/flashback di dalam flashback/
"Oh, pantes kelas ini liar. Kalian tidak dididik dengan benar sama orang tua kalian."
Hati Minkyu mencelos. Sejak beberapa detik yang lalu, ia sudah berusaha menahan air matanya, namun gagal. Bahasan tentang orang tua dan keluarga memang selalu menjadi topik yang sensitif untuk Minkyu. Terlebih, omongan pedas dari pak Sadikin itu ditujukan untuknya.
Agar tidak terlihat oleh teman-temannya, Minkyu langsung keluar dari kelas menuju toilet. Ia memasuki bilik paling ujung, lalu menangis sepuasnya di dalam sana.
"Kalo aja gue mampu. Kalo aja gue ranking satu. Semuanya nggak akan kayak gini." Batin Minkyu.
"Semua orang pasti kecewa sama gue. Dulu, gue digadang-gadang sebagai ranking satu, atau seenggaknya tiga besar. Tapi sekarang, semuanya jatuh bebas. Gue nggak punya apa-apa lagi."
"Salah gue, kenapa gue sakit? Ah, sakit pun juga nggak bisa dijadiin alasan. Harusnya gue nggak manjain badan sendiri. Harusnya gue bisa ngelawan rasa sakit dan tetep belajar dengan keras, supaya bertahan di ranking satu."
Semua penyesalan itu terlintas di akal Minkyu. Karena tidak ada yang melihatnya, Minkyu pun memanfaatkan kesempatan itu untuk menangis sejadi-jadinya. Kedua mata indahnya berubah merah, pipinya yang mulai tirus pun dibasahi air mata.
Tanpa Minkyu sadari, dia sudah mengunci diri di kamar mandi sekolah selama satu jam lebih. Minkyu menangis sampai sesenggukan, sehingga dia kesulitan bernafas. Kepalanya pun sakit karena produksi air mata yang berlebihan.
"Aduh, kok lemes ya........" Gumam Minkyu sambil memegangi kepalanya.
Bruk.
Minkyu tergeletak pingsan di lantai kamar mandi. Saat itu masih jam belajar mengajar, sehingga tidak ada orang yang mengetahuinya. Tubuhnya benar-benar lemas dan wajahnya pucat.
Sekitar lima belas menit setelah Minkyu jatuh pingsan, seseorang masuk ke bilik toilet laki-laki. Awalnya, siswa asal kelas XII IPA 5 yang bernama Ham Wonjin itu tidak menemukan kejanggalan apapun di kamar mandi. Ia hanya buang air kecil, lalu menyiramnya seperti biasa. Namun, Wonjin melihat bayangan seseorang dari bilik sampingnya.
"Anjir....... Itu siapa tiduran di WC????" Ucap Wonjin panik.
"HANTUUUUUUU!!!!!!!! HUAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!"
Jeritan Wonjin terdengar hingga penjuru lapangan, karena kebetulan kelasnya sedang dalam pelajaran olahraga. Teman-teman sekelasnya kebingungan. Hari masih terang, tapi mengapa anak itu berteriak dan berlari layaknya dikejar setan?
"Apaan sih, Jin?" Tanya Peak, murid yang juga berasal dari XII IPA 5.
"ITU, TADI PAS GUE PIPIS, ADA YANG TIDURAN DI BILIK UJUNG! HIKS........." Wonjin pun menangis saking takutnya.
"Kok lo aneh sih? Kalo gue jadi lo, udah gue dobrak itu pintu. Takutnya orang pingsan. Balik, bego! Tolongin!"
"Hiks........ Gamau........ Takut........"
"Elah, cemen banget sih lo. Udah sini, bareng gue dah!"
Peak berjalan di depan, sementara Wonjin memandunya dari belakang.
"Itu, Peak....... Toiletnya yang itu......." Kata Wonjin sambil memeluk pinggang Peak.
"Oke. Sekarang lo tenang, karena lo nggak sendirian disini. Mendingan lo bantuin gue buat ngedobrak ini pintu." Balas Peak sambil merangkul teman sekelasnya itu.
Peak dan Wonjin berdiri berhadapan, menyampingi pintu toilet yang terkunci itu.
"Satu........ dua........."
BRAK!
Pintu bilik ujung terbuka dengan sempurna.
"Loh????? Ini Minkyu anak IPS 1 kan????" Tanya Wonjin sambil memasuki bilik tadi.
"Tuh kan bener, ini orang beneran! Untung kita dobrak, coba kalo engga? Lu panggilin anak-anak gih, bantuin gue bawa Minkyu ke UKS!" Perintah Peak.
"Duh, ini anak kok bisa pingsan di toilet sih?"
Atas bantuan Peak, Wonjin, dan beberapa anak dari kelas XII IPA 5, Minkyu sudah terbaring di UKS. Beberapa penjaga UKS yang sedang bertugas pun langsung menanganinya.
"Kasih oksigen, Bu. Biar pas sadar dia bisa nafas." Ucap bu Boa, salah satu guru yang sedang bertugas di UKS.
"Bu, bu, liat deh. Kok di badannya banyak lebam-lebam ya? Mana mukanya pucet banget." Tanya bu Yumi, guru lainnya.
"Coba pegang badannya, panas nggak?"
"Enggak sih, Bu."
Beberapa menit kemudian, Minkyu sadar dari pingsannya. Ditatapnya langit-langit UKS yang masih terlihat buram itu. Minkyu merasa tidak nyaman di bagian hidungnya, yang ternyata sudah terpasang alat bantu nafas.
"B-bu........ Ini dimana?" Tanya Minkyu linglung.
"Kamu di UKS, Minkyu. Tadi kamu pingsan di kamar mandi." Jawab bu Boa sambil menyingkirkan rambut Minkyu dari keningnya.
"Kamu lagi sakit ya?" Tanya bu Yumi.
"Nggak kok, Bu. Saya kecapean aja."
Tiba-tiba, hidung Minkyu mengeluarkan darah. Bu Boa dan bu Yumi yang panik langsung mengelapnya dengan tissue.
"Minkyu, kamu beneran kecapean doang? Ini darahnya banyak banget loh." Kata bu Yumi sambil mengelap hidung Minkyu.
"Udah setengah kotak tissue, darahnya belum berhenti juga."
Minkyu tampak pasrah, sedangkan kedua guru yang sedang berjaga di UKS itu saling berbisik-bisik.
"Aduh....... Bu Boa, ini kok kayaknya gejala penyakit serius ya?" Ucap bu Yumi.
"Daritadi saya juga mikir gitu."
"Mmmm......... Minkyu, hari ini kamu nggak usah pulang sore dulu ya, Nak? Kayaknya badan kamu nggak fit." Kata bu Yumi hati-hati.
"Iya, Nak. Saran ibu, kamu pulang sekarang, terus ke dokter biar cepet sembuh." Tambah bu Boa.
"Kamu coba cek laboratorium deh."
Setelah mengeluarkan saran tersebut, kaki bu Yumi langsung diinjak oleh bu Boa. Masalahnya, beliau tidak ingin membuat anak didiknya panik.
"Kamu kelas berapa? Biar ibu ambilin tasnya." Tawar bu Boa.
"Nggak usah, Bu. Terima kasih. Biar saya ambil sendiri." Balas Minkyu sambil berusaha bangkit dari kasur UKS.
"Sebentar, Nak."
"Ada apa, Bu?"
"Ibu minta nomor telepon orang tua kamu ya? Ada yang perlu ibu bicarakan."
/flashback di dalam flashback ends/
*******
KAMU SEDANG MEMBACA
Insight | Kim Minkyu
FanfictionMurid teladan yang menyembunyikan rasa sakitnya dari ruang publik....... Achievements: #1 in #2001 (31/08/2019) #2 in #01L (24/8/2019) #16 in #kpop (28/08/2019) #11 in #kimminkyu (17/08/2019) COMPLETED [01/08/2019 - 28/06/2020]