53. Jauh

866 163 22
                                    

"APA? ADA DEBT COLLECTOR NAGIH UTANG BAPAK KE RUMAH???"

"Iya, Pak. Hutang bapak udah sampe lima puluh juta. Kalo nggak cepet dibayar, rumah ini mau disita, Pak."

PLAK!

Setelah memberitahukan informasi tersebut, Minkyu langsung ditampar oleh sang bapak. Belum puas menampar anak sulungnya, bapak Minkyu membanting seluruh barang yang ada di ruang tengah, guna melampiaskan amarahnya.

"KAMU TAU NGGAK? INI SEMUA GARA-GARA KAMU!"

"M-maaf, Pak......."

"GARA-GARA KAMU GOBLOK, KAMU GA DAPET BEASISWA LAGI. BAPAK HARUS BAYAR UANG SEKOLAH KAMU, TAU? UDAH GITU KAMU KENA KANKER, BIAYA PENGOBATANNYA JUGA MAHAL. KAMU DISURUH JUALAN DI PASAR MALES-MALESAN, ANAK MACEM APA KAMU?"

"Tapi kan sebentar lagi Minkyu UAS, Pak. Kalo Minkyu jualan di pasar sampe malem, Minkyu nggak punya waktu buat belajar."

"KAMU KAN BISA BEGADANG! SUSAH YA, ANAK SEKARANG MANJA SEMUA!"

"Kata dokter Minhyun kan Minkyu gaboleh terlalu cape, Pak. Terakhir periksa, penyakit Minkyu makin parah....."

"AH, BANYAK ALASAN KAMU—"

"Mas Darto!! Bayarin tagihan kartu kredit aku dong......" Ucap tante Jamilah yang baru datang.

"KAMU KEMANA AJA? DARITADI SAYA CARI KAMU GAADA?"

"MAS DARTO YANG ILANG YA!"

"KAMU DATENG-DATENG MINTA BAYARIN KARTU KREDIT, DASAR KAMU WANITA NGGAK TAU DIRI!"

PRANG!

Lagi-lagi, baku hantam terjadi di rumah itu. Beraneka macam benda melayang di atas kepala Minkyu, dan suasana rumah menjadi gaduh. Tanpa pikir panjang, Minkyu langsung membawa buku-buku dan seragamnya, lalu kabur. Ia akan tidur di perpustakaan lagi malam ini.

*******

"Dosa gue apa ya?"

"Kenapa masalah hidup gue sebanyak ini?Bahkan, gue nggak punya satupun orang untuk bersandar."

"Ibu meninggal, Hyeongjun juga meninggal, Lareina? Ah, dia aja udah nggak peduli lagi sama keadaan gue sejak kejadian itu."

"Orang-orang kenal gue sebagai anak teladan. Yang mereka tau, hidup gue sempurna. Tapi kenyataannya, keadaan gue seancur ini."

"Ketika gue kecewa karena kegagalan, mereka bilang gue nggak bersyukur. Iya, karena mereka nggak tau kehidupan gue yang sebenernya. Dan gue nggak mau mereka tau."

Dalam keadaan hati yang sakit, Minkyu terus melanjutkan perjalanan malamnya. Jalanan sekitar Minkyu ramai, namun jiwanya terasa sepi. Hanya angin malam dan bintang-bintang yang menemaninya.

Ketika tiba di perpustakaan, Minkyu langsung menaruh barang-barangnya di tempat biasa ia duduk. Ya, tidak jauh dari Lareina yang sedang menulis materi UAS-nya. Minkyu fikir, ini adalah kesempatan yang tepat untuk memperbaiki hubungannya dengan Lareina dan menyelesaikan masalahnya.

Apakah kenyataan yang ada sesuai dengan ekspektasi Minkyu? Tentu tidak. Baru beberapa detik Minkyu duduk disana, Lareina langsung memasang airpods-nya. Hal itu ia lakukan untuk menghindari percakapan dengan Minkyu. Parahnya lagi, gadis itu segera berpindah tempat duduk dan membawa barang-barangnya.

"Lareina sebenci itu ya sama gue?" Gumam Minkyu, seraya memandangi punggung anak perempuan yang semakin jauh darinya.

"Udahlah, mungkin ini emang bukan waktu yang tepat. Gue nggak mau ganggu konsentrasi Lareina yang lagi fokus UAS."

Insight | Kim MinkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang