Chapter 23 : Lagi, lagi dan lagi

1.7K 124 13
                                    

Hai, selamat hari raya idul fitri 1441 H ya semuanya. Mohon maaf lahir dan batin.

Aku kasih part 23 untuk kalian yang lagi menikmati vibes lebaran (walau cuma dirumah aja).

Gak lupa aku ngingetin kalian untuk selalu stay at home. Kita butuh lakuin itu untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Biar secepatnya kita bisa beraktivitas seperti semula.

Well, happy reading everyone!

**

"Assalamualaikum, Mas."

Suara perempuan itu memenuhi telinga Rian siang ini. Dia sudah sampai di Malang sejak dua jam lalu. Dia di Malang untuk lanjut dalan tournament Yuzu Indonesia Master super 100 yang diadakan di Gor Ken Arok, Malang. Mereka harus turun di tournament ini untuk memperbaiki kepercayaan diri mereka.

Sejak Papa Icha menelponnya tadi pagi saat masih di Bandara membicarakan bahwa Icha sudah cerita, Rian malah khawatir dengan perempuan itu.

Flashback On

"Assalamualaikum, Pa."

"Waalaikumsalam, Yan, dimana?."

"Ini di Bandara, mau ke Malang. Ada apa, Pa?"

"Bisa kalau kita ngobrol sebentar?."

"Bisa, pa." sahut Rian, dia berjalan menjauh dari rombongannya yang ada diruang tunggu.

"Kamu sudah tahu soal Icha?."

Rian menyatukan kedua alisnya, tanda bingung. "Soal Icha?." tanya Rian.

"Dia dan Raka"

"Hem, iya, Pa, tahu." sahut Rian. "Papa, tahu?" tanya Rian.

"Kemarin pagi dia cerita. Papa gak habis pikir, bisa-bisanya dia seperti itu. Raka siapa saja Papa gak tahu, tiba-tiba dia jujur seperti itu." suara Papa Icha terdengar emosional.

Rian hanya diam, bingung ingin menjawab apa. "Yan, Papa tahu kamu pasti sama kecewanya sama dia, seperti Papa." lanjut Papa Icha.

Rian tersenyum miris. "Maaf ya, Pa, saya udah satu bulan ini gak komunikasi sama Icha. Kalau dibilang kecewa, saya kecewa. Tapi, ya, mau gimana lagi?" tutur Rian.

"Gak apa-apa, Nak, disini yang salah kan Icha. Dia gak bisa mengontrol dirinya sendiri.''

Rian lagi-lagi diam. "Papa marah besar kemarin sama dia. Papa sudah sangat wanti-wanti hal ini dari dulu. Papa kecewa dia ngelakuin ini. Bagi orang lain mungkin ini gak papa, tapi bagi Papa, hal ini diluar batas. Sampai kemarin Papa tampar dia untuk pertama kalinya disepanjang hidup Papa."

Rian kaget begitu mendengar ucapan Papa Icha. Papa Icha mantan tentara, sudah pasti punya tenaga yang kuat untuk hanya sekadar menampar seorang perempuan.

"Dia baik-baik aja, Pa?"

"Semalam Mamanya masih sibuk mengopres pipinya yang merah. Tapi gak tahu hari ini, Papa belum lihat dia."

Rian sekarang benar-benar mengkhawatirkan Icha. "Nanti saya telepon Icha untuk tanya keadaanya." ujar Rian.

"Insya allah, dia baik-baik aja."

Flashback Off.

"Waalaikumsalam." Rian membalas salam Icha.

"Ada apa, Mas?" tanya Icha.

Rian bingung, harus bertanya bagaimana?

Dia terdiam sejenak, memikirkan pertanyaan mana yang cocok untuk ditanyakan dalam kondisi seperti ini?

Lucky (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang