Aluna sayang...
Apa yang lebih cepat dari kecepatan cahaya?
Kalau saya di tanya kayak gitu, mungkin saya akan jawab"Rinduku pada Luna lebih cepat dari kecepatan Cahaya."
Oke-oke, ini memang gombal. Tapi saya memang benar-benar merasa rindu.
Pagi ini, saya enggan turun dari tempat tidur, masih ingin menikmati wajah ayu milik Istriku, yaaa... Semalam saya sampai rumah Luna jam sebelas dan dia sudah meringkuk di tempat tidur pulas sekali. Hehe, lucu banget.
Saya mengelus rambutnya pelan, lalu merapihkannya yang separuh menutupi wajah.
Saya membelai pipi putihnya, lalu menciumi asal dimana-dimana, di mata, di hidung, di alis, di pipi, dan tentu di bibir.
"Bangun sayang..." Bisikku sepelan mungkin
Mata Luna terbuka perlahan, mengerjapkannya berkali-kali.
"Kok kamu disini?" Tanya nya terkejut.
"Hehe, soalnya ada yang kangen katanya sama Raka." Jawabku pelan
Dia menatapku dengan wajah ketusnya
"Aku nggak kangen sama kamu." Katanya sewot
"Ekhem..." Saya berdeham cukup kencang
"Aku nggak bilang kamu yang kangen kok, sayang... Mama yang kangen sama Kikis katanya." Lanjutku
Dia makin melotot ke arahku.
"Kalau kangen Kikis ke kamar Kikis aja, jangan ke kamarku." Katanya makin sewot, hehe lucu.
"Kan yang istri aku kamu, bukan Kikis." Jawabku.
Dia menggigit bibir bawahnya, mungkin menahan senyum hehe.
"Ekhem... Baper yah?" Tanyaku menggoda
Dia melotot, "Nggak siapa yang baper!" Teriak Luna, lalu dia menyubit perutku kencang, sakit sekaligus geli
"Aaa... Sakiiit Luun." Teriakku tak kalah kencang, saya memegangi perutku sambil merengsek maju di dadanya.
"Sakiit." Rintihku
Ini pura-pura, kok. Hehe
"Apa nya yang sakit?" Suara Luna mulai panik, dia memegangi wajahku, lalu perutku
"Sakit apanya?" Dia bertanya lagi.
"Sakit bibirnya." Kataku sambil memegangi bibir
"Heee... Kok bisa bibir nya? Aku kan nyubit perutnya." Katanya bingung sendiri
"Nggak tahu."
"Kamu lagi sariawan?"
Emang Luna itu bodoh, di bohongin mau aja, atau emang saking sayangnya sama saya? Heheheh
"Nggak, bibirku sakit pengen di cium Luna." Gumamku, lalu tersenyum.
Luna mensifitkan matanya, lalu menatapku sebal, setelahnya seperti tabiat Luna, dia mendorong bahuku kuat-kuat, meski percuma, itu cuma sia-sia.
"Yuk, solat subuh dulu, habis itu aku mau ngomong banyak sama kamu." Tuturku, lalu berjalan ke kamar mandi.
Setelah mengucap salam, saya menghadap Luna, iya benar. Kami solat berjamaah.
"Yaudah cerita." Katanya ketus
"Nggak mau cium dulu nih?" Tanyaku sambil ketawa pelan.
"Biasanya juga nggak." Ucapnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis Galak Itu Suamiku
Teen Fiction16+ Bagi Raka, menikah dengan Aluna itu bencana, seperti Gempa dengan kekuatan 10 SR. Dan sialnya, dia tidak bisa mengelak karena perjodohan konyol orang tuanya. Dan, bagi Aluna, menikah dengan Raka adalah ajang balas dendam, karena Raka yan...