"Rei, kantin yuk!" Ajak Hitomi saat guru di kelasnya sudah keluar.
"Yuk."
Di kantin, sudah ada Chaeryeong, Ryujin, dan Yuri yang tengah duduk bertiga. Mereka melambaikan tangan kepada Lareina dan Hitomi yang baru datang.
"Rei, Hit, sini duduk!" Sahut Ryujin.
"Bentar ya Jin, gue beli bakwan malang dulu!" Balas Lareina.
"Gue ikut!!!" Tambah Hitomi sambil mengikuti langkah Lareina.
Keadaan kantin begitu ramai. Maklum, ini jam makan siang. Antara satu murid dengan murid lainnya saling bersenggolan. Hitomi sampai menggandeng tangan Lareina layaknya anak kecil yang takut hilang.
"Rei, jangan cepet-cepet! Gue ketinggalan!" Teriak Hitomi.
Tak lama kemudian, Lareina dan Hitomi sampai di depan kios bakwan malang. Mereka memberikan satu lembar uang sepuluh ribu, sebelum beranjak menuju tempat duduk di kantin.
Tiba-tiba, seseorang menumpahkan es tehnya ke baju seragam Lareina. Lebih parah dari kejadian Minkyu kemarin, kali ini kemeja Lareina berwarna putih. Tentu saja, nodanya akan sangat terlihat.
"Aduh—"
"Ups, sorry....."
Ternyata, pelakunya adalah mantan calon pacar Minkyu. Dari nada bicaranya, Lareina tahu bahwa Siti sengaja melakukannya.
Tanpa membalas "permintaan maaf" dari Siti, Lareina segera mengguyur rambut anak itu dengan bakwan malang yang baru saja dia beli. Seluruh mata tertuju pada dua jagoan IPA dan IPS itu. Lareina sama sekali tidak malu. Ia malah membusungkan dada sambil melirik Siti dengan tatapan sinis.
"Heh, panas bego! Tanggung jawab ga lo???" Teriak Siti.
"Gila, barbar juga tuh anak." Tanggap teman satu geng Siti.
"Udah yuk cabut aja! Malu gue."
"Rei, itu bakwan sepuluh rebu loh yang lo lempar. Lo yakin gamau jajan lagi?" Tanya Hitomi, sesaat sebelum duduk di bangku kantin.
"Gausah. Ancur mood gue."
"Eh? Kenapa?? Ada apa??" Tanya Yuri khawatir.
"Tau tuh, tanya aja sama cewe idaman di jurusan lo." Jawab Lareina tanpa sedikitpun menatap wajah Yuri. Yuri paham, sahabatnya kesal.
Hitomi menceritakan kronologis kejadian tadi kepada tiga orang sahabatnya, dan mereka sama sekali tidak terkejut. Geng Siti yang merupakan geng paling populer di kelas 12 memang gemar mencari keributan.
"Ya gitu tuh, kalo pas lahiran aqiqahnya pake domba hago." Ejek Chaeryeong.
"Bikin skandal mulu dah kerjaannya. Kemaren juga lo dijulitin mereka kan Chae? Ngata-ngatain lo jablay, gara-gara lo dideketin Jaehyuk anak IPA 3?" Ucap Ryujin emosi.
"Iya. Gajelas banget."
"Btw, maaf Rei, lo kan duduk di ujung, boleh tolong ambilin saos nggak?" Tanya Chaeryeong hati-hati.
Ya, Lareina memang semenyeramkan itu ketika marah. Dia tidak akan banyak bicara, hanya diam sambil menunjukkan raut wajah yang tidak enak dilihat.
"Nih." Ucap Lareina sambil memberikan botol saos. Tanpa Lareina sadari, ia melakukan itu dengan tangan kirinya.
"R-Rei??? Lo kenapa???" Tanya Chaeryeong saat melihat banyak plester di lengan sahabatnya itu.
"Eh......... Yaampun Lareina, are you okay???".
"Sumpah, dari tadi pagi gue nempel sama lo mulu, tapi kok gue baru liat???"
Lareina diam seribu bahasa. Dia tidak menjawab sama sekali.
"Cerita sama kita, Rei. Biasanya kalo ada apa-apa lo cerita, sekarang kok enggak?" Yuri langsung berpindah tempat duduk mendekati Lareina.
"Iya, Rei. Akhir-akhir ini juga lo diem mulu, nggak kayak biasanya ketawa gede-gede sampe kita budek." Timpal Ryujin.
"Sebenernya ada apa sih? Kenapa lo nggak mau terbuka sama kita? Lo udah nggak nganggep kita sebagai sahabat, atau gimana?" Chaeryeong sengaja berkata demikian, agar Lareina mau bicara.
"Chae. Kalo lo nggak bisa ngontrol emosi, balik ke kelas sekarang." Balas Ryujin tegas.
Lareina diam sejenak, sebelum dia menjelaskan semuanya secara singkat, padat, dan jelas.
"Stop. Yang barusan lo omongin gaada yang bener." Cekal Chaeryeong.
"Gue kenal sama lo udah bertahun-tahun, Rei. Gue tau lo nggak kayak gitu." Ujar Hitomi.
"Huh, siapa sih yang berani ngomong gitu ke elo? Sini deh, gue labrak orangnya! Ngaco banget." Dengus Ryujin.
"Yang ngomong si cewe idaman di jurusan IPA. Yakin lo mau ngelabrak dia? Udahlah, dia yang paling bener. Semua orang sayang sama dia. Even cowo yang gue suka aja pernah nembak dia, walaupun ditolak. Kayaknya kalo mereka jadi, Minkyu bakal ikutan ngatain gue."
Kelima dara itu tidak tahu, bahwa sebenarnya salah satu nama yang disebut sedang duduk tidak jauh dari mereka. Hanya saja, anak itu tertutup oleh gerombolan teman sekelasnya. Dia menguping percakapan itu sedari tadi.
"Oh, jadi dia, yang bikin Lareina stress sampe cutting kemaren?"
"Untung gue ditolak sama tuh cewe. Ternyata dia ga sebaik yang gue kira."
"Kalo aja Lareina tau........"
"Kyu, yang ini gimana?" Tanya salah satu teman dari anak itu, seraya membubarkan lamunannya.
"Bentar ya, Hwi."
Anak yang bernama Minkyu itu meninggalkan teman-temannya yang sedang asik makan siang. Dikunjunginya kios bakwan malang yang ada di ujung sana.
"Perasaan tadi bos besar udah makan, kok beli makan lagi dia?" Tanya Asahi sambil melahap nasi gorengnya.
"Tau tuh, laper kali." Balas Chenle.
"Abis sakit dia, butuh gizi biar sehat lagi. Biarin aja." Kata Junghwan.
"Bu, bakwan malangnya satu ya." Ucap Minkyu dari depan kios.
"Mau ditunggu apa dianter, Mas?"
"Dianter aja, soalnya bukan buat saya. Ini uangnya. Diantarnya ke meja yang itu, yang ada cewe lima orang. Tolong kasih ke cewe yang lagi megang hp ya, Bu."
"Oh, yang itu? Saya kasih sambel yang banyak ya, Mas? Dia suka pedes."
"Jangan, Bu. Nanti dia sakit perut. Dikit aja sambelnya. Oh iya, jangan bilang kalo bakwannya dari saya ya, Bu. Bilang aja itu hadiah giveaway."
Minkyu hendak meninggalkan kios itu untuk kembali kepada teman-temannya. Namun, ia lupa mengucapkan sesuatu.
"Makasih ya, Bu!"
Sang ibu kantin hanya tersenyum geli melihat tingkah Minkyu.
"Dasar muda-mudi SMA."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Insight | Kim Minkyu
FanficMurid teladan yang menyembunyikan rasa sakitnya dari ruang publik....... Achievements: #1 in #2001 (31/08/2019) #2 in #01L (24/8/2019) #16 in #kpop (28/08/2019) #11 in #kimminkyu (17/08/2019) COMPLETED [01/08/2019 - 28/06/2020]