya, Raka segera berlari dan menghajar Darrel dari belakang." Kata Bobi ikut menjelaskan.
"Aku punya bukti videonya Bu." Aku-ku, Darrel menyeringai.
"Bukannya hape lo udah lo lempar." Katanya.
Benar, hapeku dia lempar sampai mati total, tapi mungkin dia lupa kalau sekarang sudah nggak jaman cuma punya satu hape saja. Aku balas menyeringai, lalu mengeluarkan satu hapeku yang lain yang sengaja aku letakan di tumpukan Batu Bata.
Darrel menggeram, aku mengacuhkannya, Pak Busron sudah siap dengan proyektor nya.
Video dimulai saat Darrel menendang bekas Monitor, lalu menghajar Antonio habis-habisan lalu scane berganti dengan aku yang datang untuk melerai, kejadian demi kejadian terus di putar hingga tiba saat aku jatuh tersandung palaron. Video disana hanya menampilkan suara Darrel dan aku yang terdengar ketakutan, tanpa ada wajahku tanpa ada wajahnya, hanya menyoroti punggung Darrel dan tembok.
Dalam hati aku bersyukur karena kameraku tidak bisa merekam adegan laknat Darrel menciumku, scane selanjutnya memperlihatkan tangan Darrel yang terangkat hendak menamparku, lalu seperkian detik Raka datang menonjok bahu Darrel hingga tersungkur, Darrel bangun dan Raka memababi buta terus menonjoknya hingga Darrel tidak memiliki kesempatan untuk melawan.
Suara kak Bobi terdengar itu scane saat kak Bobi melerai Raka dan membawa Darrel keruang BK.
Video selanjutnya hanya mempilkan tembok, lalu Raka membantu kakiku keluar dari puing-puing, suara selanjutnya membuat Raka memukul keningnya berkali-kali, lalu menutupi wajahnya .
"Gue udah ngapus bekas bibirnya di bibir lo."
Mampus,satu kata yang bisa aku katakan.
Pak Busron mengercit bingung sambil menatap Raka dan aku bergantian.
"Apa yang kalian lakukan?" Tanyanya, Bu Sinting hanya diam menatapku tak sabar.
"Raka menghapus dengan telapak tangannya." Gumamku pelan, memang benarkan, ada adegan dimana Raka mengusap air mataku, jadi secara nggak langsung aku tidak berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis Galak Itu Suamiku
Fiksi Remaja16+ Bagi Raka, menikah dengan Aluna itu bencana, seperti Gempa dengan kekuatan 10 SR. Dan sialnya, dia tidak bisa mengelak karena perjodohan konyol orang tuanya. Dan, bagi Aluna, menikah dengan Raka adalah ajang balas dendam, karena Raka yan...