59

67.5K 3.1K 185
                                    

Luna modus

Luna masih ngambek malam ini, sebab sejak dua hari yang lalu pertanyaannya tak juga kunjung ku jawab.

Dari tadi, kubujuk rayu nggak juga mempan. Dia masih mau jawaban dari pertanyaannya.

"Masih ngambek?" Tanyaku ikut duduk di ujung kasur.

Dia menoleh kearahku, lalu fokus pada bukunya lagi. Sebab besok akan di adakan Final Cerdas Cermat.

"Kalau kamu nggak mau jawab, aku akan mogok baikan sama Raka!" Ancamnya sambil mulutnya komat-kamit.

"TITIK!" ancamnya lebih tajam

Saya nyaris saja tertawa. Ketusnya Luna itu lucu banget ya Allah.

Saya tuh, bukan nggak mau jawab. Tapi cuma bingung gimana ngejelasinnya ke Luna kalau saya memang sengaja Bajak Hapenya buat pantau dia.

Di tambah Indra sudah marah-marah nyentak saya kalau dia nggak mau ikut-ikutan dalam masalah Luna ngambek.

"Aku beliin Coklat yah." Kataku lembut sambil membelai rambutnya.

"Jangan nyogok Luna!" Katanya tajam sambil menghempaskan tanganku.

"Nggak kok, cuma barter aja. Aku beliin barang yang kamu mau dan kamu balikin senyum kamu buat aku." Kataku sambil tersenyum, ini beneran bukan Raka sumpah.

Dia menatapku intens, "Nggak mau." Katanya ketus.

"Yaudah, kita perang dingin aja kalau gitu." Kataku ikutan ketus.

Aku keluar kamar Luna, lalu masuk ke-kamarku sambil memungut Bubu yang sedang tergeletak di lantai.

Heh...
Padahal baru kutinggal selingkuh beberapa minggu. Tapi tubuhnya sudah dingin.

Saya memeluk Bubu erat. "Maaf yah... Raka kembali. Lunanya lagi ngambek soalnya." Kataku seraya mengangkatnya ke kasur.

Saya tertawa gitu aja. Mengingat betapa gilanya Raka yang menganggap seolah Bubu adalah pacarku.

"BERISIIIK!" Teriak Luna dari kamarnya.

"AKU LAGI BELAJAR TAHU!" serunya.

***

Dua jam berikutnya saya hanya luntang lantung di tempat tidur, nggak bisa tidur padahal sudah tengah malam.

Saya membuka kaos-ku, hanya menyisakan celana pendek selutut di tubuhku. Hawanya malam ini begitu panas, padahal hati ini lagi kesepian di tinggal Luna.

Bubu hanya tergeletak di sampingku, sudah tidak nyaman kupeluk-peluk, nyamanan Luna asli.

Suara langkah kaki terdengar pelan, lalu knop pintu berputar pelan. Aku buru-buru menutup mataku dengan lengan kanan.

"Kamu tuh nyebelin ih." Omel Luna yang sudah ada di atas kasurku. Saya tetap diam menikmati kaki-kaki Luna yang sejak tadi mencak-mencak hendak menggeserkan tubuhku.

"Ngeselin, galak, pelit iiiih!" Dia ngomel lagi. Aku melihat wajahnya dari sela-sela ruang kosong antara mata dan lenganku. Wajahnya kesel, rambutnya acak-acakan sambil pipinya ia gembungkan. Ciri khas Luna banget.

"Kalau aku ngambek itu yah, di bujuk."

Hee...
Sejak dua hari yang lalu aku sudah bujuk padahal.

"Di peluk, di cium."

Hee...
Padahal tinggal bilang pengen di cium sama di peluk. Hahaha.

Dengan sekali hentakan, dia menindih tubuhku, bergerak-gerak sebal di atasku.

Gini jadinya, aku mending tengkurap saja.

"Ih sebel-sebel-sebel!" Dia benar-benar puas menyampaikan kekesalannya.

"Tahu nggak sih, akutu kesel sama kamu." Kini dia malah membelai-belai rambutku, sikap dia itu gimana sih!

"Aku juga sayang sama kamu." Dia bergumam lagi, suaranya bergetar tulus. Saya jadi pengen bangkit terus meluk Luna kuat-kuat.

Aku terhentak ketika benda kenyal menempel di bibirku.

Luna nyium Raka?

Cukup lama, dan cuma sebatas nempel. Lalu pergerakan kecil muncul, hanya sebatas itu lalu dia sudahi.

Dia masih menindihku, kini, justru dia memelukku erat.

Dia tahu nggak sih, perbuatannya buat aku tegang.

"Heee... Orang tidur bisa terangsang yah?" Dia bertanya pada dirinya sendiri.

Lalu turun dari tubuhku, dan duduk di sampingku.

Luna polosnya nggak ketulungan, padahal orang pinter itu harusnya cerdas bukan polos.

Saya memiringkan tubuhku, menarik pinggangnya, dan menyembunyikan wajahku di dadanya.

Terakhir, suara benda jatuh terdengar jelas,

"Bubu sialan. " Seru Luna kemudian.

Owalah, Bubu di hempaskan oleh Aluna.

Pagi ini, aku bangun lebih dulu, seperti biasa.

Dia masik asik tidur sambil memeluk perutku.

Manis sekali.

Saya menciumi bibirnya berkali-kali, hanya kecupan singkat yang kuganda-gandakan.

Matanya terbuka, lau menatapku terkejut.

"Kamu kenapa nggak pake baju!" Omelnya.

Aku mendengus gitu aja, tadi malem juga aku nggak pake baju dia nindih aku biasa aja.

"Kamu ngapain ada di kamarku?" Tanyaku

"Mana aku tahu." Katanya sambil duduk.

Aku ikut duduk, "Bisa aja kamu mindahin aku ke kamar kamu." Alibi dia.

Heee... Gitu yah...

"Kayaknya lebih baik aku yang ke kamar kamu dari pada aku mindahin kamu ke kamarku." Ucapku sambil menyeringai.

Dia tampak gelisah, lalu menghembuskan nafas perlahan.

"Mana aku tahu, bisa aja aku ngigau jalan ke kamar kamu." Katanya lagi.

Aku batuk berkali-kali, menahan ketawa.

"Oh.gitu? Emang ada orang tidur bisa buka knop pintu yah."

"Udah lah, aku mau mandi!" Teriak Aluna.

Aku terkikik geli, hahahahaha.

"Lun, Jangan galak-galak, nanti manisnya hilang." Godaku.

"Bodo amat!" Teriak Luna tanpa menoleh kearahku.

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang