93. Worried

861 134 21
                                    

"Hoek........ hoek........"

"Udah Minkyu, jangan dimuntahin lagi. Perut lo udah kosong......"

"Hoek........."

Seakan tak peduli dengan perkataan Lareina, Minkyu tetap mengeluarkan isi perutnya. Sesekali, ia terengah-engah sambil memandangi bayangan tubuh kurusnya di cermin. Bagi Minkyu, pemandangan tersebut sudah biasa terlihat. Dia tidak tahu saja, Lareina menahan air matanya sedari tadi.

"Minkyu......."

"Kenapa, Lareina?"

"Sakit banget ya?"

"Iya..... Badan gue lemes, Na."

"Sabar ya Ming...... Gue emang gatau rasanya gimana, tapi lo pasti sembuh kok."

"Gue cape jadi orang penyakitan kayak gini. Bolak-balik ke rumah sakit, tiap abis minum obat pasti gue muntah, rasanya gue pengen stop semua obat itu biar langsung—"

Sebelum Minkyu menyelesaikan kalimatnya, Lareina sudah memeluknya terlebih dahulu. Air mata yang tertahan pun akhirnya jatuh juga. Minkyu dapat merasakan baju seragamnya basah.

"Na—"

"Diem, Kim Minkyu. Gue nggak suka kalo lo udah ngomong yang aneh-aneh."

"M-maaf......"

Untuk menebus rasa bersalahnya, Minkyu segera membalas pelukan Lareina seraya mengelus rambutnya. Tangisan sang gadis malah semakin pecah, ia pun mencengkram erat punggung Minkyu lalu menenggelamkan wajah di dadanya.

"Loh....... Kok tambah kenceng?"

"Udah dong Lareina, kalo nangis terus nanti gue ikut sedih loh......"

"Kita pulang aja ya, Ming? Gue telfon pak supir sekarang." Ajak Lareina sambil merogoh ponselnya.

"Jangan, Na. Kita kan belum selesai belajar."

"Lo harus istirahat, Minkyu. Gue nggak mau lo kenapa-napa besok."

"Tapi—"

"Minkyu, nurut sama gue. Kali ini aja. Gue mohon banget."

"Iya iya, yaudah jangan nangis yaa?"

*******

Keesokan harinya........

"Anak-anak, silahkan buka lembar soal kalian. Waktu pengerjaan sudah dimulai." Perintah bu Hwasa, guru yang hari ini mengawas ujian untuk absen awal.

Suasana ruangan itu berubah tegang. Bukan hanya karena bu Hwasa yang terkenal tegas, tetapi ruangan ini juga didominasi oleh anak-anak yang hobi remedial. Baru membuka lembaran pertama saja, keringat dingin sudah berjatuhan dari kening mereka.

Tunggu dulu. Hal tersebut tidak berlaku pada Minkyu. Berbeda dengan anak-anak lainnya, wajah Minkyu memancarkan aura tenang dan damai. Biarpun dalam keadaan tidak fit, dia bisa mengerjakan soal-soal tersebut dengan percaya diri. Bu Hwasa adalah salah satu guru senior yang sangat peka dengan ekspresi manusia, oleh karena itulah beliau tidak banyak mengawasi gerak-gerik Minkyu. Beliau sibuk dengan peserta lain yang terkenal suka menyontek.

Insight | Kim MinkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang