Sore itu, langit begitu mendung. Minkyu masih berada dalam perjalanan menuju rumah Lareina. Dia terjebak dalam kemacetan panjang, dan sudah hampir setengah jam motor Minkyu terhenti di tempat yang sama.
"Kok tumben ya macet banget? Biasanya ga separah ini?" Gumam Minkyu yang mulai lelah.
"Mendung pula, kayaknya mau ujan nih. Mana gue ga bawa jas ujan........"
"Gue kirain seharian ini bakal panas."
Hati Minkyu pun lega ketika melihat jalanan di depannya mulai lengang. Rupanya, kemacetan tadi disebabkan oleh kecelakaan dari jalur berlawanan. Ia segera berbelok menuju jalan rumah Lareina, sambil mengatur detak jantungnya yang tak karuan.
"Duh....... Nanti gue ngomong apa ya?"
"Elo sih Kyu, ga direncanain dulu. Kalo lo gagap di depan Lareina, kan lo juga yang malu."
"Masa dateng-dateng langsung minta maaf? Iya kalo dimaafin, kalo engga gimana?"
Karena terlalu sibuk mengatur script-nya, Minkyu tak sadar kalau dirinya sudah sampai di depan sebuah komplek perumahan mewah. Tanpa menunggu lama, ia segera masuk ke komplek tersebut untuk mencari rumah Lareina, tak lupa merapikan rambut dan seragamnya sebelum menemui gadis itu.
"Nah, pas banget tuh, bibinya Lareina lagi di luar rumah."
"Ehem ehem......."
"Permisi, Bi........" Sapa Minkyu dari depan taman.
"Eh, mas Mingkyu...... Ada apa ya, sore-sore kesini?"
"Lareina ada di rumah, Bi?"
"Enggak, Mas."
"Yaampun......... Gue udah macet-macetan kesini, taunya dia nggak ada?" Batin Minkyu sambil menunduk.
"Eng—Kalo saya boleh tau, Lareina kemana ya, Bi? Kalo pulangnya sebentar lagi, mungkin bisa saya tungguin."
"Hmm........"
"Mbak Lala sama keluarganya mau liburan di Eropa, Mas. Sekitar satu jam yang lalu, mereka sudah berangkat ke bandara. Mungkin pulangnya sekitar dua sampe tiga minggu lagi."
"Oh....... Gitu ya, Bi?"
"Iya, Mas. Tadi abis pulang ujian, mbak Lalanya langsung mandi terus berangkat. Mas Mingkyu ada pesen buat mbak Lala?"
"Tadinya saya mau ngomong sama Lareina, Bi. Tapi karena Lareina nggak ada, nggak jadi deh. Nanti aja, pas Lareinanya udah pulang."
"Oh....... Yaudah, nanti saya sampaikan ya, Mas."
"Iya, Bi. Makasih banyak ya........ Saya pamit dulu."
Dengan perasaan kecewa, Minkyu meninggalkan rumah Lareina. Ia berjalan sambil menundukkan kepala, dengan air mata yang mengalir di kedua pipinya. Tangan kanannya membawa pulang kembali bouquet bunga berwarna pink yang dibelinya tadi.
Alam pun peka dengan kesedihan Minkyu. Langit semakin gelap, dan rintik-rintik hujan mulai turun membasahi bumi. Semakin lama, aliran air hujan semakin deras. Minkyu berfikir, ini adalah kesempatan yang tepat untuk menangis, karena tidak akan ada yang melihat air matanya di tengah derasnya hujan.
"Gapapa, Kyu. Ini hukuman buat lo, karena udah nyakitin Lareina dengan perkataan. Nikmatin aja."
"Kalo gue harus nyiksa diri untuk membayar kesalahan gue ke Lareina, gue mau kok. Biarin aja gue sakit setelah kehujanan, gue pantes dapetin ini semua."
Tidak hanya air hujan, petir dan angin kencang pun turut andil dalam menemani kesedihan Minkyu sore itu. Ketika Minkyu sudah sampai di perbatasan kota, jalan raya semakin sepi, dan kondisinya sangat mendukung untuk meluapkan semua rasa sakit hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insight | Kim Minkyu
FanfictionMurid teladan yang menyembunyikan rasa sakitnya dari ruang publik....... Achievements: #1 in #2001 (31/08/2019) #2 in #01L (24/8/2019) #16 in #kpop (28/08/2019) #11 in #kimminkyu (17/08/2019) COMPLETED [01/08/2019 - 28/06/2020]