Chapter 14 : The Secret

1.6K 107 7
                                    

Icha sedang ada didalam pesawat kali ini, bersama team Indonesia. Dua minggu sudah dia bekerja di dua tournament berbeda. Di Hongkong Open kali ini, Hanya The minions yang lagi dan lagi sampai ke partai puncak dan meraih gelar Juara.

Ah, Rakyat Indonesia sudah kehabisan kata-kata untuk pasangan ini. Fajar/Rian sendiri terhenti dibabak quarter-final dan sudah pulang sejak dua hari yang lalu.

Icha memandangi kearah luar jendela. Hamparan awan menjadi pemandangannya pagi ini. Mbak Wid disebelahnya sudah tertidur lelap mungkin sekitar dua puluh menit yang lalu. Perjalanan udara menuju Indonesia, masih butuh waktu satu setengah jam lagi. Akhirnya, Icha memilih untuk tidur juga. Rehat sejenak dari chaos nya pikirannya, begitu pun hubungannya.

Akhirnya, mereka landing dengan selamat di Indonesia. Sekarang Icha sudah ada dirumahnya malah. Sambutan hangat dari Papa dan Mamanya atas kepulangannya usai dua minggu bekerja. Kakak nya sudah kembali kerumahnya sejak Papa pulang di hari Icha berangkat.

"Papa gak kerja?." tanya Icha pada Papanya yang sedang menonton televisi.

"Papa sudah pensiun." Icha kaget, kenapa tidak ada pemberitahuan?

"Kok gak bilang Icha?."

"Kamu kan sibuk." sahut Papanya.

"Kan masih bisa kasih tahu Icha."

"Ini sudah."

"Pa......"

"Nomor kamu gak aktif ya, Cha?." tanya Mamanya yang baru saja kembali keruang keluarga usai tadi sempat pergi kekamarnya sebentar.

"Aktif, ma."

"Loh, Rian kok nelpon ke Mama ya? Nanyain kamu padahal."

"Nanya apa?." tanya Icha.

"Nanya kamu sudah sampai rumah belum."

Icha tersenyum miris. "Mama tanya mau ngomong sama kamu gak, dia bilang gak usah, biar kamu istirahat aja, katanya." tambah Mamanya.

Icha hanya membalas dengan senyuman tipis. "Berantem?." Papa Icha membuka suara sehabis menyeruput kopinya.

"Enggak, baik-baik aja."

"Enggak baik-baik aja, maksudnya?." tanya Papa nya menggoda Icha.

"Enggak Pa, kita baik-baik aja, kok."

Papa Icha terkekeh. "Yasudah, telpon Rian suruh kesini malam ini, diundang Papa untuk makan malam bareng." ujar Papa Icha.

"Pa, Mas Rian gak bisa sembarangan keluar asrama." sahut Icha.

"Tanya dulu."

Icha mengambil hapenya dengan ragu, lalu menelpon Rian, mengklik tombol loudspeaker. Belum juga diangkat. "Tuh kan dia pasti lagi si-------"

"Hallo, Assalamualaikum." suara Rian mengangkat telepon memotong ucapan Icha.

Icha kaget. "Wa-waalaikumsalam, Mas. Maaf, ganggu."

"Sudah sampe rumah?."

"Udah. Lagi sibuk, Mas?." tanya Icha dengan ragu.

"Enggak."

"Ada apa?." sambungnya.

"Nanti malam, sibuk?." tanya Icha.

"Kenapa?."

"Papa minta kamu untuk makan malam dirumah nanti malam, bisa?." tanya Icha.

Rian sempat bungkam. Dia kan lagi jaga jarak sama Icha, gimana? Ditolak gak enak. Hadeuh.

Lucky (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang