29. Terkuak

1.1K 165 26
                                    

Setelah kecelakaan tadi, Minkyu langsung dibawa ke rumah sakit terdekat. Tubuhnya mengeluarkan banyak darah, dan Minkyu sangat membutuhkan pertolongan cepat.

"Dokter Minhyun, ini hasil pemeriksaan sampel darah untuk pasien Kim Minkyu." Ucap seorang tenaga medis yang bekerja di laboratorium.

Sang dokter sempat membaca data tersebut secara singkat, sebelum beliau mengeluarkan perintahnya.

"Golongan darahnya A, rhesus positif. Tolong siapkan darah itu, dan segera lakukan transfusi. Hemoglobinnya sudah semakin rendah. Pasien Kim Minkyu kehilangan banyak darah."

Saat dokter Minhyun membaca lembar pemeriksaan darah lebih lanjut, beliau tak percaya. Ia sempat membolak-balik kertas berwarna putih itu, lalu menghembuskan nafas panjang.

"Eritrositnya normal......"

"Tapi, kenapa trombositnya sangat rendah ya?"

"Dan leukositnya bisa sampai 100.000???"

Dihampirinya Minkyu yang belum sadarkan diri itu. Dokter Minhyun semakin terkejut. Seluruh tubuh pasiennya penuh dengan luka memar, dengan bintik-bintik merah di bagian kaki dan lehernya.

"Ini bahaya. Karena pasien masih dibawah umur, saya harus segera menemui orang tuanya."

*****

"Dengan bapak Darto, keluarga dari pasien Kim Minkyu?"

"Iya, Dok."

"Saya sudah menangani anak anda, dan sekarang dia berada di kamar perawatan. Tetapi, ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan."

Dokter Minhyun menatap bapak Minkyu serius. Suasana begitu mencekam, apalagi saat sang dokter menunjukkan map berwarna putihnya.

"Ini hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien Kim Minkyu. Dari data yang kami dapatkan, jumlah sel darah putih anak anda adalah sepuluh kali lebih banyak dari orang normal." Jelas dokter Minhyun.

"J-jadi?"






"Pasien Kim Minkyu didiagnosa menderita penyakit leukemia, atau dikenal dengan kanker darah."

Bapak Minkyu terbelalak. Keringat dingin membanjiri tubuhnya, kakinya pun mendadak lemas. Rasanya, beliau ingin pingsan.

"D-dokter serius?"

"Iya. Saat saya menangani anak anda, darah yang mengalir dari hidungnya pun tidak kunjung berhenti. Apa selama ini Minkyu tidak pernah mengeluh sakit?"

"Eng—"

"Untuk tipe leukemia yang diderita pasien Kim Minkyu, kami akan segera melakukan biopsi. Normalnya, hasil akan keluar dalam waktu kurang dari satu minggu."

"D-dok........... Saya orang nggak punya. Saya harus gimana?"

"Untuk masalah biaya, bapak bisa menghubungi pihak yang lebih berwenang, yaitu administrasi rumah sakit."

"Saya permisi."

********

Minkyu terbangun di kamar rawatnya. Anak berusia tujuh belas tahun itu menatap sekeliling, dan tidak ada siapa-siapa. Hanya dirinya sendiri.

"Kok gue bisa ada disini? Lareina mana? Tadi gue mau jenguk dia kan?"

Tok tok tok..........

"Permisi....." Ucap seorang suster yang memasuki kamar rawat Minkyu.

"Iya, silahkan."

Di belakang suster itu, ada dokter Minhyun yang sudah membawa berkas-berkas di dalam map. Beliau segera mendekati pasiennya, lalu mengajaknya berbicara.

"Kamu sudah sadar?" Tanya dokter Minhyun sambil memijat kaki Minkyu.

"S-sudah, Dok. Baru aja."

"Tau nggak, kamu udah pingsan berapa hari?"

"Kayaknya baru beberapa jam, Dok?"

"Enggak, Minkyu. Kamu udah pingsan tiga hari. Hari Rabu lalu, kamu kecelakaan."

"Oh, iya......."

Minkyu belum tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya, sampai dokter Minhyun yang membukakan salah satu berkasnya.

"Ini, tolong dibuka."

Nama: Kim Minkyu
Jenis Kelamin: Laki-laki
Tanggal Lahir: 12 Maret 2001 (17 tahun)
Pekerjaan: Pelajar
Leukemia: Positif
Tipe: Acute Myeloid Leukemia (AML).

Minkyu tidak bisa berkata-kata. Seluruh tubuhnya lemas, dan raut wajahnya tampak pasrah. Ternyata, rasa tidak enak badan yang dialaminya selama dua bulan terakhir ini merupakan gejala penyakit serius, dan dapat membunuhnya.

"Minkyu, apa kamu nggak pernah ngerasain sakit sebelumnya? Kenapa baru berobat sekarang?" Tanya dokter Minhyun lembut.

Minkyu mengangguk lemah. Selama ini, dia kira memar-memar di tubuhnya hanya disebabkan oleh pukulan dari orang tuanya. Selain itu, Minkyu juga berfikir kalau mimisan yang dia alami secara terus menerus hanya efek dari kelelahan.

"Untungnya, penyakit ini masih stadium awal. Kamu masih bisa sekolah kalau kamu mau. Tapi, kamu nggak boleh terlalu capek." Ucap dokter Minhyun sambil mengelus punggung Minkyu.

"Kanker darah. Penyakit mematikan. Gue nggak yakin, umur gue bisa nyampe delapan belas tahun. Gue juga nggak yakin bisa ngerasain jadi mahasiswa akuntansi, kayak yang selama ini gue impikan." Ucap Minkyu dalam hati.

Dunia Minkyu terasa runtuh. Ia hanya bisa membaringkan tubuhnya di kasur rumah sakit, sambil memikirkan berapa lama lagi dia akan hidup. Selain itu, Minkyu juga mulai memikirkan orang tuanya, yang harus menanggung biaya mahal untuk pengobatan.

"Obat kanker itu nggak murah. Belum lagi terapinya, pasti harganya puluhan, atau bahkan ratusan juta. Kemaren, pas gue nggak bisa lanjut beasiswa aja bapak marah besar. Gimana ini?"

"Kalo gini caranya, mending gue mati aja sekalian. Daripada gue nyusahin bapak sama istri barunya? Selama ini, mereka juga nggak seneng kan sama keberadaan gue? Buktinya, gue dipukulin terus."

Saat sedang merenung, tiba-tiba rasa pusing kembali menyerang Minkyu. Kali ini, gejala tersebut disertai dengan sensasi mual yang membuat Minkyu muntah-muntah.

"Hoek.........."

"Hoek.........."

"Loh, kok darah semua?"

******

Insight | Kim MinkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang