11. Kamar Minkyu

1.2K 186 19
                                    

Sementara itu, di kediaman Minkyu, perseteruan antara sang kepala keluarga dan dua orang perempuan semakin memanas. Bukannya membaik, mereka justru melakukan aksi saling lempar barang dan bertukar umpatan-umpatan kasar.

"LO NGAPAIN SIH DEKET-DEKET LAKI GUE? LO TUH CUMA CEWE PANGGILAN WOY!" Teriak tante Badriah, sang istri tua dari ambang pintu rumah.

"KAMU PIKIR KAMU SIAPA, BADRIAH? KAMU JUGA SAYA PUNGUT DARI RUMAH BORDIL KAN?" Balas bapak Minkyu.

Kata-kata yang tak pantas itu terdengar oleh Minkyu dan Hyeongjun yang berada di dalam rumah. Minkyu langsung menggandeng adik kecilnya itu, dan menyuruhnya masuk ke dalam kamar.

"Dek, sekarang kamu tidur ya. Ini udah malem." Ucap Minkyu sambil menyelimuti Hyeongjun.

"Gamau, Kak...... Hyeongjun takut........"

"Takut apa, Sayang? Kakak kan di kamar sebelah."

"Nanti Hyeongjun diseret dari kasur sama tante Badriah......"

"Hah? Kapan, Dek???"

"Tadi pagi, pas kakak udah berangkat sekolah. Hyeongjun ditarik sama tante Badriah ke kamar mandi, terus disiram pake air dingin."

Minkyu terkejut dibuatnya. Ia tak menyangka, ternyata ibu tirinya sekejam itu. Seketika, Minkyu merasa bersalah karena tidak bisa menjadi kakak yang selalu melindungi adiknya. Untuk menghindari hal tersebut terjadi lagi kepada Hyeongjun, Minkyu pun meminta adiknya untuk tidur di kamarnya.

"Kamu sama kakak aja ya, Dek. Di kamar kakak aman, kamu nggak akan diapa-apain. Oke?"

Hyeongjun hanya mengangguk.

Saat Minkyu dan Hyeongjun hendak pindah ruangan, masih terdengar suara teriakan dari luar rumah. Minkyu segera menutupi kedua telinga adiknya, dan mempercepat langkah menuju kamarnya.

"Kak Minkyu........." Panggil Hyeongjun lirih.

"Kenapa, Dek?"

"Hyeongjun kangen ibu."

Air mata Minkyu menetes, namun ia langsung mengelapnya dengan cepat. Minkyu tidak ingin terlihat lemah di depan siapapun.

"Kakak juga kangen sama ibu, Hyeongjun. Tapi, ibu kan udah tenang di surga. Harusnya kita doain ibu. Kalo kita nangis, nanti ibu sedih loh.........." Kata Minkyu sambil mengelus rambut adiknya.

"Kak, peluk.........."

Kakak beradik itupun berpelukan. Hyeongjun membenamkan wajahnya di tubuh Minkyu, sambil mengusap punggung kakak kesayangannya. Air mata Hyeongjun membasahi kaos Minkyu. Hyeongjun merasa sedih, karena di usianya yang baru mau menginjak sepuluh tahun itu, dia sudah harus menghadapi cobaan hidup yang berat.

"Sekarang adek tidur yaa? Nih, peluk aja si Orenji, boneka jeruk kesayangan kamu." Ujar Minkyu sambil menyerahkan boneka adiknya.

"Kakak kapan mau tidur? Hyeongjun kan mau juga meluk kak Minkyu...... Hiks........" Rengek Hyeongjun tanpa berhenti menangis.

"Kakak masih ada tugas, Dek. Nanti kakak nyusul, oke?"

Minkyu langsung menyelimuti Hyeongjun, lalu mematikan lampu utama di kamarnya. Diciumnya kening adik kecilnya itu, lalu diusap-usap pula rambut keritingnya sampai dia tertidur lelap.

Ketika Hyeongjun sudah tidur, Minkyu terduduk di lantai kamar. Disandarkannya tubuh tinggi itu ke dinding, sambil menekuk kedua kakinya.

"Kenapa semuanya jadi berat gini ya?" Ucap Minkyu pelan.

"Gue udah kelas 3 SMA. Gue harus fokus belajar supaya bisa dapet kuliah dan keluar dari rumah ini. Di saat yang sama, keluarga gue berantakan. Gimana gue mau konsentrasi........."

Di tengah gelapnya malam itu, Minkyu menangis. Merenungi segala masalah hidup yang mengekangnya dari kebahagiaan. Minkyu sempat melirik bingkai foto yang terpasang di meja belajarnya, sebelum tangisnya semakin tersedu-sedu.

Di bingkai berwarna putih itu, terpasang foto keluarga inti yang lengkap. Ada seorang bapak dengan jasnya, seorang ibu dengan gaun anggunnya, seorang anak laki-laki dengan senyum manisnya, dan seorang balita yang imut. Ya, foto itu diambil satu tahun sebelum bapak dan ibu Minkyu memutuskan untuk bercerai, karena adanya orang ketiga dalam hubungan pernikahan mereka. Saat itu Minkyu masih terlalu kecil, dan dia baru mengerti semuanya setelah masuk SMP.

Apakah orang ketiga di dalam hubungan itu adalah tante Badriah? Sayangnya, bukan. Tante Badriah adalah orang kesekian yang menjadi ibu tiri Minkyu. Dengan kata lain, tersangka perselingkuhan di keluarga tersebut adalah sang kepala keluarga.

Apakah Minkyu masih berhubungan baik dengan ibu kandungnya setelah perceraian itu? Ya, tentu saja. Justru, ibu kandung Minkyulah yang memberinya makanan bergizi, membelikannya pakaian dan peralatan sekolah yang layak, dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Namun, semua itu terhenti sejak beliau meninggal dunia.

Ibu kandung Minkyu meninggal tepat di hari ulang tahun Minkyu yang ke-12. Beliau meninggal di tangan mantan suaminya sendiri, dan disaksikan secara langsung oleh Minkyu. Saat itu, ibu Minkyu tertangkap datang ke rumah mantan suaminya untuk memberikan kue ulang tahun kepada Minkyu. Bapak Minkyu murka, diracunilah sang mantan istri melalui minuman yang dibuatnya. Minkyu hanya bisa menangis saat ibu kandungnya terbujur kaku di pangkuannya.

"BADRIAH, KAMU KELUAR SEKARANG! KAMU BUKAN ISTRI SAYA LAGI!"

Suara teriakan itu kembali terdengar. Minkyu menundukkan kepalanya, tangisnya pun semakin pecah.

"APA APAAN? GUE KAN YANG BANTUIN LO BAYAR LISTRIK, BAYAR AIR—"

"AH, DIAM!"

PRANG!!!

GUBRAK!!!

Tiba-tiba, kepala Minkyu terasa sakit. Sepertinya, sudah terlalu banyak hal yang dia pikirkan hari ini. Minkyu segera membongkar laci meja belajarnya untuk mencari obat, namun hasilnya nihil.

"Ah, sial. Paracetamol-nya habis. Udah tau gue langganan sakit kepala sama demam. Gimana sih?" Keluh Minkyu sambil menutup kembali laci tersebut.

Minkyu membaringkan tubuhnya di kasur, agar rasa pusingnya berkurang. Baru sebentar Minkyu memejamkan mata, dia sudah diganggu lagi oleh suara vas bunga yang dibanting keras-keras. Minkyu reflek menutupi telinganya dengan bantal, agar suara tersebut setidaknya teredam sedikit.

"Semoga Lareina nggak lewat di depan rumah gue tadi. Gue nggak tau harus ngomong apa di sekolah besok, kalo sampe dia tau semuanya." Batin Minkyu.

Insight | Kim MinkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang