67

85.2K 3.5K 592
                                    

Sebuah kebenaran


(Publish ulang)

Hari ini pembagian Raport untuk semester satu, Teman-teman sekelas saling tersenyum, ada juga yang cemberut, mungkin karena nilainya turun. Dan saya, yaaah... Biasa saja!

Sedari tadi banyak yang minta foto bareng, katanya sih untuk kenang-kenangan selama liburan, yang katanya libur dalam satu tahun, aslinya hanya beberapa minggu saja karena bertemu tahun ini dan tahun depan. Seperti biasa nama Raka menduduki peringkat satu di kelas, Sela yang kedua dan ketiga adalah Bobi. Itu adalah lingkaran yang terus berputar sejak kelas sepuluh tahun lalu. Dan untuk Aluna saya tidak tahu.

Dia tidak masuk hari ini, bahkan saya tidak tahu apakah dia berencana mengambil Raportnya ataukah tidak, akan saya tanyakan nanti selepas selesai, tapi mungkin tidak. Sela menatapku lekat-lekat, berangsur mendekat dan kurasa saya akan menghindar saja.

Saya berjalan di koridor lantai dasar, menyusuri kelas per- kelas sampai berhenti di ruang guru.

Saya mendekati Bu Rina, selaku wali kelasnya Luna.

Bersaliman selayaknya Murid pada Guru, lalu tersenyum ramah

"Saya boleh mengambil Raport milik Aluna tidak yah Bu?" Tanyaku seformal mungkin.

"Waah... Raport punya Luna udah di ambil sama Bu Marina." Gumam Bu Rina.

Setelahnya saya pamit, berjalan keluar dan berpapasan dengan Bu Marina di pintu.

"Bu, saya ingin bicara." Ucapku halus.

Bu Marina hanya tersenyum sambil mengangguk, lalu berbalik arah dan saya mengikutinya dari belakang.

Bu Marina mengajakku ke ruang kelas khusus Olimpiade, lalu beliau duduk sambil menghadap wajahku.

"Saya mau ambil Raport nya Luna." Ucapku pelan.

"Lagi marahan yah?"

"Nggak." Kataku sambil menggeleng cepat.

"Tapi Luna nya bilang 'iya'."

"Haa? Masa sih Bu?" Tanyaku reflek.

Saya tertunduk lesu, memang kami lagi marahan, maksudnya Luna yang memilih jalan gini kan.

Saya sadar, beberapa hari nggak bertemu Luna buat saya kangen se kangen kangennya orang kangen, tapi dia nggak mengijinkan saya bertemu dengannya sampai saya tahu apa kesalahannya saya. Dan parahnya, saya masih belum tahu apa kesalahan saya. Maksudnya, saya tahu menerima perlakuan Sela itu salah, tapi ayolah... Saya sudah jelaskan jika memang itu adalah Attitude yang benar.

"Raka?" Suara Bu Marina membuyarkan lamunanku, saya menatap wajah cantik Bu Marina, lalu tersenyum.

"Kami sedang sedikit ada masalah, boleh nggak, kalau Raka aja yang ngasih Raport milik Aluna?" Cicitku.

"Boleh..." Serunya

Dia menghela nafas pelan, "Raka, Saya nggak tahu apa yang sedang kalian perdebatkan, tapi doa saya, semoga kalian lekas baikan." Ujar Bu Marina.

"Makasih Bu." Ucapku pelan, aku menerima Raport milik Luna, melihatnya sebentar dan mendapati Aluna peringkat satu di kelas, saya tidak akan terkejut membaca hal ini.

"Makasih Bu... Makasih buat semuanya." Ucapku, sebelum pergi saya bersaliman kembali dengannya, lalu keluar dari ruangan ber-Ac ini dan merasakan hawa panas di luar.

Entah sebab suhu atau sebab mata ini terkejut menatap Sela menunggu di luar.

"Ka, aku mau ngomong." Ucapnya pelan, matanya menatapku sendu

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang