97. Janji

906 116 8
                                    

"Gengs, lu pada cape ga sih, sekian bulan bolak balik sekolah bimbel sekolah bimbel, ke rumah cuma numpang tidur?" Tanya Lareina saat sedang makan bersama teman-temannya.

"Cape banget lah, Rei. Boro-boro tidur di rumah, kemaren gue ngemper di depan teras gara-gara bang Jaehwan ga bukain pintu." Balas Hitomi.

"Mending, Hit. Kemaren gue digosipin sama emak-emak blok sebelah, katanya gue pulang malem mulu, dikira abis jalan sama cowo ga bener. Apaan coba." Dengus Ryujin.

"Ga usah dipeduliin, Jin. Lu lahir dari perut emak lu kan, bukan dari tetangga lu? Ngapain dia ngurusin elu?" Ledek Lareina.

"Iya juga ya, Rei."

"Eh, tapi si Lareina enak banget dah, udah dapet universitas. Ga perlu terkurung di bimbel sampe tengah malem." Tambah Chaeryeong.

"Yeee, kata siapa? Gue masih butuh UN sama ijazah, kalo nilainya nggak memenuhi syarat ya ga keterima."

"Bisa kok, Rei. Selama ini kan lo belajarnya rajin dan konsisten, pasti lo bisa kuliah di luar negeri." Ucap Yuri.

"Aaamiiin!"

"Eh guys, omong-omong, lo pada ada janji ga, kalo sampe keterima di universitas yang lo mau?"

"Janji apa tuh, Rei?" Tanya Ryujin penasaran.

"Gini, di kelas gue banyak yang bikin nazar alias janji. Lu tau Hidaka Mahiro? Yang kerjaannya bikin skandal mulu sama guru?"

"Tau tau! Siapa sih yang ga kenal dia?"

"Nah, si Mahiro janji mau jalan kaki dari Jakarta sampe Gunung Sindur kalo dia lolos SBMPTN. Udah berubah tuh bocah, jadi rajin. Gue penasaran, beneran ditepatin apa enggak ya?"

"Yang namanya janji tuh utang, Rei. Utang itu dibawa mati. Jadi yaa harus dibayar." Kata Chaeryeong.

"Kalo lo pada gimana? Ada yang bikin janji juga nggak?"

"Hmm..... Kalo gue sih, Rei. Misalnya gue keterima di FK UI, gue mau ngasih makan anak panti pake uang tabungan gue sendiri. Kan lumayan banget, bisa bagi-bagi rejeki sama mereka. Pasti mereka seneng." Ujar Yuri.

"Wah, mulia bener ya si Yuri. Kalo versi gue agak berat, tapi bakal gue lakuin kalo gue beneran masuk PTN tujuan!" Kata Hitomi penuh tekad.

"Apa tuh?"

"Gue mau berhenti makan cilok dan diet setelah keterima disana!!"

"Bener ya Hit, awas lo kalo nyomotin cilok gue lagi!" Goda Chaeryeong.

"Bau-baunya kok Lareina juga punya janji ya? Apalagi targetnya dia kan susah tuh, kuliah di luar negeri." Tambah Ryujin.

"Hehehe, iya ada."

"Apa? Ayo dong, cerita sama kita!" Desak Yuri sambil mengguncangkan badan Lareina.

"Mau tau?"

"IHHH LAREINA, BIKIN PENASARAN MULU LO!!!" Kali ini, Hitomi yang mencubit pipi sahabatnya.

"Janji dulu sama gue, kalian ga akan ngetawain gue."

Lareina menaikkan jari kelingkingnya, lalu meminta keempat sahabatnya untuk melakukan pinky promise. Hitomi menjadi orang pertama yang menjabat jari mungil Lareina, sebelum disusul oleh Yuri, Ryujin, dan Chaeryeong.

"Gini......"

"Kalian tau kan, gue udah setahun lebih nyimpen rasa sama seseorang?"

"Tau lah, Rei. Orang tiap hari lo ngomongin dia." Jawab Ryujin.

"Kalo gue keterima di universitas ternama di Australia....."

Insight | Kim MinkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang