37 AM : Balada Kehamilan

1.7K 138 39
                                    

Wah, cerita ini sudah satu tahun. Terima kasih masih tetap setia!

**

Jakarta, Juni.

Kehamilan Icha semakin membesar dan berkembang dengan baik. Sudah tujuh bulan usianya. Icha begitu menikmati setiap hari perkembangan kehamilannya dan begitu pun dengan Rian yang selalu ada disampingnya. Kafi juga ikut tumbuh dengan baik. Usianya, sudah hampir satu tahun bulan depan.

Hari ini, menjelang Indonesia Open, Icha menemani Rian yang melakukan tes lapangan di Istora Senayan. Dia duduk dibangku penonton bersama beberapa orang-orang terdekat atlet juga.

Sembari mengunyah makanan yang sengaja disiapkannya untuk dimakan sembari menunggu suaminya, ia menatap sekelilingnya yang terlihat begitu seru. Ah, rasanya Icha pengen ikutan main badminton juga.

"Cha, mau main gak?" Tanya Fajar yang tiba-tiba mendekatinya.

"Mau!" Sahut Icha.

"Bagi dulu makanannya!" Ujar Fajar mencoba mengelabuhi Icha. Icha menatapnya kesal.

"Gak mau, beli sendiri sana!" Tolak Icha yang mendekap erat makanan yang ada ditangannya. Persis seperti anak kecil.

"Pelit amat lu!"

"Bodo amat!"

"Yaudah, gak usah main!"

"Yaudah, biarin!"

"JOM BINI LU PELIT AMAT JOMMMM!" Teriak Fajar yang membuat bukan hanya yang dipanggil menoleh, tapi hampir semua yang ada disana juga ikut menoleh.

"Apaansih, brisik!"

"Kenapa?" Tanya Rian begitu sudah menghampiri keduanya.

"Fajar mau modusin aku!" Sahut Icha cepat.

"Gue cuma mau minta makanan doang, pelit amat bini lu." Bela Fajar atas dirinya sendiri

"Gak usah dikasih, Cha." Bukannya membela Fajar, Rian malah setuju pada Icha.

"Anjing!"

"Tuh, gue mah nurut sama suami." Sahut Icha

"Dasar pasutri medit." Celetuk Fajar.

"Bodo amat, Jar!" Sahut Rian

"Gue bisa beli setoko-tokonya. Tenang aja." Sahut Fajar

"Beli, Jar, beli." Fajar terkekeh sambil berjalan meninggalkan keduanya.

"Masih lama?" Tanya Icha pada Rian

"Bosen?"

Icha mengangguk, "Satu jam lagi."

"Hmmmm...."

"Tunggu ya?"

"Iya."

**

"Tadi aku ke toilet, terus aku ngaca dari ujung kaki sampe ujung kepala, aku gendut banget." Ujar Icha membuka pembicaraan mereka disaat mereka diperjalanan pulang.

Rian terkekeh, "Bagus dong, makmur." Sahut Rian.

Icha menurunkan kaca kecil yang ada didepannya. Ia berkaca disana. "Pipi aku gede banget." Ujar Icha.

Rian terkekeh lagi, "Bagus dong, enak buat dicubit." Ujar Rian sembari mencubit kecil pipi Icha.

Icha menutup kaca itu. Ia bersandar disandaran kursi. "Aku jelek banget."

Lucky (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang