KRIIIIIIING!
Hari itu adalah hari pertama Ujian Sekolah untuk siswa-siswi kelas dua belas. Seluruh siswa datang lebih pagi dari biasanya, guna membahas soal latihan bersama teman-teman satu kelasnya.
Hari itu juga kalender di dinding menunjukkan tanggal 26 Maret, dimana usia salah seorang siswa bertambah satu tahun. Sayangnya, raut wajah siswa itu tidak terlihat cerah. Anak yang bernama Lareina Alodia Hakim itu tampak frustasi. Tidak hanya karena Ujian Sekolah yang katanya akan sangat sulit, tetapi juga karena ketidakhadiran seseorang di hari ulang tahunnya. Ya, sejak datang tadi, Lareina belum kunjung melihat batang hidung seorang siswa yang sudah lama ia rindukan.
"Kok ulang tahun kali ini sedih banget ya? Udah ujian, gabisa liat senyum Minkyu yang biasa bikin gue semangat....." Batin Lareina sambil menutup buku soalnya.
"SELURUH SISWA KELAS DUA BELAS, BAIK IPA MAUPUN IPS, DIHARAPKAN UNTUK SEGERA MASUK KE RUANG UJIAN MASING-MASING. TERIMA KASIH."
Tak lama setelah panitia ujian mengeluarkan perintah tersebut, para siswa kelas XII IPS 1 saling memberikan dukungan. Hanya ucapan semangat yang Lareina dapatkan hari ini, tak ada satupun yang memberinya ucapan selamat ulang tahun.
"Semangat guys! Kita semua bisa!!" Ucap Jeongin.
"GOOD LUCK TEMAN-TEMAN IPS 1 KU!!" Sahut Somi sambil melambaikan tangannya.
"Mungkin mereka terlalu sibuk sampe nggak inget. Oh iya, gue kan ga eksis. Ngapain juga diinget kan?" Ucap Lareina dalam hati.
Dengan raut wajah datar, Lareina melangkah menuju ruang ujiannya. Berbeda dari posisi duduknya saat ujian biasa, kali ini Lareina harus duduk di baris paling depan, karena panitia ujian memecah jumlah siswa dalam satu kelas menjadi dua kelompok. Siswa dengan nomor absen 1-10 akan berada di ruangan yang sama, sedangkan mereka yang memiliki nomor absen 11-20 ditempatkan di ruangan berbeda.
Karena Lareina mendapatkan nomor urut 11, dia duduk tepat di depan pengawas seperti peserta uji nyali. Adrenalin Lareina pun semakin terpacu saat melihat wajah sang pengawas yang terkenal galak seantero SMAN Produce X. Bahkan, geng Mahiro menjulukinya sebagai kucing garfield.
"Hhhhh....... Kenapa harus dia sih?"
*********
Satu jam, dua jam, ujian dengan mata pelajaran bahasa Indonesia itu terlihat lancar. Padahal, sebenarnya otak para siswa sudah berasap karena stress menghadapi soal-soal yang sulit. Namun, hal tersebut tidak berlaku pada Lareina. Ia bisa mengerjakan lima puluh soal tanpa mengasal. Maklum, itu memang bidangnya. Tentu, ini menjadi suatu kebahagiaan di hari ulang tahun Lareina.
"YA ANAK-ANAK, KUMPULKAN LEMBAR JAWABAN KALIAN!"
Seisi ruangan langsung berhenti mengerjakan soal. Tidak ada yang berani melawan, karena yang mereka tahu, guru pengawas bernama bu Sri ini hobi merobek-robek kertas ujian siswa yang terlambat mengumpulkan hasil pekerjaannya.
"Kalian semua, silahkan keluar dari ruangan ini, kecuali satu orang."
"S-siapa, Bu?" Tanya Mashiho gugup.
"Lareina Alodia Hakim."
Deg.
Jantung Lareina tersentak saat mendengar sang pengawas menyebut nama lengkapnya. Sembilan pasang mata langsung melirik ke arah Lareina dengan tatapan tegang. Lareina merasa tidak ada yang salah dengan dirinya selama ujian tadi, hingga ia menyadari bahwa dia lupa menaruh ponselnya di tas sesuai peraturan yang berlaku. Ponsel bermerek apel tergigit itu masih tersimpan di kantong roknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insight | Kim Minkyu
FanfictionMurid teladan yang menyembunyikan rasa sakitnya dari ruang publik....... Achievements: #1 in #2001 (31/08/2019) #2 in #01L (24/8/2019) #16 in #kpop (28/08/2019) #11 in #kimminkyu (17/08/2019) COMPLETED [01/08/2019 - 28/06/2020]