- First Impression -

720 168 83
                                    

Namanya Rafa Arata, Dia itu Introvert tidak pandai bergaul dan sulit dalam bersosialisasi, dan dia tipe anak laki-laki yang cuek dengan lingkungan sekitarnya. Dia tinggal hanya dengan Ibunya. Ayahnya sudah meninggal saat dia masih berumur 4 tahun.

Di suatu pagi yang cerah saat Rafa masih kelas 4 SD di situlah momen pertama kalinya ia bisa memiliki teman dekat, ya! teman yang benar-benar teman, bukan sekadar sebutan saja.

Pagi-pagi sekali Ibunya sudah berteriak dengan sekencang-kencangnya sambil berjalan ke arah kamarnya lalu Ibunya mengetuk-ngetuk pintu kamarnya dengan nada kesal dan berkata.

"RAFAAA!! ini udah jam 8 Pagi! apa kamu gak denger dari tadi Ibu manggil berkali-kali! bantu Ibu! sana pergi ke warung! beliin bahan-bahan buat masak hari ini! Ibu udah catet apa aja yang harus dibeli."

Dengan kondisi yang masih setengah sadar dan menguap beberapa kali Rafa menjawab Ibunya.

" IYAA BU! nanti, masih ngantuk! hari ini kan libur sekolah, ga wajib bangun pagi kann?!"

" Kamu tuh ya di bilangin ngeyel terus, sana cepetan pergi ke warung! kalau ga mau nanti uang saku kamu yang minggu ini Ibu potong!"

"JANGAN BU! Iya deh iya! bentar siap- siap dulu."

Karena perkataan ibunya itu Rafa jadi kaget dan segera beranjak dari tempat tidurnya untuk segera mandi dan berganti baju, baginya ancaman potongan uang saku itu adalah ancaman paling horor, lebih horor dari ancaman para gangster kejam yang biasa ia liat di film-film action luar negeri.

Sebelum pergi ke warung, Rafa dan Ibunya berbincang-bincang di ruang makan, sambil memakan roti untuk sarapan yang dibuat oleh Ibunya.

"Denger-denger kita bakalan kedatangan tetangga baru loh, Ibu tau dari satpam komplek kita."

"Ooh, mereka yang nantinya bakalan ngisi rumah yang disebelah itu?"

Sambil menuangkan teh manis yang ada diteko ke cangkirnya, Sang Ibu pun menjawab, "Iyaa."

Saat mereka sedang menikmati sarapannya tiba-tiba bel pintu rumah berbunyi.

"Raf, bukain pintunya!"

"iya bu!"

Rafa menghampiri pintu depan rumahnya dan membukanya, dia melihat satu keluarga yang masih asing baginya. Ya!, sepertinya itu tetangga baru yg dimaksud oleh Ibunya Rafa tadi.
Dan seorang Bapak Kepala Keluarga tersebut pun memulai pembicaraan.

" Selamat pagi dek!"

Ibunya Rafa ikut menghampiri ke depan pintu dan langsung menimpa sapaan yang seharusnya dijawab oleh anak nya.

" Iya selamat pagi."

"Saya Jafar dan ini istri saya, Helma. Iya jadi maksud kedatangan kami kesini adalah ingin menyapa keluarga-keluarga yang kedepannya akan jadi tetangga kami, termasuk ibu, kami harap iktikad
baik kami ini bisa diterima agar kedepannya kita bisa jalin hubungan yang baik sebagai tetangga."

"Saya Herlin, iya dengan senang hati, saya juga sudah mendengar kabar kedatangan keluarga Bapak yang akan jdi tetangga baru kami, masuk Pak! mampir dulu!"

Istri dari Bapak tersebut menjawab sambil tersenyum.

" Ya nanti di lain waktu kita pasti bakal sering mampir, kan deketan! eh iyaa Rifa kenalan dulu dong ke Ibu Herlin! beliau kan jd tetangga kita." Sambil menyenggol Rifa.

"Kenalin saya Rifa Bu." Ia pun tersenyum, memperkenalkan diri sambil mencium tangan Ibunya Rafa.

"Manisnyaa! sopan ya kamu nak! salam kenal juga ya! ini anak ibu kayaknya seumuran juga sama kamu." Balas Ibu Rafa.

"Kenalin, Aku Rifa!" sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya ke Rafa.

Rafa terdiam, mungkin dia malu, dia nampaknya terpaku, menatap Rifa tapi belum juga menyalaminya dengan tangannya.

"Rafaa! ayo salaman! tangannya!" Ibunya pun mendesak Rafa Agar segera bersalaman dan mengulurkan tangannya.

" Eh iya, aku Rafa salam kenal juga." Rafa tampak tersipu malu. Memang begitu, sebenarnya ia itu bukan tipe orang yang mudah berbaur dengan orang baru tapi disaat itulah pertama kalinya Rafa tersenyum pada orang yang baru di jumpainya, dan tak lupa ia juga memberi salam pada kedua orang tua Rifa.

"Kita pasti bisa jadi teman akrab, aku yakin itu!" ujar Rifa sambil tersenyum, itulah kata-kata yg keluar dari mulut Rifa di kali pertamanya ia bertemu dengan Rafa.

Mereka pun saling tersenyum.

"Kami izin pamit ya bu mau keliling ke rumah-rumah keluarga yang lain, maaf menggangu." Seru Pak Jafar.

"Iya pak! tidak apa-apa, jangan lupa mampir!"

Dan keluarga Rifa pergi meninggalkan Rafa dan Ibunya tapi Rafa masih terdiam menatap ke arah keluarga Rifa pergi.

"Kamu ngapain diem aja?! sana cepet ke warung! udah mulai siang nih!"

"iya iyaa!"

setelah itu tidak ada hal macam-macam yang di pikirkan oleh Rafa, seperti pola pikir anak SD pada umunya. "Yang penting coba biar bisa punya teman!" tapi Saat pertama kali bertemu Rifa, entah mengapa dia merasa itu akan menjadi pertanda baik. Dia berpikir, mungkin dengan berteman dengannya, dia bisa sedikit demi sedikit mengubah sifatnya yang pemalu, pendiam dan kesulitan bergaul itu.

Ada pepatah yang sudah tidak asing lagi didengar.

" siapapun itu tidak bisa memaksakan kehendak orang lain agar bisa berubah, tapi seseorang itu bisa di jadikan alasan mengapa orang tersebut bisa berubah."

Ya, sepertinya pepatah itu harus berlaku pada Rafa.

FIRST & LAST   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang