Chapter 9 : Fajar Alfian

1.7K 125 10
                                    


Terima kasih, selamat membaca!!!

---------------------

Rian menatap langit-langit kamarnya sembari berbaring diatas ranjangnya. Dia bingung. Bingung bagaimana caranya untuk bisa dapatkan hati Icha lagi. Icha memintanya berhenti, tepat didepan Papanya. Papa Icha sendiri hanya diam mendengar ucapan anaknya. Sedangkan Mama Icha, sempat memberinya semangat untuk tetap berjuang. Rian bingung, harus tetap berjuang atau berhenti?

Tidak ada yang menginginkan sebuah perpisahan, apalagi perpisahan dengan orang yang disayangnya. Rian sayang dengan Icha. Hubungan mereka memang baru berjalan dua bulanan lebih, namun Rian sudah serius.

Rian benar-benar dibuat bingung. Harus dengan siapa dia meminta pendapat? Harus dengan siapa dia minta dukungan? Rian salah satu orang yang tidak mudah menceritakan masalahnya pada orang lain.

Sempat terpikir untuk menghubungi Icha, namun ia tidak melakukan itu. Ah, tak perlu, biar besok Rian langsung temui Icha saja, kan besok Icha kerja.

Rian memilih untuk bangkit dari ranjangnya, berjalan menuju kamar mandi asrama untuk mengambil air wudhu, dia lupa, dia belum sholat Isya' malam ini.

**

Rian : aku tunggu di mobil sekarang, mobil ku didepan gor.

Rian : kita makan siang diluar.

Icha membaca pesan Rian. Icha menghelana nafas pelan, dia belum siap bertemu Rian. Tapi Rian mengajaknya bertemu.

"Ngelamun aja lagi." tegur Mbak Naf.

Icha tersenyum kikuk sembari mengambil tasnya dan berdiri. "Gue makan siang diluar deh mbak."

"Sama Jombang?." pertanyaan mbak Naf dibalas anggukkan oleh Icha. Lalu direspon anggukkan juga oleh Mbak Naf.

Icha pergi keluar dari ruangannya, berjalan kearah luar gor. Didepan Gor banyak mobil yang terparkir, namun matanya menangkap Mobil Rian diujung kanan. Icha berjalan kearah mobil Rian, berhenti disamping pintu tempat duduk sebelah supir. "Ayo, masuk." pinta Rian sesaat dia menurunkan kaca mobil, lalu menaikkannya kembali setelah selesai bicara.

Icha menurut, tanpa bicara, dia membuka pintu mobil dan masuk. Mobil Rian perlahan meninggalakan Pelatnas. Hanya keheningan yang terjadi diantara keduanya.

"Mau makan dimana?." tanya Rian pada Icha.

"Terserah. Yang penting jangan sampe keciduk lagi." Rian masih sempat tersenyum mendengar ucapan Icha.

Hingga akhirnya, sampailah mereka pada salah satu restaurant di Jakarta. Rian memilih ruang sendiri untuk makan direstaurant ini. Maksudnya, dia memesan ruang private untuk nya dan Icha.

Masih tidak ada perbincangan hingga pesanan mereka datang. "Aku mau ngomong, bisa sekarang atau setelah makan?." tanya Rian pada Icha yang sedang meminum minumannya.

Icha melirik Rian sejenak. "Terserah."

Rian menghela nafas pelan. "Kita bisa perjuangin semuanya lagi, Cha. Kita cuma perlu saling mendukung satu sama lain, kita cuma perlu keyakinan kita." Rian mulai membuka pembicaraannya.

"Bilang sama aku, kenapa kamu tiba-tiba minta aku untuk berhenti?." tanya Rian.

"Kamu bahkan gak pernah memulai itu, Mas."

Lucky (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang