"Makasih banyak ya, Rei! Sumpah, ngebantu banget loh belajar bareng kayak gini." Ujar kak Irene sambil menutup buku catatannya.
"Sama-sama, Kak! Semoga buat test selanjutnya, score kita langsung memenuhi syarat yaa!"
"Aaamiiin! Udah pokoknya kamu tenang aja, jangan terlalu dipikirin. Kamu udah belajar semaleman, pasti besok berhasil kok!"
"Satu bubur untuk takeaway?" Ucap seorang pelayan sambil menghampiri meja Lareina dan kak Irene.
"Saya, Mbak. Terima kasih!"
"Rei, aku pulang duluan ya!" Pamit kak Irene.
"Iya, Kak. Hati-hati di jalan yaa!"
Sementara kak Irene pulang ke rumah, Lareina berjalan ke rumah Minkyu yang kebetulan lebih dekat dari kafe tersebut. Sebelum memesan bubur untuk takeaway tadi, Lareina sudah mendapatkan kabar via whatsapp, yang mengatakan bahwa bapak Minkyu dan simpanannya sedang tidak ada di rumah. Oleh karena itu, kesempatan yang aman dan tidak beresiko ini bisa dimanfaatkan Lareina untuk memberinya makanan.
"Permisii!!" Teriak Lareina dari luar pagar rumah.
"Kak Lala ya? Sebentar, Kak!"
Suara Hyeongjun yang lantang merupakan sinyal positif. Tandanya, sang bapak memang tidak ada di rumah. Kalau beliau ada, jangankan berteriak, berbicara saja sudah cukup menakutkan untuk Hyeongjun.
Setelah dipersilahkan masuk, Lareina segera menanyakan keberadaan Minkyu.
"Kak Minkyu di kamar, Kak. Sini Hyeongjun anter."
*****
Sewaktu memasuki kamar Minkyu, Lareina disuguhi pemandangan yang menyayat hati. Ia melihat Minkyu terbalut selimut tebal, dengan wajah pucat dan rambut acak-acakan. Meja di samping tempat tidurnya penuh dengan berbagai macam obat. Udara di kamarnya pengap.
"Ming? Gue masuk yaa?" Izin Lareina.
"Iya, Na." Jawab Minkyu.
"Boleh gue buka jendelanya, Ming? Supaya lo nggak sesek, udara di luar kan seger."
"Boleh, Na."
Dengan senyum yang mengembang, Lareina melangkah mendekati Minkyu.
"Gimana Ming? Udah enakan?"
Pertanyaan tersebut hanya basa-basi. Lareina kan sudah tahu informasi dari Hyeongjun. Ia memakai pertanyaan tersebut untuk menguji, apakah Minkyu akan berbohong atau tidak.
"Udah kok, Na. Tapi masih pegel aja."
"Bener kan, dia bohong." Ucap Lareina dalam hati.
"Oh ya? Coba sini gue pegang keningnya?"
Minkyu terbelalak panik. Dia pasrah ketika tangan Lareina sudah menyentuh wajahnya. Untungnya, Lareina tidak marah. Anak perempuan itu hanya tersenyum sambil membelai rambut Minkyu.
"Gue bawain bubur nih. Tadi kan lo udah muntah terus, sekarang lo harus makan." Kata Lareina sambil membuka plastik dari kafe.
"Lo tau darimana gue muntah-muntah?"
"Ups.......... Gue keceplosan. Duh, Hyeongjun...... Maafin kakak ya........" Batin Lareina.
"Eng—"
"Pasti Hyeongjun yang ngadu. Elah, nyebelin banget."
"Udah, udah. Sekarang lo makan aja, nih."
Lareina menyerahkan bubur itu kepada Minkyu, namun Minkyu tidak mau menerimanya. Ia malah menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Wajah Lareina berubah sedih.
"Ming, gue ganggu ya?"
"Gue pulang sekarang deh. Buburnya gue taro di meja yaa....."
Lareina segera membawa tas selempangnya, lalu bersiap-siap untuk pergi. Minkyu sengaja mendiamkannya sampai Lareina berjalan ke ambang pintu.
"Lareina Alodia?" Panggil Minkyu lembut.
Lareina tidak menjawab, hanya menoleh ke belakang.
"Iya, lo ganggu."
"Maaf, Ming....... Yaudah, gue balik ya?"
Lareina terlihat menahan tangis, sementara lawan bicaranya menahan tawa. Seru juga mengerjai Lareina, pikirnya.
"Tau nggak, kenapa lo ganggu?"
"K-kenapa, Ming? Lo mau istirahat ya? Duh, maaf banget......."
"Bukan itu."
"Karena lo bela-belain jauh-jauh kesini cuma buat nganterin makanan. Emangnya lo ojek online?" Ucap Minkyu sambil melempar tatapan sok galak.
"Terus gue harus apa, Ming?"
Sempat terjadi keheningan sejenak, sebelum Minkyu mengeluarkan jawabannya.
"Suapin. Gue gamau kalo disuruh makan sendiri."
"Eh?"
"Sini, duduk. Digituin aja kok ngambek."
"Ish, siapa yang ngambek sih?"
"Lucu ya dia? Tadinya mau gue kerjain sampe nangis, tapi kasian. Gue nggak sejahat itu bikin cewe nangis." Ungkap Minkyu dalam hati.
"Tapi janji loh ya, abis makan gaboleh dimuntahin." Kata Lareina sambil duduk kembali.
"Nggak kok, Na."
Sifat Minkyu berubah 180 derajat ketika sedang sakit. Biasanya, ia akan melakukan apapun sendirian. Minkyu termasuk orang yang gengsi untuk meminta bantuan. Tapi kali ini, Minkyu menjadi sangat manja. Lareina sendiri gemas melihatnya. Kalau tidak sakit, mungkin sudah ia cubit anak laki-laki yang duduk di kasur ini.
"Buka mulutnya, aaaaaa..........."
Dimakannya bubur pemberian Lareina dengan lahap. Tanpa mereka sadari, Hyeongjun mengintip dari balik pintu sedari tadi. Ia merasa lega, karena pada akhirnya sang kakak mau makan. Ya, berkat kehadiran perempuan yang ia panggil kak Lala itu.
"Nih, obatnya diminum. Abis ini gue kompres biar panasnya turun. Oke?"
Ketika Minkyu hendak berbaring lagi, tiba-tiba dia mengeluh kesakitan. Sepertinya, pukulan paling keras dari orang tuanya memang jatuh di bagian punggung.
"Ahhhh.........."
"Ming?? Lo kenapa????"
"Punggung gue sakit banget, Na."
"Sini, pelan-pelan baringnya. Gue pegangin."
Tanpa sengaja, baju kaos Minkyu terangkat sedikit. Dengan begitu, bekas memar di punggungnya terlihat jelas. Beberapa sudah berubah menjadi hijau kebiruan, sisanya masih berwarna ungu. Di bagian tangannya juga terlihat banyak luka bekas cubitan dan pukulan.
"Yaampun, Ming....... Ini banyak banget loh memarnya........"
"Iya, Na. Udah, gapapa. Ntar juga ilang."
"Nggak lo obatin?"
"Udah kok, cuma emang agak lama aja ilangnya."
"Gimana nggak lama, orang tiap hari dipukulin terus." Gumam Minkyu.
Setelah membantu Minkyu berbaring, Lareina mengompres kening Minkyu dengan air dingin. Agar rasa pusingnya berkurang, Lareina memijat kepala Minkyu sambil mengelus rambut hitamnya. Yang dipijat hanya mengulum senyum.
"Kalo yang mijitin kayak gini sih, pasti gue langsung sembuh." Ujar Minkyu sambil memejamkan matanya.
"Maksudnya?"
"Engga, gajadi."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Insight | Kim Minkyu
FanfictionMurid teladan yang menyembunyikan rasa sakitnya dari ruang publik....... Achievements: #1 in #2001 (31/08/2019) #2 in #01L (24/8/2019) #16 in #kpop (28/08/2019) #11 in #kimminkyu (17/08/2019) COMPLETED [01/08/2019 - 28/06/2020]