16. I'm Fine

1.3K 193 20
                                    

"Kak Minkyu.......... Bangun, Kak......... Hiks.........." Isak Hyeongjun ketika kakak laki-lakinya tak kunjung sadar.

Sejak tadi, tidak ada yang menolong Minkyu. Ia masih terbaring di lantai teras. Bahkan, bapak Minkyu sempat melangkahi tubuh remaja berusia tujuh belas tahun itu saat hendak pergi keluar bersama simpanannya. Hyeongjun memeluk tubuh sang kakak yang masih terasa panas, lalu melanjutkan tangisannya di dada Minkyu.

"Kakak masih sayang Hyeongjun kan........... Bangun dong kak........ Hiks......... Hiks.........."


Di tengah tangisan Hyeongjun, mata Minkyu mulai terbuka sedikit. Silaunya cahaya matahari menyeruak masuk ke retinanya. Tangan kanan Minkyu langsung membelai sang adik yang masih memeluknya, seraya menenangkan.

"Dek, udah jangan nangis. Kakak gapapa."

"Gapapa gimana sih, Kak? Kakak sampe pingsan tau, pas dipukulin bapak sama tante Jamilah! Hiks........."

"Iya, tapi kan sekarang kakak udah sadar. Udah yaa sayang, cup cup cup.........."

"Ayo kita masuk, Kak. Bapak sama tante gaada di dalem kok. Kakak gausah takut."



Minkyu yang sudah kehilangan tenaga langsung berbaring di kamarnya, sambil menarik selimut hingga batas telinga. Tubuhnya menggigil, karena demamnya pun masih tinggi. Seluruh badannya terasa nyeri, dan kali ini dihiasi dengan luka memar yang semakin banyak, terutama di bagian dada dan punggung.

"Kak Minkyu laper nggak? Mau makan apa, Kak?" Tanya Hyeongjun sambil duduk di tempat tidur kakaknya.

"Nggak, Dek. Kakak ga nafsu makan, mual banget daritadi. Pengen tidur aja."

"Oh...... Yaudah. Kalo kakak mau makan, tadi masih Hyeongjun sisain bubur dari kak Lala." Tutup Hyeongjun sambil keluar dari kamar.

Belum lama Hyeongjun meninggalkan Minkyu, kakak laki-lakinya itu langsung pergi ke kamar mandi. Hyeongjun sempat bingung dan diam sesaat, sampai ia melihat Minkyu muntah-muntah.

"Kak???? Kak Minkyu kenapa????"

Hyeongjun tidak bisa berbuat apa-apa selain mengelus punggung kakaknya. Sebagai anak kecil, Hyeongjun belum pernah merawat orang yang sedang sakit. Sudah hampir lima menit, Minkyu belum berhenti muntah. Minkyu terus mengeluarkan semua isi perutnya.

"Aduh....... Gaenak banget perut kakak. Hoek........."

"Kak, Hyeongjun telfonin bapak ya, biar kakak dibawa ke dokter. Kak Minkyu muntah terus daritadi, nggak berhenti-berhenti." Ujar Hyeongjun sambil melangkah menuju meja telepon.

"Gausah, Dek. Udah, kamu tidur siang sana."

"Tapi—"

"Dek, nurut sama kakak. Udah ya, kakak mau tidur lagi."

Bagi Minkyu, meminta sang bapak untuk mengantarkannya ke dokter hanya akan memperparah masalah. Ia sendiri masih menyimpan trauma perihal kejadian lama.

/flashback di dalam flashback/

"Pak........" Panggil Minkyu saat sang bapak sedang merokok di teras rumah.

"Apa?"

"Minkyu sakit, Pak. Semalem Minkyu demam, kepala Minkyu pusing sampe nggak bisa tidur."

"Terus?"

"Bisa anter Minkyu ke dokter, Pak? Semalem suhu badan Minkyu sempet nyentuh 39 derajat celcius."

"Salah kamu, kenapa nggak bisa jaga kesehatan? Udah tau biaya berobat itu mahal. Kamu bisanya nyusahin orang tua aja sih."

Insight | Kim MinkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang