45; Malu

981 96 21
                                    

Senyum Yeji luntur begitu melihat maminya; Irene duduk di ruang tengah, Yeji juga melihat beberapa lembar kertas yang dipegang Irene, dan melihat ekspresi gelap yang ditunjukan maminya, Yeji yakin itu bukan hal baik.

"Ma-"

Belum sempat Yeji menyelesaikan kalimatnya, Irene menaruh lembaran kertas tersebut di atas meja. Ia menelan ludah susah payah begitu menyadari bahwa itu adalah hasil dari ulangan kimia dan fisika yang sengaja Yeji sembunyikan karena ia mendapatkan nilai dibawah 60.

"Bisa kamu jelasin apa yang mami dapet hari ini?"

Irene berkata dingin. Yeji menunduk, nyalinya seketika menciut.

"Kimia 55, dan fisika 40. Kamu mau jadi apa, Yeji?"

Yeji masih menunduk, ia menggigit bagian dalam bibirnya. Tidak berani menjawab pertanyaan Irene.

"Minggu lalu kamu keluyuran sama Yeonjun dan pulang jam 3 pagi. Kamu bolos les dan bikin Hyunjin harus nyariin kamu, padahal kamu asyik pacaran sama pacarmu itu!"

Yeji meremat rok sekolahnya.

"Mami juga dapet laporan dari guru les akademi, kalau kamu sama sekali tidak berkembang, kamu malas belajar, dan gak dengerin semua ucapannya!"

Mata Yeji mulai memanas.

"Apa belajar sebegitu tidak pentingnya untuk kamu? Lalu bagaimana dengan masa depan kamu, Yeji? Apa itu juga tidak penting?"

Satu tetes air mata Yeji jatuh, diikuti dengan tetesan lainnya.

"Kamu harus bisa membedakan antara menikmati masa muda dan menghancurkan masa depan!"

Yeji akhirnya mendongkak dengan mata basahnya.

"Apa aku membuat mami malu?"

Ekspresi Irene berubah, ia tertegun.

"Apa selama ini mami malu punya anak bodoh kayak aku?"

Irene merasakan jantungnya seperti diremas.

"Kalau mami malu, Yeji minta maaf buat semuanya. Yeji minta maaf gak bisa jadi anak yang bisa mami banggakan, Yeji minta maaf karena nilai-nilai Yeji jelek semua, Yeji minta maaf karena suka bandel dan malas belajar."

Irene meremat ujung kemeja yang ia pakai.

"Tapi hidupku adalah milikku, mi. Yeji yang nentuin mau menjadi apa masa depan Yeji nanti."

Badan Irene melemas melihat Yeji berucap lengkap dengan tetesan air matanya.

"Dari awal Yeji gak cocok jadi anak ipa mi, tapi Yeji tetep nurutin keinginan mami buat masuk kelas ipa alih-alih kelas ips seperti rencana awalku!"

Yeji menyeka air matanya, berusaha menahan emosinya yang meluap. Bagaimanapun ia tidak boleh berteriak pada orangtua.

"Asal mami tahu, cita-citaku sejak dulu menjadi seorang Public Relations tapi mami selalu bilang kalau aku dan Hyunjin harus jadi dokter kayak mami tanpa sedikitpun mendengar pendapat kami!"

Irene tidak ingin mendengar lebih banyak lagi.

"Yeji ingin jadi anak yang bisa mami banggakan, Yeji juga ingin dapet nilai-nilai bagus dan diliatin ke mami atau papa lalu dapet pujian dari kalian."

Yeji kembali menunduk.

"Tapi ya, dari awal semuanya emang salah Yeji. Mungkin kalo Yeji berani bilang soal cita-cita kecil Yeji, mungkin semuanya gak akan kayak gini!"

Yeji menghela nafasnya yang tidak beraturan.

"Yeji emang gak pantes jadi anak mami, kan?"


FAIRYTALE (TXT ITZY NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang