52. Tamu Tak Terduga

942 173 16
                                    

Sore itu, di rumah Chaeryeong........

"Chae, tukang bakso yang biasa lewat depan rumah lu mana sih?" Tanya Hitomi tanpa melepas pandangan dari game online-nya.

"Tungguin aja Hit, paling jam 5an dia muncul. Gue pesenin deh sini, lu pada mau apa?"

"Kayak biasa Chae, dua mangkok isi mie kuning, mie putih, bakso biasa, bakso aci, bawang goreng, pake sambel."

"Buset Hit, banyak amat? Tar pipi lu gembul lagi, mampus lu dicubitin tiap hari sama bang Jaehwan!"

"CHAE, GUE MIE PUTIH PAKE BAKSO YA!" Teriak Ryujin dari kamar mandi.

"Gue sama kayak Ryujin." Ucap Yuri.

Keempat anak perempuan yang sedang berkumpul itu sudah menentukan komposisi makanannya masing-masing. Namun, ada satu orang yang tidak memberikan jawaban apapun.

"Rei?"

"Apa, Chae?"

"Lo ga makan?"

"Nggak, gue ga laper."

"Ga laper apa ga nafsu makan?" Tanya Yuri sambil berjalan mendekati Lareina.

Lareina bungkam, sementara Yuri dan Chaeryeong saling memandang dengan tatapan lirih. Mereka tahu betul tabiat sahabatnya yang satu itu.

"Rei........ Tadi, bubur dari Yuri aja cuma lo makan setengahnya. Padahal, ibunya Yuri udah cape-cape masak sebelum praktek di rumah sakit, bikinin porsi kecil, karena tau lo nggak bisa makan banyak. Pasti perut lo udah kosong, Rei. Ayo dong, makan......." Bujuk Chaeryeong, yang kini sudah duduk di samping kiri Lareina.

"Lo punya sakit lambung, Rei. Kalo nggak makan, nanti kambuh. Makan ya Rei, dikiiiit aja......." Imbuh Hitomi yang langsung mengakhiri game online-nya.

"Gini aja deh. Chaeryeong, tadi kan gue pesen bakso dua mangkok. Gue makan satu aja, yang satunya lagi buat Lareina. Gapapa gue yang bayar, asalkan Lareina mau makan."

"Tuh Rei, udah dibeliin sama Hitomi. Kalo nggak dimakan, kasian loh Hitominya."

"Lareina....... Gue tau lo masih sedih gara-gara Minkyu kemaren. Tapi tolong peduliin kesehatan lo. Biar gimanapun, diri lo sendiri itu lebih penting, Rei. Paksain makan biarpun sedikit, gue gamau liat lo masuk rumah sakit lagi." Tambah Ryujin yang baru kembali dari kamar mandi.

"Iya iya, gue makan." Balas Lareina pasrah.

"Gue turun ya? Kayaknya tukang baksonya udah mau lewat." Ucap Chaeryeong.

Sambil menunggu makanan datang, keempat dara yang tersisa di ruang tengah itu tampak sibuk dengan dunianya masing-masing. Hingga akhirnya, ponsel Lareina yang sedang di-charge di ujung ruangan itu berbunyi.

"Rei........ Ada telfon." Kata Yuri sambil melirik layar ponsel Lareina.

"Siapa?"

Yuri terdiam sejenak, tidak ingin langsung memberitahukan nama sang penelpon. Karena dia tahu, Lareina sedang tidak ingin berbicara dengan orang yang dimaksud.

"Siapa, Yul?" Tanya Lareina lagi.

"Eng—"

"Kalo gakenal diemin aja, palingan orang nawarin diskonan."

Demi menghindari konflik lebih lanjut, Yuri terpaksa menuruti perintah Lareina. Ia tidak mau memaksa Lareina untuk menerima panggilan tersebut.

Tak lama, Chaeryeong pun sudah kembali ke ruang tengah, sambil kerepotan membawa mangkok bakso yang masih panas. Keempat sahabatnya itu langsung bergerak cepat untuk membantunya, dilanjutkan dengan makan bersama.

Insight | Kim MinkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang