48

69K 3.4K 115
                                    

Luna ngambek

Jam lima sore, Luna baru sampai kontrakan, dengan wajah penuh peluh, dan wajahnya merah karena terkena sinar matahari, eh bukan cuma kulitnya aja yang merah, tapi juga matanya.

"Lo tuh apa-apaan si Anjir!" Bentaknya setelah masuk kedalam kontrakan.

Saya tersenyum canggung menatapnya.

"Maaf, hehe." Seruku pelan.

"Lo pikir lucu gitu ninggalin orang? NGGAK BANGSAT!" Amuk Luna.

Aku menghela nafas berat, kasarnya istriku.

"Ngomongnya jangan kasar." Makiku

"BODO AMAT!" teriaknya.

Aku menghela nafas lagi, lalu meninggalkan Luna sendirian yang sedang marah-marah di kursi.

"Ih Raka!" Teriaknya lagi.

Dia menghampiriku yang sedang berniat membaca buku untuk UAS.

"Ngeselin!" Makinya, lagi.

"Kan, aku udah minta maaf." Ucapku pelan.

Dia menggembungkan pipinya.

"Lo tahu nggak sih, kalau gue itu khawatir!"

"GUE NYARI LO KEMANA-MANA, GUE TUNGGUIN LO DI DEPAN MASJID KAYAK PENGEMIS SAMBIL NENTENG SEPEDA."

"GUE KELILING-KELILING NYARI LO TAKUT LO DI CULIK. TAUNYA LO MALAH PULANG DULUAN. ANJIR SIALAN LO!"

Saya cuma menghela nafas sambil mikir, gimana caranya biar Luna nggak terbiasa ngomong kasar lagi.

"Habisnya tadi kayaknya asik banget ngobrol sama temen smp mu." Kataku pelan, pelan sekali.

Luna diem sesaat, lalu matanya menatapku aneh sekali.

Tiba-tiba dia memelukku sambil menyembunyikan kepalanya di tempat biasa, apalagi kalau bukan ketiak.

"Eh kenapa?" Tanyaku bingung

Kudengar dia terisak kencang sekali, aku mengangkat tubuhnya dalam sekali hentakan, lalu mendudukannya di kasur dekat Bubu.

Dia menatapku sambil menghapus air mataku.

"Apa kamu denger semuanya?" Tanyanya,

Aku diam sesaat, kalau aku bilang denger ada kemungkinan dia akan cerita, tapi ada juga kemungkinan dia mendiamiku karena menguping.

"Ya." Kataku agak ragu.

Dia terisak lagi. "Aku belum bisa memaafkannya, tapi..."

Dia berjeda lama sekali

"Tapi aku udah coba membiasakan diri kok, aku coba biasa aja. Tapi rasanya selalu sakit kalau berpapasan sama dia. Aku capek hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Raka." Ocehnya.

Aku berdiri mematung, bahkan mimpinya saja bagian dari masa lalumu, begitukan, Luna?

"Mau ceritain nggak semua kejadiannya?" Tanyaku pelan, aku ikut duduk di sebelahnya sambil memainkan jemarinya yang putih bersih.

Dia mengangguk agak ragu.

"Jadi tuh, dulu waktu aku di SMP aku suka ikut olimpiade, sama kayak yang kamu alami sekarang. Aku juga punya tim, sama kayak kamu Sekarang.

Luna menghapus air matanya lagi,

"Dari kelas satu, aku selalu satu tim dalam Olimpiade sama Sela dan Indra, tapi waktu kelas dua aku ketemu sama kakak kelas bernama Alan, kak Alan ini baik banget, pinter, suka ngajarin kita banyak hal. Karena sering bareng kemana-mana, aku jadi suka sama kak Alan.

"Kak Alan juga ternyata suka sama Luna. Terus nembak Luna dan langsung Luna terima. Kak Alan yang dulunya ngajarin Luna materi-materi pas pacaran justru selalu ngajak main, suka telponan siang-malem pokoknya buat aku nggak punya waktu untuk belajar. Luna juga nggak perduli sama pelajaran, intinya Luna bisa sama kak Alan terus, sampe pas kelas dua pengumuman buat OSN Luna nggak terpilih karena nilai Luna nurun, Luna sadar akan hal itu karena udah nggak pernah belajar lagi. Tapi Luna biasa aja dan mama sama papa juga nggak marah.

"Tapi...

Kulihat punggunh Luna bergetar lagi, yang artinya dia sedang menangis.

Aku langsung mendekapnya, lalu mencium kepalanya berkali-kali.

"Ternyata Lu..na cuma di bohongin." Lanjut Luna sambil sesegukan.

"Di bohongi siapa?"

"Sama semuanya, ternyata kak Alan sukanya sama Sela, dan Sela bilang ke kak Alan buat pacaran sama Luna biar Luna nggak lolos seleksi Olimpiade."

Hem?

"Dengan kata lain, Sela yang jadi permasalahan nya? Sela nyuruh Alan buat pacaran sama kamu, buat kamu lupa sama belajar sehingga kamu nggak ikut OSN lagi, gitu kan?"

Dia mengangguk dalam dekapanku.

"Luna nggak perdulu, Luna ikut OSN apa nggak. Yang Luna sakitin itu, kenapa harus bohongin Luna. Sayangnya Luna ke kak Alan itu bukan main-main, Luna pikir kak Alan itu suka beneran sama Luna. Soalnya perhatian dia, ucapan dia semuanya nunjukin seolah-olah dia tulus sama Luna. Tapi ternyata semuanya cuma sandiwara, pas pengumuman itu Kak Alan sama Sela datengin Luna di taman belakang sekolah sambil pegangan tangan kalau ini semua rencana Sela, jadi Luna nggak dapet semuanya, nggak dapet OSN dan nggak dapet kak Alan sekaligus Luna berasa di bunuh sama temen Luna sendiri." Ucapnya.

Jadi karena itu?

"Mangkanya.

Luna berdiri, lalu menatap mataku tajam.

"Luna nggak mau kehilangan Raka, Luna nggak mau di tinggal pergi sama Raka kayak kak Alan ninggalin Luna demi Sela. Aku nggak suka kamu deket-deket sama Sela, aku nggak suka Sela yang selalu megangin rambut kamu, bahu kamu pokoknya aku nggak suka Sela yang genit sama kamu. Aku marah aku cemburu karena Luna sayang sama Raka." Aku Aluna

Aku tersenyum, hatiku bergetar hebat.

Lalu tanpa sadar, dia sudah mengecup bibirku. Hanya diam tanpa bergerak, karena gemas. Aku akhirnya mengambil alih semuanya.

Luna, makasih atas kejujuran kamu, aku suka.

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang