26; Stress

1.1K 110 4
                                    

Ryujin dan Soobin tengah duduk berdua di tengah lapangan basket komplek perumahannya. Keduanya tidak jadi pergi makan tteokbeoki karena kedainya tutup; entah karena alasan apa, padahal Ryujin sudah bersemangat ingin menikmati tteokbeoki yang kenyal nan pedas dengan keju mozarella yang gurih, pasti sangat lezat.

Soobin yang mengajaknya pun cukup merasa menyesal, ia sempat menyarankan mereka makan samgyeopsal saja, namun Ryujin menolak.

Lalu, keduanya beralih membeli corn dog, kemudian berjalan pulang kembali ke komplek dan berakhir duduk dibawah langit malam, saling bersandar di punggung masing-masing.

"Sejujurnya gue iri sama lo, Bin." buka Ryujin.

"Iri kenapa?"

Ryujin kemudian memutar posisi duduknya, menatap punggung lebar Soobin sebelum cowok itu juga memilih duduk berhadapan dengannya.

"Iya, iri aja. Dulu sewaktu kita masih SD, lo pernah bilang kalo lo pengen jadi dokter, bahkan lo yang awalnya sama begonya kayak gue mulai berubah, lo berubah menjadi saseorang yang lebih baik dari sebelumnya, dan semua pencapaian lo selalu membuat gue iri."

"Saat kita smp, lo selalu rangking 1 paralel, lo juga juara 1 olimpiade matematika, dan sekarang pun lo masih tetep bikin gue merasa kecil."

"Tapi lebih dari rasa iri, gue lebih kagum sama tekad lo buat masuk FK, demi meraih cita-cita lo," ujar Ryujin sambil menatap Soobin, lalu ia tersenyum kecut.

"sedangkan gue? masih aja gini-gini aja." sambungnya.

Soobin terdiam mendengar Ryujin yang tiba-tiba mencurahkan pemikirannya mengenai dirinya. Ia juga tidak menyangka bahwa Ryujin memendam rasa iri terhadapnya, karena sesungguhnya selama ini Soobin pikir hanya dirinya saja yang iri pada Ryujin.

"Ryu, justru selama ini gua iri sama lo."

Perempuan itu tampak mengerjapkan matanya, seolah tidak mempercayai ucapannya. "Gak salah lo iri sama gue? cewek yang sering bulak-balik masuk BK alias ke ruangan nyokap lo? kayaknya lo ngelindur deh, Bin!"

Soobin justru terkekeh pelan. "Lo sama sekali gak tahu perjuangan gua buat mencapai semuanya, Ryu. Lo pikir gua suka mendekam seharian di perpustakaan, kencan sama buku dan soal-soal latihan?"

Cowok tinggi itu kemudian membaringkan tubuhnya diatas lapangan, matanya beratatapan langsung dengan bintang yang menghiasi gelapnya malam. Lalu matanya beralih ke arah Ryujin.

"Gua pengen tau rasanya gimana masuk ruang BK gara-gara bolos pelajaran atau manjat pager, gua juga pengen ngelakuin aktivitas yang gua suka, gua pengen bisa main piano, pengen hiking ke gunung, pengen keluyuran sampe pagi, gua pengen tau gimana rasanya, Ryu."

"Gua juga pernah muntah dan pingsan di akademi les karena terlalu keras belajar, dan berakhir dirawat inap selama 2 hari." sambung Soobin.

Ryujin menunduk, ia meremat jari-jari tangannya, ia mengingat kejadian itu ketika dirinya dan Soobin kelas sembilan smp, dan sedang mempersiapkan ujian akhir lalu adiknya; Jaemin bilang kalau Soobin pingsan ketika sedang les dan dilarikan ke rumah sakit.

"Bin.." lirih Ryujin.

"Sejujurnya gua iri sama lo, Ryu. Lo benar-benar menikmati masa remaja lo dengan normal, lo selalu melakukan hal-hal yang lo suka, taekwondo, paralayang, bahkan untuk ukuran cewek, lo jago main catur. Itulah kenapa, disaat gua tertekan karena terlalu sibuk belajar, tapi lo justru menikmati masa remaja yang terbilang singkat."

Ryujin kemudian ikut berbaring disebelah Soobin. "Bin, jangan terlalu keras sama diri lo sendiri."

Soobin tersenyum kecut. "Gua pernah beberapa kali ingin berhenti, dan ngerelain mimpi gua, Ryu. Tapi melihat semua usaha dan hal-hal yang gua korbankan selama ini, gua gak bisa berhenti gitu aja. Semakin gua mikirin semuanya, justru bikin gua capek dan tertekan."

"Lain kali, kalo lo lagi capek atau tertekan, lo boleh dateng ke gue, Bin."

Soobin segera menoleh ke arah Ryujin, mempertanyaan maksud dari perkataannya barusan. "Maksud lo apaan?"

"Iya kalo lo lagi stress sama buku-buku keramat lo itu, lo bisa dateng ke gue. Kita resfeshing bareng, kita bisa main bowling atau memanah, atau kalau itu terlalu annoying buat lo, kita bisa ke tempat tante Joy buat yoga atau senam zumba, atau kalo lo punya nyali, kapan-kapan gue bisa ngajakin lo olahraga paralayang."

Soobin terkekeh pelan, ia geleng-geleng kepala dengan respon tak terduga yang diberikan Ryujin. "Random banget sih, lo!"

"Iya lagian, cerita lo bikin gue ngeri sekaligus open minded kalo masa depan memang se-urgent itu. Kayaknya gue harus mulai mikirin mau kuliah kemana, mau jalanin hidup kayak gimana."

"Bagus kalo lo mikir gitu."

"Tapi gue tetep penasaran, kenapa lo pengen banget jadi dokter?"

Soobin diam, ia memilih bangun dan merogoh saku mantelnya, mengeluarkan satu kotak cokelat merk brand ternama kemudian menaruh cokelat tersebut diatas perut Ryujin.

Perempuan itu mengambilnya, lalu ia hampir tersedak begitu melihatnya. Ryujin langsung bangun dari posisinya, menatap Soobin tidak percaya. "Ini apaan, Bin?"

"Lo gak sebego itu buat gak tahu itu apaan."

Sial. Ryujin merasa tersindir.

"Iya maksud gue, kenapa lo ngasih gue coklat mahal gini?"

Soobin berdeham. "Bukannya lo minta gua beliin coklat mahal, lo bilang kalo lo bosen ngemil coklat koin punya Jaemin."

Ryujin ingin menangis saja, ia jadi meragukan kalau cowok di depannya ini adalah cowok yang sama yang ia puji. Kenapa Soobin bodoh sekali?

"Astaga, Bin! gue cuma bercanda, ini coklat mahal loh, gak ah gue gak mau terima."

"Kalogitu buang aja!"

Dan detik berikutnya Soobin meraung kesakitan karena Ryujin menampar keningnya sepenuh hati.

"Lee Soobin bego, tolol, gak punya otak!"

"Iya makanya coklatnya diterima!"

Ryujin mencebik sebal, ia melempar coklatnya sembarangan. "Tuh udah gue buang, dasar cowok rese!"

Cowok bertumbuh bongsor itu menganga tidak percaya melihat Ryujin benar-benar melempar coklatnya kemudian berjalan pergi meninggalkannya sendirian. Ia langsung bangun, dan memungut coklatnya lalu mengejar Ryujin.

"Gua bercanda, Ryu! Ini coklatnya beneran buat lo! Gua udah beli mahal-mahal pake duit jajan gua sendiri gini masa lo tega buang gitu aja! Oy, Kim Ryujin tungguin gua!"

"Berisik, lo makan aja coklat mahal lo! gue gak butuh!"



🍀🍀🍀





























220220
Bab 25

Gatau kenapa gue selalu mikir Ryujin lebih cocok sama Soobin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gatau kenapa gue selalu mikir Ryujin lebih cocok sama Soobin. Yeah, gue memang penumpang kapal hantu Ryubin.


Enjoy guys,
dari bucinnya neng Ryujin.

E.Yulli❤

FAIRYTALE (TXT ITZY NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang