"Kenapa, lo, Jom?" tanya Fajar saat melihat partnernya diam saja sejak latihan berakhir.
"Gak. Capek aja."
"Bini lo masih belum membaik juga?"
Rian melirik Fajar sejenak. Tidak menyahut. "Kawal terus, Jom. Dia butuh lo."
Rian diam sembari membereskan barang-barangnya. "Emang pasti berat banget sih, buat Icha. Anak pertama, lagi bener-bener antusias nikmati kehamilannya, diambil." ujar Fajar.
"Vanesha bilang, bukan cuma itu yang jadi alasan Icha terpuruk juga." tambah Fajar.
"Vanesha bilang apa aja sama lo?" tanya Rian.
Vanesha menang sedang dalam proses pendekatan dengan Fajar. Wajar, kalau suka cerita-cerita.
"Banyak, soal Icha."
"Apa?"
"Waktu dia datang kerumah lo malam itu, yang waktu lo meeting sama gue, dia bilang Icha lagi down banget. Dia nangis. Dia ngerasa bersalah karena sibuk terpuruk dan lupa sama lo. Terus, dia sempet bilang juga, kalo lo udah cukup sabar ngurusin dia yang kaya gini, sampai mungkin lo udah dititik capek sama dia yang gini terus." cerita Fajar.
Rian mendengar dengan seksama. "Dia juga gak pengen kaya gini. Tapi apa yang terjadi, buat dia bener-bener tenggelam sama luka dia sendiri." lanjut Fajar.
"Kehilangan anak, nerima fakta kalo rahimnya lemah, dua hal yang buat dia merasa gak pantas buat lo. Rahimnya lemah, dia merasa dia gak akan pernah bisa melahirkan seorang bayi buat lo. Padahal belum tentu sih dia gak bisa hamil dan melahirkan. Buat dia mikir kalau dia gak pantas buat lo. Itu yang buat dia terpuruk, sedih terus-terusan. Dia takut ngecewain lo, karena gak bisa kasih keturunan."
"Itu aja, sih." ujar Fajar mengakhiri ceritanya.
"Lo gak ninggalin dia kan?" tanya Fajar.
Rian terdiam. "Vanesha bilang, Icha tiap ditanya lo gimana, selalu bilang kalau lo masih cukup sabar ngadepin dia. Tapi Vanesha bilang, dia gak yakin."
"Gue emang lagi gak baik-baik aja sama Icha."
"Gak baik-baik aja maksud lo?"
"Sejak kita pulang dari China, gue rasa udah muak aja sama dia yang terpuruk. Rasanya capek. Gue juga sedih kehilangan anak gue. Lihat dia kaya gitu, malah makin buat gue sedih." ujar Rian.
"Gue sempet marah sama dia. Gue tahu, kata-kata gue nyakitin dia. Gue sempet nyesel, tapi lihat dia yang tetap kaya gitu, buat gue makin capek. Kayanya, sejak itu juga gue 'ninggalin' dia." tambah Rian.
"Ninggalin maksud lo?"
"Gue biarin dia nikmati luka dia sendiri. Gue gak tanya gimana kabar dia. Gue gak sapa dia. Gue juga sempat ancam dia."
"Gila lo, Jom, ancam apa?" tanya Fajar.
"Kalo dia gak berubah, gue gak akan bersikap kaya dulu sama dia."
"Jom, gila lo!"
"Jar, gue juga capek!"
"Lo pikir bini lo juga gak capek? Kata-kata lo buat dia capek mikir pastinya! Gue yakin dia gak mau kaya gini!" tutur Fajar.
Dering handphone Fajar menghentikan percakapan mereka.
"Hallo, Sa."
"Jar, dimana?"
"Habis latihan. Kita ketemu masih habis magrib, kan? Masih lama."
"Kayanya gak jadi, deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky (Rian Ardianto)
FanfictionBasically, cerita tentang betapa keduanya merasa beruntung bisa dipersatukan dalam kisah cinta penuh lika-liku. Main cast : Rian Ardianto Wednesday, January 29th, 2020.