95. Plot Twist

805 118 8
                                    

"Minkyu? Lo balik lagi kesini?"

Suara seseorang mengejutkan Minkyu yang berbaring dalam keadaan diinfus. Ternyata, dia adalah teman seperjuangan Minkyu untuk melawan penyakit kanker. Berbeda dari saat terakhir mereka bertemu, tubuh anak itu jauh lebih kurus. Rambutnya pun menipis.

"Eh, bang Mogu..... Iya nih, gue baru masuk kemaren."

"Udahlah, lo stay di rumah sakit aja sampe sembuh. Jangan keluar-keluar dulu. Udah berapa kali badan lo drop terus, Kyu."

"Ya gimana, Bang? Gue kan ujian, kalo gue di rumah sakit terus nanti ga lulus dong."

Mogu menghembuskan nafas panjang sebelum memutar badan menghadap Minkyu. Nada bicara Mogu pun mendadak serius. Tak biasanya dia seperti ini. Mereka bisa saling menatap wajah masing-masing dengan jelas, karena tempat tidur mereka kini bersebelahan.

"Kyu, dengerin gue."

"Lo harus berjuang buat balik lagi ke kehidupan lo yang normal. Gue tau prosesnya berat, tapi kan kita ngelewatin semuanya bareng-bareng dari jaman kita masih berempat sama bang Wei dan Eunsang. Sekarang, pasien lama yang masih ada disini tinggal kita berdua. Gue janji, kita bakal sembuh bareng."

"Tunggu, Bang Mogu. Jadi, Eunsang udah nggak ada??" Tanya Minkyu dengan mata terbelalak.

Pertanyaan Minkyu hanya dibalas tatapan lesu dari Mogu. Berulang kali Minkyu mendesaknya untuk mengeluarkan jawaban pasti hingga air matanya menetes. Sangat sulit dipercaya jika benar teman terdekatnya itu sudah meninggal.

"Pantesan kasur kita sebelahan. Biasanya kan dia ada di tengah-tengah kita, Bang."

"Eunsang belum nyerah kan? Dia masih hidup kan, Bang?"

"Bang Mogu, Eunsang itu orangnya kuat. Dia masih koma di ICU kan? Dia bakal bangun lagi dan ketemu kita-kita, kan?"

"Kyu........"

"Gue nggak tau, serius. Sejak Eunsang koma kemaren, nggak ada kabar apapun dari dia. Gini, kalo Eunsang masih hidup, kita doain aja supaya dia cepet sembuh. Tapi kalo enggak—"

Tok tok tok.......

"Permisi....... Ada tamu........" Ucap seorang perawat sambil melangkah masuk ke ruangan itu.

"Siapa, Kyu? Lareina?" Tanya Mogu setengah berbisik.

"Kayaknya sih bukan, Bang. Dia kan lagi sibuk ngurus berkas kuliah. Mungkin keluarga lo?"

"Jam segini mah orang tua gue masih kerja. Keluarga pasien lain kali—"

Ternyata, tebakan Minkyu dan Mogu salah. Di belakang perawat muda itu, sudah ada seorang anak laki-laki berusia sekitar enam belas tahun. Masih sama seperti dulu, ia menyambut para pasien disana dengan senyum manisnya. Kedua bola matanya langsung mencari keberadaan Minkyu dan Mogu. Memang itulah tujuannya datang kesini.

"Loh????" Ucap Minkyu sambil menatap Mogu.

"Kyu, sumpah??? Gue nggak mimpi kan??"

"Sus, itu yang di belakang suster beneran orang?" Tanya Mogu seolah tak percaya.

"Coba dicek sus, takutnya itu jin yang menyerupai temen kita." Tambah Minkyu.

"Jin mana sih yang mau cosplay jadi gue? Cosplay tuh gantengan dikit kek, jadi Minkyu gitu biar manusia pada naksir." Jawab orang yang berdiri di belakang suster tadi. Ya, siapa lagi kalau bukan orang yang dibicarakan Minkyu dan Mogu beberapa menit yang lalu?

"EUNSAAAAAAANG!"

"SUMPAH, TERNYATA MASIH IDUP LO? GUE KIRA UDAH ALMARHUM."

Dialog mereka memang terdengar bercanda. Memang seperti itu kan, cara berinteraksi anak laki-laki? Tapi siapa sangka, di lubuk hati mereka yang terdalam tersimpan rasa rindu kepada satu sama lain, yang mungkin terlalu sungkan untuk diekspresikan.

Tanpa menunggu lama, Minkyu dan Mogu langsung menghambur ke pelukan Eunsang. Mereka pria, bukan berarti mereka tidak bisa menangis. Air mata mereka tumpah ketika mengetahui salah satu teman seperjuangannya berhasil melawan penyakit mematikan itu. Padahal, selama ini Eunsang lah yang diprediksi sebagai pasien yang pertama meninggal.

"Lo berdua, kapan mau nyusul gue? Katanya kalo udah sembuh mau jalan bareng?" Tanya Eunsang sambil mengelus tangan kedua sahabatnya.

"Doain aja, Sang. Kita kan juga pengen hidup normal lagi." Jawab Mogu.

"Eh, tadi nyokap gue bawain masakan buat kalian. Tenang, semuanya udah mateng kok. Aman dikonsumsi. Nih, ambil satu-satu rantangnya."

"Makasih banget loh, Sang!"

Sambil menerima makanan dari Eunsang, Minkyu tiada henti-hentinya memandangi anak itu. Mata Eunsang yang semula sayu berubah segar. Wajahnya tak lagi pucat, biarpun tulang pipinya masih jelas terlihat. Minkyu turut bangga atas semua ini, ingin rasanya ia memeluk Eunsang untuk yang kedua kalinya.

"Gue inget, beberapa waktu silam umur Eunsang diprediksi ga akan lebih dari tiga bulan. Nyatanya, dia sembuh. Itu tandanya, gue nggak punya alasan buat nyerah. Kalo Eunsang aja bisa, masa gue enggak?" Ucap Minkyu dalam hati.

"Kyu, kok bengong? Ayo makan. Mau gue suapin?" Tawar Eunsang sambil membukakan rantang berwarna putih yang dibawanya.

"Boleh, Sang. Tapi gue mau ke kamar mandi dulu."

"Gue anterin sini, ntar lo jatoh lagi."

Belum sampai di kamar mandi, tiba-tiba langkah Eunsang dihentikan oleh Minkyu. Kemudian, anak itu mengajaknya bersembunyi di balik pintu.

"Kenapa, Kyu?"

"Sssst....... Diem, gue mau nguping pembicaraan dokter Minhyun."

"Nyun, selamat ya! Lo hebat banget, bisa bikin salah satu pasien lo sembuh. Gue ikut seneng liatnya." Ucap dokter Jonghyun sambil menyalami beliau.

"Makasih, Jong. Tapi sebenernya gue masih khawatir......"

"Oh iya, anak lo ya......"

"Iya. Akhir-akhir ini kondisinya makin buruk, gue takut prediksi gue bener kejadian."

"Nyun, umur orang tuh nggak ada yang tau. Sesuai perkiraan lo kan umur Minkyu tinggal tiga bulan lagi. Tapi kalo takdir berkata lain, prediksi itu nggak berguna lagi. Udahlah Nyun, positif aja..... Usahakan yang terbaik, sisanya serahin sama Yang Di Atas."

Deg.

"J-jadi......."

"Bukan Eunsang yang dimaksud ayah waktu itu?"

**********

Insight | Kim MinkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang