"Kim Minkyu, ayo jawab pertanyaan gue. Kenapa lo bisa ada disini? Katanya lo lagi bantuin bokap lo jualan di pasar?"
Nada bicara Lareina terdengar tegas dan mencekam, namun tidak dengan raut wajahnya. Ia justru lemas dan pandangannya tertunduk. Jelas saja, perempuan mana yang tidak sedih ketika melihat lelaki yang disayanginya duduk di kursi roda dalam keadaan diinfus?
"I-itu, Na—"
"Itu apa, Minkyu?"
Sempat terjadi kebungkaman diantara mereka berdua, sebelum Lareina menangis. Ia sangat kaget melihat keadaan fisik Minkyu sekarang. Badan Minkyu semakin kurus, pipi gembul yang biasa Lareina cubit sudah menghilang, hanya menyisakan tulang rahang yang terlihat jelas. Kulitnya yang semula cerah pun kini berubah pucat. Tidak ada lagi senyum ceria dari wajah laki-laki berusia tujuh belas tahun itu. Tinggal tatapan lesu yang masih tersisa disana.
"Minkyu."
"Jadi ini, alasan kenapa lo nggak pernah dateng ke sekolah lagi?"
"Jangan-jangan, ini juga alasan kenapa lo sering demam dan drop secara tiba-tiba?"
"Iya kan, Ming? Jawab!"
"Lareina....... "
"Gue minta maaf........"
"Kenapa lo tega bohongin gue, Ming? Kenapa lo selalu acting seolah semuanya baik-baik aja, padahal kenyataannya enggak?"
"Gue—"
Tanpa mendengarkan pembicaraan Minkyu lebih lanjut, Lareina pun berjalan mendekati kursi rodanya dan langsung memeluk Minkyu. Lareina sudah tidak kuat menahan rindu kepada Minkyu selama mereka tidak bertemu, namun sekalinya dipertemukan, ia harus menelan kenyataan pahit ini.
"Sebenernya lo sakit apa sih, Ming? Kenapa gue sebego itu, sampe ga peka sama keadaan lo?"
"Ayo Ming, jawab......"
Hati Minkyu ikut sakit melihat tangisan Lareina. Sebelumnya, wajah Lareina sudah memerah efek dari demam, dan kini matanya pun ikut merah karena menangis. Apakah Minkyu segera memberitahukan penyakitnya atas dasar iba pada Lareina? Tentu saja tidak. Minkyu tetaplah Minkyu, yang selalu menyembunyikan rasa sakitnya dari orang lain. Sedikit demi sedikit, tangan Minkyu yang terbebas dari selang infus bergerak untuk menghapus air mata Lareina. Cuma itu yang bisa dia lakukan saat ini.
"Lareina........... Udah ya, jangan nangis? Mata lo bagus, sayang kalo bengkak gara-gara nangisin cowo penyakitan kayak gue."
Belum sempat Minkyu menghapus air mata Lareina yang terus mengalir, tiba-tiba ponsel gadis itu berbunyi. Ternyata, orang tuanya mengabarkan bahwa Lareina sudah dipanggil ke ruang pemeriksaan. Lareina buru-buru ke toilet untuk membilas wajahnya yang memerah, lalu meninggalkan Minkyu tanpa pamit.
"Astaga...... Kenapa semuanya jadi kayak gini sih?" Batin Minkyu.
******
"Kyu, serius lo ketemu Lareina?" Tanya Eunsang, sesaat setelah Minkyu berbagi cerita di kamar perawatannya.
"Iya, Sang. Dia lagi panas tinggi, makanya berobat kesini."
"Dan dia tau kalo lo sakit?"
"Iya. Tapi Lareina belum tau gue sakit apa, dan gue harap dia nggak akan pernah tau."
"Kenapa nggak lo kasih tau aja? Kalo Lareina tau, dia kan bisa lebih ngerti sama kondisi lo. Pengobatan kanker itu nggak sebentar, Kyu. Kasian Lareina kalo lo tinggalin terus." Sambar Wei.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insight | Kim Minkyu
FanfictionMurid teladan yang menyembunyikan rasa sakitnya dari ruang publik....... Achievements: #1 in #2001 (31/08/2019) #2 in #01L (24/8/2019) #16 in #kpop (28/08/2019) #11 in #kimminkyu (17/08/2019) COMPLETED [01/08/2019 - 28/06/2020]