Chapter 17 : Dare or Dare?

1.7K 117 8
                                    

Selepas pulang dari villa tempat mereka merayakan tahun baru semalam, Icha dan Rian langsung istirahat dikamar masing-masing. Namun, Icha memilih keluar, membantu Mama Rian dan Mbak Nopi memasak untuk makan siang.

"Kurang gak Ma bumbunya?." tanya Icha saat Mama Rian mencicipi masakannya.

"Pas banget, enak."

Icha tersenyum. "Semalam bakar-bakar apa?." tanya Mama Rian.

"Bakar jagung, bakar sate, ya gitu-gitu lah, Ma."

"Seru dong." celetuk Mbak Nopi.

"Gak juga, Mbak. Biasa aja, sih."

"Loh, kenapa?." tanya Mbak Nopi.

"Gak papa."

"Berantem?." tanya Mama Rian. Icha merespon dengan gelengan cepat. "Terus?."

"Ada temen Mas, dua cewe, gak suka Icha disana. Sinis banget gitu." jelas Icha sembari menyusun makanan dimeja makan.

"Sinis gimana?."

"Ya sinis gitu, Ma, Mbak. Matanya itu natap Icha sinis. Terus mereka gak ngebolehin Icha tidur sekamar sama mereka, alasannya sempit, gak mau bertiga dan mau curhat-curhatan." sambung Icha.

"Loh, terus kamu tidur dimana?."

"Dimobil." sahut Icha.

"Loh, ndok, masak dimobil. Sendiri?."

"Sama Mas, Ma. Tapi gak ngapa-ngapain, kok. Serius." jelas Icha gak mau ada salah paham.

Mbak Nopi terkekeh. "Memangnya yang nuduh ngapa-ngapain siapa, Cha?." goda Mbak Novi.

"Bukan gitu, kan biasanya pikiran orang tuh aneh-aneh gitu mbak, kalo denger tidur berdua."

Mbak Novi dan Mama Rian terkekeh. "Mama percaya sama kamu dan Rian. Mama percaya Rian jagain kamu. Mama percaya kamu juga bukan perempuan yang macem-macem. Mama percayain Mas sama kamu. Apalagi di Jakarta, kamu dekat dengan Rian. Kalau Mas Rian mu itu salah, mohon dikoreksi, diingetin. Kalau dia menyimpang, dilurusin lagi jalannya." tutur Mama Rian.

Icha tersenyum. "Insya allah, Ma." jawab Icha.

"Yo wes, tak panggil Rian dulu buat makan siang. Tadi sih lagi tidur." Mbak Nopi pergi meninggalkan Icha dan Mama Rian didapur.

Tak lama kemudian, Mbak Nopi kembali kedapur, bersama Hazel, tak lama kemudian, disusul Rian. Semuanya sudah berkumpul di meja makan sekarang, menyantap hidangannya yang disediakan. "Enak gak Yan, makanannya?." tanya Mama Rian.

"Enak." sahut Rian.

"Masakan Icha." tutur Mama Icha.

Seisi ruangan terkekeh, termasuk Icha. "Kapan toh, Yan?." tanya Mbak Nopi.

"Kapan apanya, Mbak?."

"Nikah."

Rian yang ditanya malah terkekeh. "Icha targetnya kapan?." sontak Icha tersedak mendengar pertanyaan Mama Rian.

"Minum dulu.'' Mama Rian menyodorkan segelas air kepada Icha. Icha menerima, lalu meminumnya. "Makasih, Ma." tutur Icha sembari meletakkan gelasnya kembali.

Mama Rian terkekeh. "Mama baru tanya gitu kamu sudah kaget, gimana kalau dilamar Rian beneran?." goda Mbak Nopi.

Icha terkekeh geli. "Pingsan dia." celetuk Rian.

"Ih, gak selebay itu, ya!." protes Icha.

Seisi ruangan terkekeh. "Serius loh, Icha targetnya umur berapa?."

Lucky (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang