Setelah satu minggu dirawat di rumah sakit, Lareina pun kembali beraktivitas seperti biasanya. Ia pulang ke rumah untuk bertemu keluarganya, dan tentu saja melanjutkan kewajibannya untuk bersekolah.
Sama halnya dengan Minkyu, ia juga sudah kembali bersekolah. Namun bedanya, Minkyu harus membawa banyak obat yang akan dikonsumsi dari pagi hingga malam hari. Tak jarang obat tersebut menimbulkan efek samping, sehingga Minkyu kerap merasa pusing dan mual.
Hari ini, seluruh siswa berkumpul di lapangan untuk melaksanakan upacara bendera. Seperti biasa, barisan di kelas XII IPS 1 terbagi dua, sepuluh laki-laki dan sembilan perempuan, dan urutannya diatur sesuai dengan tinggi badan. Sementara itu, ketua kelas berdiri terpisah di sebelah kanan.
Dari ilustrasi tersebut, jelas sekali kalau Minkyu berdiri di depan dan paling banyak terpapar sinar matahari. Awalnya, Minkyu yakin bahwa fisiknya cukup kuat untuk mengikuti upacara bendera. Apalagi, dia adalah ketua kelas. Apa kata para guru, kalau dia menolak untuk berdiri di depan?"Ayo Kyu, jangan lemah. Malu sama yang di belakang." Gumam Minkyu saat upacara bendera dimulai.
Tiga puluh menit pertama, semuanya terlihat normal-normal saja. Tubuh Minkyu masih berdiri tegak, anak-anak di barisan depan masih tertib, hanya saja, yang di baris belakang membuat kegaduhan. Jangankan baris belakang, Lareina yang berdiri di baris kedua pun masih bisa bermain ponsel secara diam-diam. Entah trik jitu apa yang dia gunakan, sampai dia tidak pernah tertangkap oleh guru.
"Lareina, masukin hpnya. Mending gue yang negur, daripada hp lo disita." Ucap seseorang dengan suara pelan. Ya, siapa lagi kalau bukan sang ketua kelas berwajah malaikat.
"Hehehe, ganteng banget sih pacarnya Siti." Batin Lareina sambil memasukkan ponselnya ke saku.
Sejak kejadian di perpustakaan tempo hari, Lareina tidak bisa memandang Minkyu dengan sama lagi. Ia benar-benar berasumsi bahwa laki-laki tersebut sudah menjadi milik Siti. Tadi pagi saja, Lareina tidak membalas sapaan Minkyu. Ia hanya tersenyum tipis, lalu pergi meninggalkan kelas. Sifat Lareina memang sedikit berbeda terhadap laki-laki yang sudah berpacar, karena dia tidak ingin dianggap perempuan perusak. Apalagi, "pacarnya" itu musuh besar Lareina yang sifatnya barbar dan suka membawa pasukan.
"Rei?" Bisik Hitomi yang berdiri tepat di belakangnya.
"Apa, Hit? Ngomong aja, gue nggak bisa nengok. Keliatan dari depan."
"Lo liat nggak, badannya Minkyu oleng terus daritadi?"
Lareina menggerakkan bola matanya ke arah kanan. Minkyu tampak kesulitan menjaga keseimbangan tubuhnya, di kala sang pembina upacara sedang cerewet-cerewetnya menyampaikan amanah.
"Iya, Hit. Kayak mau pingsan."
"Mending lo colek, terus suruh ke UKS deh." Lanjut Hitomi.
Sebelum melaksanakan perintah itu, Lareina melirik sekeliling. Benar saja, Siti sudah mengawasi gerak-gerik Minkyu dari barisan kelas IPA. Jika Lareina berani mencolek Minkyu, mungkin perang dunia ketiga akan terjadi saat jam istirahat nanti.
"Nggak mau. Gue baru sembuh, lo jangan bikin gue kumat lagi." Jawab Lareina pada Hitomi.
"Rei...... Maaf....... Tapi lo yakin, mau ngebiarin Minkyu kayak gitu?"
Belum menjawab pertanyaan Hitomi, hal yang Lareina takutkan terjadi. Tiba-tiba Minkyu berjongkok di barisannya, sambil terus memegangi kepalanya. Seisi barisan langsung panik, sambil melambaikan tangan kepada anak-anak PMR.
"12 IPS 1, tolong itu ketua kelasnya dibawa ke UKS!" Teriak pembina upacara dengan microphone.
"Kalian ini, jurusannya doang Ilmu Pengetahuan Sosial, tapi tidak punya jiwa sosial sama sekali. Temennya pingsan dibiarin aja. Jangan dicontoh!"
"TAU TUH, YANG DI BELAKANGNYA MINKYU GIMANA SIH?" Timpal seorang perempuan dari kelas XII IPS 2, yang tidak lain adalah teman satu geng Siti.
"KOMARIAH? KAMU BERANI TERIAK-TERIAK DI SAAT SAYA SEDANG BICARA DI DEPAN? MAJU KAMU! GANTIIN SAYA!" Balas sang pembina upacara, yang langsung diiringi sorak sorai dari seluruh siswa kelas dua belas.
"Mampus. Banyak bacot sih pupuk kompos." Ucap Lareina sambil menatap anak itu sinis.
Di saat yang sama, Lareina merasa khawatir. Rombongan anak PMR yang sedang bertugas beramai-ramai membawa Minkyu dengan tandu. Seketika, ia sedikit menyesal tidak menyuruhnya ke UKS sejak tadi.
******
Tak butuh waktu lama, Minkyu langsung kembali ke kelas saat pelajaran pertama dimulai. Sebenarnya Minkyu masih pusing, namun dia berusaha melawan rasa sakit itu demi nilai akademis.
Tidak ada interaksi lebih lanjut antara Minkyu dan Lareina, hingga jam pulang sekolah tiba.
"Rei, gue duluan ya! Bang Jaehwan udah di depan!" Pamit Hitomi.
"Yoi. Salam buat bang ganteng!" Balas Lareina yang masih mengemasi barang-barangnya.
Tak disangka, Lareina dan Minkyu adalah orang terakhir yang meninggalkan kelas. Ketika Lareina hendak pergi, Minkyu langsung mencegahnya.
"Na, tunggu sebentar."
"Nggak, Ming. Gue mau pulang. Ada urusan."
"Urusan apa?"
Lareina tidak menjawab. Ia bergegas pergi dari kelas. Lagi-lagi, usahanya tidak berhasil karena tangannya digenggam erat oleh Minkyu.
"Gue—"
"Lo mau ngapain? Apa kata pacar lo kalo liat lo berduaan di kelas sama gue? Lo mau gue dikatain cewe murahan?"
Wajah Minkyu terlihat bingung.
"Pacar gue? Siapa?" Tanya Minkyu.
"Itu, yang kemaren di perpustakaan? Pacar lo kan? Yang dulu pernah lo tembak itu loh."
Minkyu tertawa geli. Dipamerkannya gigi ompong pinggir favorit Lareina itu. Lareina tidak bisa bohong, ia gemas setengah mati.
"Mampus, nih orang tau kelemahan gue." Batin Lareina sambil mengulum senyum.
"Lareina Alodia Hakim, yang namanya Kim Minkyu itu nggak pernah pacaran sejak tahun 2001. Lo dapet gosip darimana sih?"
"Ya........ Kalian berduaan sambil ketawa-tawa, asumsi gue kalian pacaran."
"Lo cemburu? Hmm?"
"Enggak. Ngapain?"
Minkyu tersenyum mendengar respon polos Lareina. Ia segera mengambil sebuah benda yang tersembunyi dalam tasnya, lalu memberikannya kepada gadis bertubuh pendek itu.
"Na, ini coklat buat lo. Gue minta maaf ya...."
"Eng—"
"Udah, terima aja."
"Minta maaf buat apa, Ming? Lo kan ga salah."
"Udah. Pokoknya, gue sama Siti nggak ada hubungan apa-apa. Dan gue nggak ada niat untuk nembak dia lagi, karena dia udah nyakitin orang yang gue sayang."
"S-siapa?"
"Nanti juga lo tau."
"Gue juga minta maaf ya, Ming. Gue udah ngebiarin lo pusing sampe pingsan pas upacara tadi."
"Ah, itu. Santai aja, Na. Biasa, gue nggak sempet sarapan."
********
KAMU SEDANG MEMBACA
Insight | Kim Minkyu
FanfictionMurid teladan yang menyembunyikan rasa sakitnya dari ruang publik....... Achievements: #1 in #2001 (31/08/2019) #2 in #01L (24/8/2019) #16 in #kpop (28/08/2019) #11 in #kimminkyu (17/08/2019) COMPLETED [01/08/2019 - 28/06/2020]