68

62.5K 3K 110
                                    

Kenapa harus Aluna?

Saya bangun ketika suara ponselku berdering nyaring.

"Haalooo?" Ucapku lalu menguap lebar

Saya melihat monitor ponsel, ada nama Sela di sana.

"Ada apa Sel?" Tanyaku, lalu mengusap mata.

"Aku pengen minta tolong sama kamu." Cicit Sela dari sebrang sana.

Bubu kusingkirkan dari kakiku, lalu Saya merubah posisi menjadi duduk, dan mulai fokus pada apa yang hendak di bicarakan oleh Sela

"Bantuin aku, buat-

"Buat baikan sama Luna." Ucapnya

Saya tersenyum gitu aja.

"Boleh..."

"Aku udah minta Indra dan Febi buat bantuin, tapi aku rasa, aku juga perlu minta bantuan kamu. Mengingat kamu adalah Pacarnya Aluna." Tuturnya

"Ya."

"Aku sama Indra sudah punya rencana, nah aku butuh bantuan kamu untuk ikut andil dalam rencana ini. Aku harap kamu nggak keberatan, nanti rencananya aku tulis aja di chat, makasih... Maaf malam-malam begini aku mengganggu."

"Ya, nggak apa-apa, semoga berhasil yah, Sel." Ucapku

"Hehe, aamiin makasih, aku matikan yah..." Katanya, lalu suara sambungan terputus terdengar.

Saya menatap jam di ponselku, sudah jam sembilan malam, itu artinya saya sudah tidur selama kurang lebih tiga jam.

Saya keluar kamar, hendak mengambil minum karena tiba-tiba saja tenggorokan ini terasa begitu kering.

"Iya Ma, ini itu kayak Hukum Murphy menyebalkan memang mencari gunting kuku yang pas di cari selalu hilang entah dimana." Selena sedang mengomel pada Mama, sudah biasa.

Selena selalu mencari gunting kuku malam-malam, sebab katanya jika siang dia selalu lupa, bukan hal baru juga jika Gunting kuku bakalan menghilang saat di butuhkan, dan bakalan terlihat saat kita tidak membutuhkannya.

Ohya, omong-omong saya memang tidak kembali ke kontrakan setelah pembagian raport kemarin, tapi pulang kerumah Mama, ada sesuatu yang selalu ingin saya tanyakan.

Kenapa harus Aluna?

Tiba-tiba rindu ini makin menuntut lebih, kangen suara cerewet nya Luna, kangen rengekan Luna, kangen meluk Luna, kangen cium Luna, kangen gendong Luna, kangen semua hal tentang gadis itu. Bahkan saya kangen juga ngelus-ngelus rambut Luna sambil bisikin doa di telinganya.

"Ivan sudah makan, sayang?" Mama bertanya, membuyarkan rasa rindukan dan pengenanganku akan Aluna.

Saya tersenyum tipis, "Belum laper." Jawabku sekenanya

Mama hanya berdecak, sudah biasa.

"Ma, kenapa Luna?" Tanyaku lirih

Mama mensifitkan matanya seraya menatapku bingung

"Aluna itu-

Saya menghembuskan nafas sesaat

"Aluna itu, Bulan, kan. Ma?"

Mama lagi-lagi tersenyum, lalu tangannya terulur merapihkan rambutku

"Tahu dari mana?" Bukannya menjawab, Mama justru balik tanya.

"Foto Bulan waktu kecil itu, Luna bilang adalah dirinya di masa lalu. Bahkan dia punya foto yang sama." Ucapku

Mama menggenggam pergelangan tanganku, lalu menuntunku, "Yuk ikut Mama." Ucapnya

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang