33 AM : Tak Terduga

1.8K 142 13
                                    

Hi, welcome back!

**

Icha baru sadar bahwa sudah dua bulan ia tak datang bulan. Pagi ini, sebelum sarapan, dia melakukan test melalui testpack. Apakah dia hamil?

"Sayang? Turun yuk, sarapan." Icha yang sedang menunggu hasil testpack kaget begitu mendengar panggilan Rian.

"Iya, mas. Sebentar."

"Kamu ngapain?" Tanya Rian.

"Hem....."

"Cha? Baik-baik aja, kan?"

Icha membuka pintu kamar mandi. "Icha baik-baik aja, Mas. Tadi Icha lagi buang air aja."

"Yaudah, yuk, sarapan. Kafi lagi sama bibi dulu. Kita sarapan dulu." Rian menggandeng tangan Icha.

"Sebentar, Mas."

"Kenapa, sayang?"

"Ada yang ketinggalan dikamar mandi. Tunggu sebentar." Icha masuk kedalam kamar mandi. Dia mengambil testpack tanpa melihat hasilnya terlebih dahulu.

"Icha lagi nunggu hasil testpack Icha. Icha telat dua bulan." Ujar Icha sembari memberikan testpack pada Rian. Posisi hasilnya tertutup, karena Icha memberikannya dengan posisi terbalik.

"Dua bulan, sayang? Kok gak ngomong?" Rian menerima testpack itu.

"Icha juga baru inget."

"Aal, lain kali jangan sampai lupa jadwal nya."

Icha mengangguk. Dia deg-degan ingin tahu hasilnya. Rian melihat hasil di testpack itu.

Senyum merekah dibibir Rian. "Mas?" Icha dibuat semakin deg-degan dengan ekspresi Rian.

"Kafi bakalan punya adik secepatnyaaaa!" Seru Rian dengan wajah paling bahagianya.

Icha kaget. "Mas?"

Rian menunjukkan hasil positif itu pada Icha. "Kamu hamil, sayang." Tegasnya.

Icha menutup mulutnya tak percaya. Dia tidak menyangka. Padahal, Kafi masih berusia lima bulan, dia sudah akan punya anak lagi. Anak kandung.

Icha tersenyum lebar, dia memeluk Rian. Rian membalas pelukannya erat. "Terima kasih sudah mau berjuang bareng-bareng, Aallysa." Bisik Rian.

"Aku yang harusnya ucapin terima kasih, Mas."

Icha melepaskan pelukannya. Rian masih terus menatap dua garis biru di testpack yang ada ditangannya. Satu tetes air mata laki-laki itu bahkan jatuh. Icha tertawa kecil. Tangannya terulur menghapus air mata Rian yang jatuh. "Anak kamu sudah mau dua, gak malu nangis gini?" Ledek Icha. Dia justru bahagia melihat Rian menangis haru.

Rian meraih tangan Icha yang ada dipipinya, diciumnya berkali-kali. "Aallysa, I love you, I love you, I love you...." ujarnya. Icha terkekeh.

Rian memberhentikan aksinya. Dia memeluk istrinya lagi. Sepertinya laki-laki itu benar-benar bahagia hari ini. "Katanya mau sarapan? Yuk!" Ajak Icha sembari melepaskan pelukannya.

"Kita sarapan dikamar. Aku ambilin sarapan kamu, ya? Nanti aku suapin, habis itu kita kerumah sakit."

"Sayang....."

"Aallysa, ya?" Pinta Rian.

Icha terkekeh sembari mengangguk. "Kafinya bawa sini ya?" Pinta Icha.

"Iya. Sipp. Yuk, aku anter sampe kasur."

"Mas, aku hamil bukan sakit keras." Protes Icha.

Rian tak perduli. Dia menggendong istrinya ala bridal style. "Astaga, Mas Rian!" Kaget Icha.

Lucky (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang