66. Give and Give

916 171 27
                                    

Setelah sakit selama tiga hari, Lareina kembali masuk sekolah. Ia kembali berhadapan dengan try out dan simulasi UNBK, latihan ujian praktik, dan lain-lain. Padahal, sang dokter sudah berpesan kepada Lareina untuk tidak terlalu memforsir badannya selama satu minggu.

Dari luar, penampilan fisik Lareina tampak normal. Namun sebenarnya, hatinya hancur. Ya, penyebabnya adalah fakta tentang Minkyu kemarin. Lareina masih tidak bisa berhenti memikirkannya.

"Lareina Alodia Hakim, coba maju ke depan, kerjakan nomor dua puluh." Perintah pak Sunho.

"Duh, mampus gue...... Bagian itu kan gue belum ngerjain......."

"Ssst, Rei......" Bisik Hitomi sepelan mungkin.

"Apa, Hit?"

"Nih, bawa aja buku gue. Lo salin jawabannya, jangan sampe ketauan pak Sunho."

Dengan detak jantung yang sudah mulai stabil, Lareina melangkah menuju depan kelas sambil membawa buku Hitomi. Sahabatnya itu bagaikan malaikat penolong. Lareina tidak bisa membayangkan kalau Hitomi tidak ada, mungkin dia sudah malu di depan kelas karena tidak bisa mengerjakan soal.

"Ya benar, jawabannya 30. Lanjut nomor 21, Hanada Asahi!"

"Hit, makasih banget ya." Bisik Lareina saat sudah kembali ke tempat duduknya.

"Santai aja, Rei. Gue ngerti, lo baru sembuh. Apalagi kan lo masih shock karena kabar tentang Minkyu kemaren."

Mendengar nama Minkyu, pandangan Lareina tertunduk lagi. Ia berusaha menahan tangis, karena Lareina memang tidak biasa melakukannya di tempat umum seperti ini.

"Rei...... Maaf..... Gue ga maksud......" Seketika, Hitomi langsung merasa bersalah.

"Gapapa kok, Hit."

KRIIIIIIIIING!

KRIIIIIIIIIIIIING!

"Ya anak-anak, silahkan istirahat. Jangan lupa kerjakan modul soal paket B."

"Oke, Pak!"

"Lareina!!!!" Panggil Nako setelah pak Sunho keluar dari kelas.

"Kenapa, Ko?"

"Ini, gue mau ngasih titipan."

Lareina sempat mengerutkan kening sejenak, sebelum Nako mengeluarkan sepaket jepit rambut dari paper bag-nya.

"Nih, ada yang beliin jedai buat lo. Kemaren gue mau ngasih, tapi lo nya gamasuk."

"Ko, ini berapa semuanya?"

"Satu paket ini?"

"Iya."

"Tiga puluh ribu, Rei."

"Oke. Omong-omong, gue tau kok ini siapa yang beliin. Makasih ya, Ko!"

Lareina segera mengecek dompetnya, memastikan bahwa ia punya uang dengan jumlah yang disebutkan Nako. Bagi Lareina, itu adalah hutang. Salah satu prinsip yang selalu Lareina terapkan sejak dahulu adalah, dia tidak akan berhutang atau meminjam uang orang lain selama lebih dari 24 jam. Ia berniat untuk menjenguk Minkyu hari ini, sekaligus memberikan uang tersebut.

"Sepuluh ribu...... Dua puluh ribu....... Pas nih tiga puluh." Ucap Lareina dalam hati.

"Rei, ke kantin yuk!" Ajak Hitomi.

"Yuk, tapi gue nemenin doang ya."

"Loh? Nggak makan?"

"Enggak."

"Lareina, lo tuh baru sembuh. Jangan kayak gitu ah!"

"Gue gaada duit, Hit. Nanti aja, gue makan di rumah."

Insight | Kim MinkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang