69. Different

950 176 35
                                    

"Sang, hari ini katanya nyokap lu mau dateng ya?" Tanya Mogu sambil menarik selimutnya.

"Iya, Bang. Nanti pas jam besuk mau kesini."

"Nyokap gue mau nebeng tuh, boleh ga?"

"Gue bilangin ya bang!"

"Kayaknya emak-emak kita pada janjian mau jenguk deh. Soalnya nyokap gue juga mau kesini." Tambah Wei.

"Asik tuh bang, rame. Udah lama ga ketemu nyokapnya bang Wei." Balas Mogu.

"Modus aja lo, mentang-mentang maknya bang Wei model."

"Yaelah, kayak lu engga aja, Sang."

Ketiga pasien itu asik mengobrol sambil menunggu ibu mereka datang, sedangkan Minkyu hanya bisa menunduk. Daritadi, Minkyu tampak enggan untuk ikut dalam obrolan tersebut. Bagaimana tidak? Ibu adalah bahasan yang sensitif baginya.

"Kalo aja ibu masih hidup........."

"Pasti Minkyu bisa kayak mereka, Bu......."

"Minkyu juga pengen dirawat sama ibu......."

Usaha Minkyu untuk menahan tangis gagal. Air matanya jatuh berlinang, dan ia buru-buru mengelapnya dengan kain selimut. Agar tidak ketahuan oleh teman-teman sekamarnya, Minkyu memilih untuk berbaring menghadap jendela.

"Gue seneng banget, akhirnya nyokap punya waktu buat jengukin gue. Biasanya kan sibuk sama kerjaan kantor." Cerita Eunsang.

"Sama, Sang. Gue kangen banget dipeluk nyokap." Tambah Mogu.

"Eh, katanya nyokap gue bawa buah-buahan nih buat kalian. Tenang aja, buahnya udah dicuci dan dikupas kok. Jadi aman buat dimakan penderita kanker." Ucap Wei sambil menatap layar ponselnya.

"Wah, makasih banyak ya bang!"

"Eh...... bentar deh....... Itu Minkyu kenapa?" Bisik Eunsang kepada dua temannya.

"Gatau, Sang. Daritadi diem aja. Coba lo tanyain......"

"Kyu?"

Minkyu tetap dalam posisi membelakangi Eunsang. Jangankan menjawab, membalik badan pun tak mau. Ia masih menangis tanpa suara.

"Minkyu, lo kenapa?"

Eunsang, Mogu, dan Wei yang tadinya berbincang-bincang pun diam, lalu saling melempar tatapan bingung. Mereka bungkam, sampai akhirnya Minkyu yang membuka mulut terlebih dahulu.

"Enak ya jadi kalian?"

"Kalian semua masih punya ibu, yang ngerawat kalian di saat kayak gini."

"Sedangkan gue? Gue piatu. Ibu udah nggak ada dari gue kecil."

"Ga cuma itu. Keluarga gue udah ancur berantakan, dan gue nggak bisa lagi ngerasain kasih sayang orang tua."

Seketika, suasana berubah sendu. Jikalau tiga pasien tadi tidak terbaring di kasur rumah sakit, mungkin mereka sudah berkerumun untuk memeluk Minkyu. Sungguh, mereka tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya di posisi anak itu.

"Kyu...... Maaf ya, kalo kita ngomongin soal orang tua di depan lo. Kita bener-bener nggak maksud......" Ucap Mogu mewakilkan.

"Iya, Kyu...... Lain kali, kita bakal lebih hati-hati deh...... Maaf banget ya......" Tambah Wei.

"Gapapa kok. Gue nggak berhak ngelarang kalian. Santai aja."

Insight | Kim MinkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang