112. Tiga Bulan Kemudian (END)

1K 123 44
                                    

Sore itu, matahari masih bersinar terang. Namun, warnanya sudah berubah jingga, dan letaknya pun sudah bergeser jauh ke arah barat. Angin senja mulai berhembus pelan, mendamaikan hati setiap orang yang melewati tempat tersebut. Termasuk Lareina yang sedang berjalan bersama keempat sahabatnya.

"Rei, nanti lo masuk duluan aja ya. Kita nyusul di belakang." Ucap Hitomi.

"Iya Rei, soalnya lo yang punya kepentingan. Nggak enak kalo kita dateng-dateng langsung segerombolan gini." Tambah Yuri.

"Oke!"

Sementara itu, Chaeryeong dan Ryujin membawa sebuah bingkisan yang terlihat apik. Entah apa isinya. Mungkin makanan camilan untuk sang tuan rumah. Ya, karena mereka akan mengunjungi rumah seseorang hari ini.

Tok tok tok.......

"Permisi........."

Tok tok tok.........

"Eh—Mbak Lala ya? Maaf saya lama, saya dari kamar mandi....."

"Gapapa, Pak!"

"Mari mbak, langsung ikut saya aja."

"Saya bawa temen empat orang, gapapa kan pak?"

"Oooo, ya nggak apa-apa dong. Justru Minkyu senang kalo banyak yang nengokin. Ayo mbak-mbaknya, masuk aja!"

"Makasih banyak ya, Pak!"

"Mbak Lala sama temen-temennya mau minum apa? Nanti saya buatkan di dapur."

"Nggak usah repot-repot, Pak. Kami disini sebentar aja kok, mau pamit sama Minkyu."

"Pamit? Emangnya mau kemana, Mbak?"

"Besok lusa saya udah terbang ke Australia, Pak. Mau kuliah. Nggak tau kapan pulang ke Indonesia lagi....."

"Oh, begitu...."

******

"Sore, Minkyu......." Sapa Lareina lembut.

"Apa kabar? Baik kan?"

Keempat sahabat Lareina hanya tersenyum tipis mendengar pembicaraan Lareina dengan Minkyu. Sebuah momen yang sudah lama tidak mereka alami setelah hari kelulusan tiga bulan yang lalu.

"Kemaren gue udah pamit sama sodara-sodara dan keluarga besar, sama temen SD dan SMP juga, sekarang giliran elo yang gue pamitin, hehehe......."

"Gapapa kan Ming, gue tinggal ke Australia?"

"Gue kan juga pengen kayak lo, jadi anak pinter yang selalu semangat ngeraih cita-citanya. Apalagi, kata lo gue calon psikolog, motivator bagi orang-orang untuk menggapai mimpi."

"Aaaamiiiiiin!" Sahut keempat sahabat Lareina dari belakang. Lareina tertawa kecil dibuatnya.

"Ming......"

"Gue seneng deh, sekarang lo udah nggak sakit lagi. Udah nggak pernah mimisan, udah nggak harus minum obat kanker yang bikin lo mual, dan udah nggak perlu takut pingsan kalo lagi di tempat umum."

"Lo hebat banget, Ming. Gue bangga sama lo. Lo bisa berjuang ngelawan leukemia selama hampir setahun."

"Bahkan dalam keadaan sakit pun, lo masih mengutamakan belajar sampe bisa aktif ekskul, jadi siswa berprestasi, bahkan siswa terbaik se-IPS. Lo emang sosok yang patut dikagumi. Yaa biarpun gue sempet kesel sih, karena lo nyembunyiin penyakit itu sendirian dan bertindak seolah nggak terjadi apa-apa."

"Oh iya Ming, gue kesini nggak sendirian loh! Tuh liat, ada Hitomi, Yuri, Chaeryeong, sama Ryujin. Mereka juga bawa oleh-oleh buat lo."

"Halo, Minkyu!" Sahut keempat gadis yang namanya disebut tadi.

Insight | Kim MinkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang