24

82.4K 3.4K 87
                                    

Raka bodoh, Raka sialan.

Bu Sinting berdecak pinggang,  lalu mengibaskan tangannya di wajahnya sebai kipas,  wajar ini lapangan.  Panas. 

"udah nyoret  dinding toilet nya? " tanyanya

Aku mengangguk sambil tersenyum. 

Senyum di sengaja tentunya. 

Sial banget, sewaktu berangkat sekolah aku tuh kebelet pipis dan lari ke toilet kelas satu, sampai-sampai aku malah nabrak bahu cewek yang lagi sibuk menggosip di pagi hari. Nggak pagi juga sih, ini tuh udah jam setengah delapan, baru aja di ceramahi oleh bu Sinting pasal telat datang, lagi.

"Elah kak Luna kek berasa lomba lari ae!" Gerutu cewek berambut sebahu itu. Aku nggak tahu namanya, tapi dia tahu saya maklum, saya tuh idola di sekolah, haha.

Aku membalikan badan sambil berucap maaf, lalu langsung masuk ke toilet sambil menggebrakan pintu.

Selesai pipis aku berpuh lega dan bersender di dinding toilet, capek habis lari-lari.

Aku berdiri tegak lagi, lalu kulihat ada tulisan laknat yang membawa-bawa namaku, aku tahu, itu perbuatan Andri.

Aku segera membuka resleting tasku dan menyoret kata-kata itu dengan tip-x.

Dan disinilah awal mula aku di ceramah lagi dengan Bu Sinting.

Lihat saja penampilannya, udah mirip banget kayak buk polisi yanh bagian introgasi. Aneh nggak sih, guru senyebelin ini banyak yang suka.

"Kalau mau jadi seniman itu nyoret nya di kanvas, bukan di dinding."katanya lagi.

"Udah dateng telat, lagi di omongin main kabur lari-lari,terus nyoret-nyoret dinding lagi. Kamu tahu, make up saya luntur cuma gara-gara ngejar kamu lari." Dia mengomel lagi ingin sekali ku foto terus ku viralkan di sosmed mulut komat-kamit nya.

"Udah bu, buruan. Hukuman apa elah. Panas gini." Omelku, dia makin menatapku tajam. Lalu memanggil Ummi yang kebetulan sedang jaga , ini hanya mungkin yah...

"Ummi, tolong antar Luna ke lantai tiga, dan lihatin dia." Kata bu Sinting.

"Dan kamu Luna." Tunjuknya.

"Bersihkan toilet perempuan kelas tiga!" Serunya.

Aku menuju lantai tiga, disana para senior sudah menatapku dengan tatapan aneh. Saya kurang akrab dengan kelas tiga, apalagi kelas satu. Saya juga nggak mau kenal sama mereka apalagi dekat.

"Yang bener nyikatnya." Kata Ummi saat aku mulai jongkok untuk menyikat lantai.

"Lun, itu di pinggirnya masih kotor." Ummi mulai menyebalkan.

"Lo bisa nggak cuma diem, kalau nggak bisa diem bantuin kenapa." Amukku sambil menyemprotkan air di roknya

Dia teriak kencang sekali, sampai beberapa ada yang menghampiri untuk sekedar mau tahu apa yang terjadi.

"Apa lo liat-liat!" Teriakku pada cewek-cewek ber make up tebal.

"Eh gila, biasa aja dong!" Kata perempuan dengan tinggi sebahuku dengan wajah songongnya.

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang