Waktu sudah sangat larut. Cahaya rembulan semakin terang dan langit pun menggelap. Tak ada lagi suara penduduk atau kicauan burung di daerah perumahan tersebut, terkecuali desir angin malam dan mesin motor Minkyu.
"Gapapa Ming, turun sini aja." Bisik Lareina sambil menyentuh bahu Minkyu.
"Yaudah, hati-hati ya Na. Langsung tidur, jangan nangis lagi, oke?"
"Hehehe, iya Ming. Maaf ya, gue jadi ngerepotin lo. Harusnya kan jam segini lo udah di rumah dan istirahat."
"Santai aja, Lareina. Udah, masuk sana. Orang tua lo pasti udah nungguin."
Lareina menuruti perkataan Minkyu dan segera memasuki rumahnya melalui pintu yang ternyata tidak terkunci. Sang gadis sempat menoleh ke belakang sebelum menutup pintu tersebut. Ternyata, Minkyu masih mengawasinya.
"K-kenapa, Ming? Kok masih disitu?"
"Gue nggak akan pergi kalo lo belum masuk ke rumah dengan selamat."
"Tapi Ming, di rumah gue nggak ada yang namanya pak Slamet."
"Kata siapa? Ada tuh, penunggu rumah lo namanya Slamet. Kemaren dia gentayangan nyariin cewe yang namanya mba Lala."
"Ish Minkyu! Diem nggak lo?"
"Hahaha, canda Na!"
Lareina sempat melambaikan tangan sebelum menutup pintu garasi rumahnya. Tak lama, ia tersenyum sendiri. Entah mimpi apa yang ia alami di malam sebelumnya sampai bisa mendapatkan momen tak terduga bersama Minkyu, atau lebih dikenal sebagai calon pacar Lareina.
"Udah ah Rei, tidur. Jangan halu mulu."
*****
Tok tok tok......
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam. Minkyu, darimana aja kamu?"
Minkyu kaget saat mendapati dokter Minhyun yang belum tidur. Tatapan dan nada bicara beliau terlihat tegas, sepertinya beliau tak suka kalau Minkyu pulang semalam ini. Minkyu gugup, ia pun langsung memutar otak untuk mengeluarkan jawabannya.
"Duh..... Nggak mungkin kan, kalo gue jawab abis nganter Lareina pulang? Bisa-bisa dia ikut keseret dalam masalah gue. Padahal dia nggak tau apa-apa." Ucapnya dalam hati.
"M-maaf, Yah. Tadi..... Minkyu ikut belajar di tempat bimbelnya temen-temen."
Secara teknis, Minkyu tidak berbohong. Memang benar kan, dia belajar disana hingga larut malam? Sayangnya, jawaban tersebut tidak menyelamatkannya dari respon dokter Minhyun.
"Ini udah jam berapa, Minkyu? Kamu punya penyakit berat, nggak boleh terlalu lelah. Ayah kan udah bilang sama kamu berkali-kali."
"Iya, Yah. Minkyu tau kok."
"Kalau tau, kenapa masih diulangin? Kamu itu anak pinter, harusnya dibilangin sekali aja nurut."
"Iya, Yah. Maafin Minkyu....."
"Udah, sekarang kamu istirahat. Besok kan jadwal kamu buat kemoterapi. Jangan-jangan kamu nggak inget?"
"Eng—"
"Nggak inget? Makanya kamu masih bisa pulang malem? Iya?"
Minkyu mengangguk sambil memberikan tatapan datar. Sontak, dokter Minhyun menghembuskan nafas kasar. Anak ini terlalu keras dalam mengejar impiannya sampai lupa dengan kesehatan, pikirnya.
"Kemoterapi lagi? Nggak, nggak mau. Dan Minkyu rasa, Minkyu udah nggak butuh itu." Ujar Minkyu dengan tatapan tajamnya.
"Ayolah, Minkyu. Nurut sama ayah. Kamu harus mengikuti semua prosedur itu supaya penyakitmu sembuh. Ayah nggak tega liat kamu sakit-sakitan terus, Nak."
"Minkyu tetep nggak mau. Sebentar lagi Minkyu Ujian Nasional. Minkyu nggak mau konsentrasi belajar Minkyu terganggu karena muntah-muntah dan demam setelah diterapi. Minkyu juga udah cape, Yah!"
"Berhenti dulu mikirin ujian kamu! Ayah nggak akan maksa kamu untuk jadi lulusan terbaik, kayak yang selalu ditekankan sama ayah kandungmu dulu! Kamu tau? Kesehatan kamu itu jauh lebih penting, Minkyu!!"
"Minkyu nggak peduli! Minkyu nggak mau ngabisin uang ayah. Biaya kemoterapi itu nggak murah, Yah! Dan lagipula, buat apa sih, ayah ngobatin pasien yang udah mau mati kayak Minkyu?"
Deg.
Jantung dokter Minhyun mencelos saat mendengar kalimat Minkyu. Baru kali ini perkataan anak itu menyakiti hatinya. Air mata bercucuran dari mata dokter Minhyun, namun beliau tetap berusaha untuk menyembunyikannya dari Minkyu. Memang, beliau menjadi lebih sensitif saat mengetahui prediksi umur Minkyu yang tidak lama lagi. Ditambah dengan luka lamanya yang belum sembuh karena ditinggal almarhum Jinyoung. Ketangguhan dokter Minhyun sebagai seorang bapak telah banyak diuji.
"M-Minkyu......." Panggilnya dengan suara bergetar.
"Jangan bicara begitu lagi. Ayah nggak suka."
"Tapi emang kenyataannya gitu kan? Udahlah, Yah. Izinin Minkyu ngebanggain ayah sebelum waktunya berakhir! Minkyu mau mati terhormat, bukan sebagai anak yang bisanya cuma nyusahin, kayak yang dulu Minkyu lakuin ke bapak!"
Minkyu pun langsung berbalik badan dan melangkah ke kamar tidurnya. Tubuhnya sudah lelah, dan ia tidak ingin lagi melanjutkan konfliknya bersama sang ayah.
Baru saja Minkyu menaruh tasnya di lantai dan hendak membaringkan tubuhnya ke kasur, ia merasakan ada sesuatu yang mengalir dari hidungnya. Ya, dia mimisan lagi. Seperti biasa, Minkyu berusaha mengambil lembaran tissue untuk menampung darah tersebut. Naasnya, cara tersebut tidak bekerja.
"Aduh...... Gue mau ke kamar mandi, tapi nanti ayah tau dan masalahnya makin besar." Batinnya sambil terus mengelap darah yang bercucuran. Bahkan, lantai kamar Minkyu pun sudah mulai ternodai oleh tetesan darah tersebut.
"Nah, ayah udah masuk ke kamarnya. Please, jangan keluar lagi!"
Setelah memastikan situasi aman, Minkyu langsung menumpahkan seluruh darah itu di wastafel kamar mandinya. Siapapun yang melihatnya pasti langsung lemas, bahkan dokter Minhyun yang notabenenya adalah seorang profesional. Terlepas dari statusnya yang hanya ayah angkat, orang tua mana yang tidak sedih melihat anaknya sakit?
"Gapapa gue kayak gini. Yang penting, hari ini gue udah berguna buat orang lain. Mulai dari ngajarin mereka, sampe bikin Lareina seneng."
"Dan buah ayah........ Maafin Minkyu, Yah. Minkyu nggak bermaksud kasar sama ayah. Minkyu cuma nggak mau nyusahin ayah karena penyakit Minkyu yang nggak bisa disembuhin. Minkyu harap, ayah bisa ikhlas kalo waktunya udah tiba nanti."
*********
KAMU SEDANG MEMBACA
Insight | Kim Minkyu
FanfictionMurid teladan yang menyembunyikan rasa sakitnya dari ruang publik....... Achievements: #1 in #2001 (31/08/2019) #2 in #01L (24/8/2019) #16 in #kpop (28/08/2019) #11 in #kimminkyu (17/08/2019) COMPLETED [01/08/2019 - 28/06/2020]