"Sudah, Cha, kamu jangan sedih gitu, doain aja Riannya biar bisa menang, biar dimaafin Papa." tutur Mama Icha menenangkan anak gadisnya yang semenjak pulang makan malam tadi menangis dikamarnya.
"Papa tuh egois banget, Ma."
"Iya, mama tahu. Sudah, jangan dipikirin, nanti Papa mu luluh sendiri." tutur Mama Icha.
"Nanti Mama yang coba ngomong sama Papa." tambah Mama Icha.
Icha hanya mengangguk dan menghapus air matanya. "Itu, hape kamu bunyi lagi, dari Rian lagi? Angkat. Nanti dia khawatir, jangan nambah beban pikiran dia lagi." pinta Mama Icha.
Icha pun mengangkat telepon dari Rian, sedangkan Mamanya keluar dari kamar Icha.
"Hallo, assalamualaikum, Mas."
"Waalaikumsalam. Aku telepon dari tadi kenapa gak diangkat?."
"Maaf, tadi aku lagi kumpul keluarga."
"Oooh, aku khawatir. Aku pikir kamu kenapa-napa."
"I'm okay."
"Mau cerita?." tawar Rian dari seberang sana.
Icha tidak menjawab. "Yasudah kalau belum mau. Sana tidur, disana sudah malam kan?."
"Jam sepuluh malam."
"Yasudah, tidur ya? Jangan banyak pikiran." suara Rian terdengar sangat menenangkan bagi Icha sekarang.
"Kamu yang jangan banyak pikiran, Mas." balas Icha.
Rian terdengar terkekeh. "Aku enggak. Biasa aja."
"Bagus kalau gitu."
"Good night, have a nice dream." tutur Rian mengakhiri sambungan telepon mereka.
Icha tahu, Rian menutupi kegalauannya, menutupi kalau dia sangat terbebani dengan hasil pertandingan yang diminta Papa, apalagi saat hasil Denmark Open sangat mengecewakan. Maka dari itu, Icha tidak mau menambah beban Rian dengan tidak cerita apapun soal dia dan Papanya.
Biarlah keduanya menutupi luka dan beban masing-masing.
**
"Kenapa mata lo sembab gitu? Diapain Jombang?." Mbak Naf menyambut kedatangan Icha diruang kerja mereka dengan pertanyaan yang sudah bisa diprediksi oleh Icha.
"Gak, Mbak. Gak papa. Gak diapa-apain, kok." sahut Icha sembari duduk dibangku kerjanya.
"Cerita aja, Cha. Kalo lo mau sih." sahut Mbak Naf.
"Gue gak papa. Mas Rian gak ngapa-ngapain, kok. Dia mah baik sama gue." ujar Icha dengan nada-nada yang dibuat sangat menyenangkan.
"Terus mata lo sembab karena apa?."
"Nonton drakor semaleman, nangis bombay gue." alibi Icha.
"Duh heran banget gue, kenapa sih pada suka Drakor? Gue kok gak tertarik sama sekali ya? Apa gue gak normal?." tanya Mbak Naf
Icha terkekeh. "Selera orang beda-beda, kali Mbak." sahut Icha
"Selera lo rendahan, Mbak!." tambah Icha lagi.
"Yeu, enak aja, lo.". Icha hanya terkekeh, lumayan menjadi hiburan saat dia merasa lelah dengan perkaranya dengan Papanya.
"Eh, mbak, gue dapet kabar, Hongkong dan Fuzhou China Open gue ya yang kesana sama Mbak Wid?." tanya Icha pada Mbak Naf yang masih sibuk dengan laptopnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky (Rian Ardianto)
FanfictionBasically, cerita tentang betapa keduanya merasa beruntung bisa dipersatukan dalam kisah cinta penuh lika-liku. Main cast : Rian Ardianto Wednesday, January 29th, 2020.