Tiga hari kemudian....
"Saya benar-benar minta maaf Om atas kejadian malam itu. Saya marah sama Icha, makanya saya ngelakuin itu."
Malam ini, diruang rawat Icha, Dhio datang untuk meminta maaf. Hari ke lima semenjak kejadian itu.
Ada Papa dan Mama Icha di sofa, berhadapan langsung dengan Dhio. Ada Stephanie dan Rafi juga, dan Ada Rian yang duduk dikursi pinggir ranjang Icha mendampingi Icha yang sedang menatap Dhio penuh ketakutan.
Kejadian malam itu berputar tak henti-hentinya dikepala Icha. Perempuan itu sesekali meneteskan air matanya, sesekali juga memejamkan matanya.
Tangan perempuan yang masih enggan untuk berkontak fisik dengan laki-laki ----termasuk Rian pun---- saat ini malah sudah menggenggam erat jari jemari Rian. Sesekali perempuan itu semakin mengeratkan genggamannya yang dibalas ucapan penenang oleh Rian.
"Semua disini akan jagain kamu, dia gak akan ngapa-ngapain kamu lagi." bisik Rian.
"Mas...."
Rian memberi kode sebuah anggukkan pada Icha.
"Untuk apa kamu datang ke saya untuk melamar anak gadis saya, kalau setelahnya kamu melecehkan dia?!" tanya Papa Icha secara tegas.
"Saya gak pernah punya niat untuk melecehkan Icha, Om. Tapi, jawaban Icha atas lamaran saya buat saya kalap. Saya nekat karena hal itu, Om." sahut Dhio.
"Lo terobsesi sama adek gue! Lo gak cinta sama dia! Kalau lo cinta sama dia, lo gak akan pernah nyakitin dia. Walau lo ditolak sekalipun!" tegas Stephanie.
"Kalau anak saya gak bisa berontak waktu itu, kamu pikir tidak anak saya akan seperti apa?!" tanya Mama Icha, air matanya sudah berlinang sejak menerima laki-laki itu masuk keruangan ini.
"Saya udah gak bisa berpikir jernih lagi waktu itu. Pikiran saya cuma soal----saya bisa dapatin Icha dengan cara apapun. Icha harus nerima saya, walau secara terpaksa. Menodai Icha waktu itu adalah satu-satunya cara untuk buat dia jatuh kepelukan saya. Saya gak perduli, mau apa yang terjadi sama Icha waktu itu." ujar Dhio sembari menunduk.
Rian geram mendengar penuturan laki-laki itu. Ternyata benar, laki-laki itu berniat melecehkan Icha. Genggaman Icha ditangannya semakin erat setelah laki-laki itu berbicara seperti itu.
"Pa.... Aku gak mau ada dia disini." lirih Icha.
"Sebentar ya, nak."
"Kita selesain semuanya ya. Jangan takut. Dia gak akan berani macem-macem." ujar Rian pada Icha.
"Saya minta maaf, Om. Tolong maafin saya. Saya janji, saya gak akan ganggu Icha lagi. Jangan laporin saya kepolisi, Om." pinta Dhio.
"Semudah itu kamu minta maaf?"
"Saya tahu, saya salah. Saya mohon, Om."
"Rian, kamu mau ngomong sama laki-laki ini?" tanya Papa Icha sembari mengarahkan pandangannya pada Rian.
Rian mengangguk. "Kenapa lo bilang hal yang gak terjadi waktu lo angkat telepon gue di hape Icha?" tanya Rian to the point.
"Gue mau lo benci Icha. Gue mau hubungan kalian benar-benar hancur. Gue mau lo benar-benar menganggap Icha gak punya harga diri. Karena dengan bicara seperti itu, gue tahu lo gak akan mau lagi sama Icha, dan Icha bisa sama gue!" jelas Dhio.
Rian menatap tajam laki-laki itu. "Lo bener-bener bajingan!"
"Lo tahu, lo gak cuma nyakitin fisik dia, lo juga rusak mental dia! Lo nyakitin hati dia!" tegas Rian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky (Rian Ardianto)
FanfictionBasically, cerita tentang betapa keduanya merasa beruntung bisa dipersatukan dalam kisah cinta penuh lika-liku. Main cast : Rian Ardianto Wednesday, January 29th, 2020.