42; Skateboard

1K 86 7
                                    

Semenjak Hyunjin mendapat nilai 100 pada ulangan matematikanya, kehidupannya sedikit berubah, terlebih sang mami; Irene yang menjadi berharap banyak darinya, mengatur waktu belajarnya bahkan bersikap lebih tegas dari biasanya.

Irene benar-benar menginginkan Hyunjin untuk mengikuti jejaknya menjadi seorang dokter.

Ia lalu menatap kertas ulangannya dengan tatapan datar, diam-diam Hyunjin menyesali perbuatannya. Jika saja ia tidak menyontek pada Soobin dan mendapat nilai biasa saja-- lebih cenderung jelek, mungkin Irene tidak akan berharap banyak kepadanya.

Hyunjin kemudian meremas kertas ulangannya dan melemparnya ke sembarang arah, ia tentu tidak mungkin bilang kalau sebenarnya ia menyontek pada Soobin, ia tidak ingin maminya kecewa.

Awalnya, Hyunjin sempat berpikir untuk mencoba, berusaha mengikuti alur yang diinginkan maminya. Hyunjin pergi les dengan rajin, ia juga mendatangi Soobin; meminta bantuannya sampai ia mendapat dua binder berisi copy-an rumus-rumus matematika, kimia, dan fisika. Dari rumus dasar sampai level olimpiade. Soobin memberikannya secara sukarela, padahal ia bisa saja menjadi saingan Soobin untuk lolos di Fakultas Kedokteran.

Tapi pemikiran Hyunjin rupanya terlalu jauh, semakin lama ia berusaha belajar, ia sadar bahwa posisinya jauh dibawah Soobin. Ia tidak mungkin mengejar semua apa yang cowok itu lakukan sejak lama. Rasa percaya diri itu perlahan hilang, rasa malas kembali menggerogoti dirinya.

Hyunjin sadar pada kemampuannya, ia sama sekali tidak pintar seperti Soobin, mudah menyerah, ia malas belajar, tidak cekatan, selalu ceroboh. Mana mungkin dengan semua kekurangan yang ia miliki, ia harus bermimpi menjadi seorang dokter? Tidak, itu mustahil!

"Cuma kamu satu-satunya harapan mami, Hwang Hyunjin. Nilai matematika kamu bagus, dan jika kamu belajar sedikit lebih keras, mungkin saja nilai biologi serta kimia kamu pun juga bagus. Mami benar-benar berharap kamu masuk ke sekolah kedokteran sayang, kamu sayang sama mami kan?"

Hyunjin meraung, permintaan Irene ketika maminya melihat hasil ulangan matematikanya melintas begitu saja di kepalanya. Oh astaga, pikirannya benar-benar kusut.

Bagaimana caranya, Hyunjin harus bertahan?

🍀

Hyunjin duduk termenung di depan minimarket, ramyeon yang semula mengepulkan asap; sepertinya sudah lembek dan dingin tanpa sedikitpun Hyunjin makan. Begitu pula dua hotteok kacang merah disebelahnya, penampakannya tidak jauh berbeda dengan ramyeon-nya. Sama-sama menyedihkan.

Pemuda itu menghela nafas cukup berat, matanya memandang lurus langit gelap tanpa berhiaskan bintang. Sampai dimana ia mengeluarkan sebuah benda; ketika perasaannya tengah tertekan.

Ia hampir saja menyalakan benda tersebut jika saja, Yuna; adik Haechan yang terang-terangan naksir padanya itu tidak datang dan merebut benda itu dari tangannya.

"Asal kak Hyunjin tahu saja, rokok itu tidak baik untuk kesehatan!"

Perempuan yang sebenarnya seumuran dengan Jaemin itu segera membuang rokok miliknya, menginjaknya tanpa segan, lalu ia memberikan sebuah lolipop. "Papa bilang rokok itu pahit! Enakan permen lemon!"

Hyunjin mendengus pelan, ia mengambil lolipop berperasa lemon tersebut, lalu mengemutnya. "Ngapain lo malem-malem keluyuran kesini?"

Yuna mengangkat bahunya tidak peduli. "Nyetok banana milk, sekalian beli dua dus kecil kitkat buat kak Hyunjin!"

"Ck, asal lo tahu aja, semua kitkat yang lo kasih suka di makan Yeji."

"Gapapa, asal jangan dibuang!" balas Yuna, perempuan itu menumpukan dagunya, menatap ekspresi lucu Hyunjin setiap mengemut lolipop pemberiannya.

"Kak Hyunjin gak suka asem, ya?"

Cowok itu bergumam sebagai jawaban. "Lo sendiri ngapain masih disini, sana pulang!"

Yuna mencebik. "Lagi bete dirumah, kak Haechan akhir-akhir ini suka ngumpet mulu dikamar kayak jaman masih smp dulu, sedangkan Taehyun lagi demam jadi gak bisa aku jailin."

Hyunjin melirik arlogi di tangannya, belum terlalu larut, ia memutuskan bangkit. "Mau gua ajarin sesuatu?"

Yuna berkedip bingung. "Ajarin apa?"

Hyunjin menunjuk sesuatu dibawah meja, sebuah skateboard. Kedua mata cantik Yuna sontak berbinar, ia menatap Hyunjin tidak percaya.

"Kak Hyunjin mau ngajarin Yuna main skateboard?"

"Lo lagi bete kan? Gua juga lagi bete, daripada bengong disini gak ada kerjaan, mending gua ngajarin lo main ini, itupun kalo lo mau."

"Yuna mau kok!" jawabnya cepat.

"Iya udah, kita belajarnya di lapangan basket aja biar enak." ajak Hyunjin.

Yuna mengangguk setuju, perempuan itu mengambil kantong belanjaannya dan berjalan mengekori Hyunjin. Kedua sudut bibirnya naik; ia mengulum senyumnya.

"Kak Hyunjin! Tungguin!"

"Buruan elah, lo jalan apa ngesot sih?! Lelet amat!"

Yeah, malam ini Hyunjin benar-benar mengajari Yuna main skateboard di lapangan basket. Ia cukup takjub ketika Yuna berhasil melakukan teknik dasar; Ollie. Iya meskipun, setelahnya Yuna tidak bisa melakukannya lagi.

Well, setidaknya malam ini Hyunjin dapat melupakan rasa gundahnya untuk sejenak.



🍀🍀🍀






















210320
Bab 42

210320Bab 42

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah gue bilang sebelumnya kalau Yuna adalah fans berat Hyunjin, dan akhirnya gue bisa merealisasikan moment Yuna-Hyunjin, setelah beberapa kali kehilangan mood menulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah gue bilang sebelumnya kalau Yuna adalah fans berat Hyunjin, dan akhirnya gue bisa merealisasikan moment Yuna-Hyunjin, setelah beberapa kali kehilangan mood menulis.

Fyi, Yuna emg aku-kamu sama Hyunjin, meskipun Hyunjin jawabnya gua-lo.

Enjoy guys,
dari bucinnya neng Ryujin.

E.Yulli❤

FAIRYTALE (TXT ITZY NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang