34; Khawatir

1.1K 93 4
                                    

Lia duduk termenung menatap jendela, diluar sana tampak beberapa anak-anak sedang bermain basket, ada juga yang terlihat berlarian tidak jelas, namun yang pasti mereka tampak menikmati kegiatannya.

"Serius banget, lagi ngeliatin apa?"

Lia tersentak saat Soobin tiba-tiba sudah berada disampingnya, mengajaknya bicara dengan nada lembut seperti biasanya. Perempuan itu berdeham pelan, lalu menggeleng. "Lo sendiri kok gak mendekam di perpustakaan?"

"Gua males."

Lia mengerjap tidak percaya, apa ia tidak salah dengar? atau justru telinganya yang bermasalah? Seorang Lee Soobin, baru saja berkata 'males?'.

"Gak usah masang muka syok gitu, gua lagi gak mood aja buat belajar."

Lia mengangkat bahunya; mencoba bersikap tidak peduli. "Iya terserah lo juga."

Soobin kemudian ikut menatap keluar jendela. "Ryujin pernah bilang, kalo dia mau ngajakin gua paralayang, padahal dia gak tau kalo gua phobia ketinggian."

Satu fakta baru yang Lia ketahui tentang Soobin. Phobia ketinggian. Well, tiap orang memang punya ketakutannya tersendiri.

"Gak malu sama badan, Bin. Cupu banget takut ketinggian." cibir Lia.

"Gak tuh, gua lebih malu kalo harus setor nilai jelek ke orangtua."

"Dasar ambis!"

Soobin terkekeh geli, dan lagi-lagi Lia merasakan degub jantungnya seolah menggila. Ia selalu menyukai bagaimana Soobin tertawa, kedua sudut bibirnya naik, ditambah lesung pipinya yang manis, menambah kadar ketampanan Soobin berkali-kali lipat.

Jika kalian penasaran sejak kapan Lia menyukai Soobin, mungkin saat cowok itu menolongnya ketika ia diganggu oleh beberapa anak laki-laki saat pulang sekolah.

Saat itu, kakaknya; Mark sedang ada kelas malam jadi ia pulang sendirian. Ditengah perjalanan ada beberapa anak sekolah lain yang tiba-tiba mengganggunya. Lia hampir menangis saat mereka mendorongnya, hingga lututnya tergores sampai mengeluarkan darah.

Sampai Lia tidak sengaja melihat Soobin, lalu berteriak memanggilnya. "Lee Soobin!"

Cowok itu berhenti, ia menatap Lia yang sudah jatuh terduduk dikelilingi beberapa anak-anak sekolah lain. Lalu tanpa banyak berkata, Soobin mengeluarkan ponselnya dan memotret, sengaja memakai flash. "Ups, kepencet!"

Tentu saja, anak-anak tersebut tersulut emosi dan mendekati Soobin; meninggalkan Lia sendirian. Soobin sendiri menelan ludahnya, kemudian ia menggertakan giginya dan berlari kabur, dan tentunya anak-anak itu mengejarnya.

Lia mengigit bibirnya, lalu ponselnya tiba-tiba berbunyi; sebuah notifikasi dari sosok yang baru saja berlari kalang kabut guna menghindari amukan beberapa siswa yang baru saja merundungnya.

Soobin
| Buruan lo kabur!

Tentu saja Lia menuruti ucapan Soobin, sambil berharap cowok itu selamat, dan berhasil kabur.

Soobin memang berhasil kabur setelah ia memasuki minimarket dan bersembunyi dibalik penjaga kasir.

Itulah alasan kenapa Lia bisa menyukai Soobin. Keberanian cowok itu untuk menolongnya berhasil membuat dadanya berdebar kuat. Ditambah, setelah kejadian itu Lia selalu pulang bersama Soobin, jika Mark sedang ada kelas malam.

"Lee Soobin! Lo dicariin sama Momo Ssaem!"

Lamunan Lia buyar, saat Somi memasuki kelas dan berteriak pada sang ketua kelas.

🍀

"Batu gunting kertas!"

Haechan langsung mengaduh saat Somi menampar keningnya tidak berperasaan. Cewek itu keliatan puas setelah mengerjainya habis-habisan. Lagipula kenapa cewek itu jago sekali bermain batu-gunting-kertas, masa mereka main lima kali dan lima kali pula keningnya ditampar Somi.

Ck, gimana kalo Haechan makin bego gara-gara tamparan menyakitkan Somi?

"Ayo main lagi!"

Haechan menggeleng heboh, ia bangun dari tempat duduknya. "Ogah! Gua gak mau main sama lo lagi!"

Setelah mengatakan itu Haechan meninggalkan kelasnya, berniat membeli beberapa roti untuk mengisi ulang tenaganya. Apalagi hari ini ada jadwal kelas malam, dan ia membutuhkan energi untuk tetap bertahan hidup. Ia tidak mau mati kelaparan.

Namun begitu ia sampai di kantin, matanya tidak sengaja melihat kedua adik kembarnya tengah duduk di meja kantin dengan ekspresi wajah serius. Cowok gembul itu memilih menghampiri mereka.

"Woy, ngapain lo berdua pada bengong disini?"

Taehyun dan Yuna sedikit terkejut melihat kedatangan kakaknya. "Kak, gua mau bilang sesuatu sama lo."

Haechan mencomot tteokbokki milik adiknya. "Mau ngomong apaan?"

"Ini soal mimi."

Haechan terdiam, ia menyingkirkan mangkok tteokbokki-nya dan mulai menatap kedua adiknya dengan ekspresi serius. "Mimi kenapa?"

Yuna mengigit bibirnya pelan. "Kemarin, waktu kita baru pulang sekolah, mimi keliatan habis nangis gitu, suaranya serak, dan matanya agak bengkak, kak."

"Waktu kita nanya kenapa mimi nangis, tapi mimi malah jawabnya gak jelas." sambung Taehyun.

"Kenapa lo berdua baru ngasih tau gua sekarang?"

"Kemarin kan kita langsung pergi les, pulangnya lumayan larut hyung, mau cerita tapi udah malem banget. Jadi baru sekarang kita ngasih tau Haechan hyung."

Yuna mengangguk. "Kalo menurut kakak, mimi kenapa nangis ya?"

Haechan menggeleng, sejujurnya ia sangat terkejut mendengar berita yang dibawa adik kembarnya, ia juga tidak bisa asal berspekulasi, apalagi ini menyangkut miminya, meskipun perasaannya mendadak khawatir.

"Gua gak tahu, tapi gua berharap semuanya bakalan baik-baik aja."

Disatu sisi, setelah Somi ditinggalkan oleh Haechan begitu saja, cewek remaja itu cemberut. Padahal diantara semua teman sekelasnya, Somi paling suka menjahili Haechan, tapi cowok itu sensi banget.

Somi mendengus, ia bangkit hendak mencari keberadaan Ryujin maupun Yeji. Namun ponselnya mendadak berdering, senyumnya mengembang begitu mengetahui siapa yang menelponnya. Somi segera menjawab panggilan tersebut.

"Ommaaaa......"





🍀🍀🍀








































100320
Bab 34

100320Bab 34

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hmmmmm🤔🤔

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hmmmmm🤔🤔

Enjoy guys,
dari bucinnya neng Ryujin.

E.Yulli❤

FAIRYTALE (TXT ITZY NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang