"Selamat ya, Na. Cinta lo terbalaskan."
Kalimat itu terdengar seperti mimpi bagi Lareina. Berulang kali Lareina mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih basah, untuk memastikan bahwa dia berada di dunia nyata. Benar saja, Minkyu masih berdiri di depannya sambil tersenyum bak malaikat. Bukit yang berhiaskan langit dan bintang pun masih menjadi saksi atas peristiwa itu.
"Ming...... Lo serius kan?"
"Iya, Lareina. Dari awal kan gue bilang sama lo, gue nggak akan sejahat itu buat main-main soal perasaan. Apalagi sama cewe sebaik dan setulus lo."
Tanpa meminta izin, Lareina langsung menghambur ke pelukan Minkyu. Kedua tangannya melingkar di pinggang Minkyu dan mendekapnya erat.
"Gue nggak tau harus ngomong apa lagi sama lo, Ming......"
"Makasih ya, udah sayang sama gue. Gue nggak tau harus bales kebaikan lo dengan apa. Gue nggak pantes dapetin semua ini."
"Lo pantes kok, Na. Dan gue nggak pernah mengharapkan apapun dari lo, kecuali satu hal."
"Apa, Ming? Ngomong sama gue. Gue bakal berusaha nurutin kemauan lo."
Minkyu kembali membisu. Air matanya menetes, namun Lareina tidak melihatnya karena mereka masih dalam posisi berpelukan. Minkyu terus mendekap Lareina sampai air matanya berhenti.
"Minkyu?"
"Jawab...... Hiks......"
"Lo mau apa dari gue?"
"Nggak ribet-ribet kok, Na." Balas Minkyu sambil memegang bahu Lareina.
"Gue cuma minta, luangin waktu lo buat gue selama lo masih di Indonesia."
"Nggak perlu setiap hari kok, Na. Gue juga paham, lo punya keluarga. Lo juga punya sahabat yang butuh lo di sisi mereka. Dan gue nggak mau ngerebut lo dari mereka."
"Tapi seengganya, gue punya sedikit waktu untuk bertatap muka sama lo dalam seminggu."
"Gue tau lo bakal jarang pulang. Dan bisa jadi, pas lo dateng ke Indonesia nanti......."
"Gue udah nggak ada."
Lareina langsung melepaskan tangan Minkyu yang masih menempel di lengan atasnya. Ia menarik anak laki-laki itu kembali ke pelukannya dan menangis tersedu-sedu.
"Hiks........"
"Udah, Ming..... Nggak perlu diingetin lagi......"
"Iya Minkyu, iya. Gue bakal nurutin kemauan lo."
"Bawa gue kemanapun lo mau, gue nggak mau nyia-nyiain kesempatan yang ada. Gue mau sama lo terus, Ming....."
"Gue juga, Na......"
"Udah ya, jangan nangis lagi? Gue mau kita nikmatin hari ini. Gue nggak mau liat lo sedih, gue mau denger suara ketawa lo dan cerita-cerita lucu dari lo. Oke?"
*******
Agenda Minkyu dan Lareina dilanjutkan dengan merebahkan diri di bawah hamparan bintang, seperti yang mereka lakukan sebelumnya. Namun sekarang, kegiatan tersebut diiringi dengan obrolan ringan di antara mereka.
"Lareina."
"Apa, Ming?"
"Lareina......."
"Apaa?"
"Lareina......"
"Ming, lo manggil-manggil lagi gue cubit nih pipinya!!"
"Hahaha, jangan dong! Lo kalo nyubit pipi gue nggak kira-kira, sampe merah!"
"Abisnya lo ngeselin!"
"Masa ya, Na....."
"Apa tuh?"
"Gue sempet kesel pas tau lo bakal kuliah di Australia."
"Siapa sih yang nggak kesel? Geng Siti, geng lain yang terkenal di angkatan kita, pada nggak terima kalo gue bisa kesana. Lo tau nggak sih Ming, gue sampe digosipin nyogok universitas disana?"
"Hah masa?"
"Iya! Nggak IPA, nggak IPS, rame semua. Tapi gue jadiin bahan ketawaan aja sama Hitomi dan kawan-kawan. Lagian aneh-aneh aja, mak bapak gue keluar berapa dollar tuh buat nyogok kampus luar negeri? Jual pulau dulu kali."
"Hahaha, yaampun Na...... Mereka cuma iri sama lo, gausah dipikirin lah...."
"Terus, lo kesel kenapa Ming? Lo nggak jadi penyusup di geng mereka kan? Gue bakal kecewa sih kalo sampe iya."
"Nggak, Na. Lo jangan suudzon sama gue dong..... Nih, biar gue ceritain."
Mata mereka masih sama-sama lurus ke arah bintang, biarpun begitu, suara Minkyu terdengar serius. Ia bergeser mendekati Lareina yang berbaring di sampingnya dan menutup jarak di antara mereka.
"Na....."
"Iya betul, gue sempet iri pas tau lo mau kuliah di Australia. Apalagi, waktu itu kondisi ekonomi keluarga gue lagi jatuh. Lo inget kan, gue sampe jualan kue di pasar dalam keadaan demam, buat ngelunasin utang bapak kandung gue yang mabok terus?"
"Iya, Ming. Jujur, gue sedih ngingetnya..." Balas Lareina lirih.
"Tapi bukan itu yang bikin gue kesel, Na."
"Terus apa?"
"Waktu itu gue sempet mikir, 'kayaknya Lareina bakal nikah sama cowo bule dan ngelupain gue deh. Soalnya kan bule di sana cakep-cakep, pasti Lareina kepincut.' Gitu...."
"Yaudah lah, gue bisa apa. Gue cuma orang miskin, kalo nggak mampu kuliah palingan gue jualan lagi di pasar. Mana mungkin gue dapet jodoh bidadari Indonesia-Australia, iya kan?"
Lareina terkekeh mendengar curhatan Minkyu. Ia tahu Minkyu bermaksud serius, namun apa yang dibicarakannya sukses membuatnya terhibur.
"Hahahaha....... Minkyu, Minkyu......."
"Lo nggak ada bedanya ya sama temen-temen gue? Hitomi, Ryujin, Chaeryeong, Yuri, pada seneng banget tuh ngecengin gue. Katanya gue balik-balik jadi istri bule lah, kawin sama Luke Hemmings lah."
"Padahal, selama ini gue nggak pernah kepikiran sampe sana. Gue cuma mau fokus belajar, jadi orang pertama di keluarga gue yang bisa survive di negeri orang."
"Bagus, Na. Sekolah yang bener, nanti gue nyusul ke Aussie. Terus lo nikah sama gue deh."
"Gue iyain aja deh Ming, kalo bener kejadian alhamdulillah." Ucap Lareina dalam hati.
"Eh, ini jam berapa Na? Gimana gue mau dapet restu dari tante Natalie kalo anaknya gue culik sampe selarut ini?" Tanya Minkyu panik.
"Udah, santai aja. Jinwoo udah bilang kan sama lo, mak bapak gue dinas keluar kota? Nggak bakalan ketauan kalo gue pulang besok pagi pun."
"Jangan gitu dong, Na. Udah udah, kita pulang sekarang ya?"
"Yaaaah......"
"Gue janji, besok kita ketemu lagi. Oke?"
"Oke, Ming!"
"Oh iya Na, gue mau ngasih sesuatu buat lo."
"Tapi nanti ya, di mobil aja."
********
Short message from author:
Stay tune guys, hari ini author bakal double up. Atau mungkin lebih? Pokoknya tungguin aja!!
💓,
Danielmidam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insight | Kim Minkyu
FanfictionMurid teladan yang menyembunyikan rasa sakitnya dari ruang publik....... Achievements: #1 in #2001 (31/08/2019) #2 in #01L (24/8/2019) #16 in #kpop (28/08/2019) #11 in #kimminkyu (17/08/2019) COMPLETED [01/08/2019 - 28/06/2020]